27. Saat hari-hariku bersamamu🍃

15 0 0
                                    

Bahagia? Kata yang sulit dideskripsikan untukku yang sulit bahagia.

SM, 28 Februari 2020

Berulang kali Lala menarik dan membuang napasnya pelan, entah apa yang akan ia lakukan. Apa mungkin kata-kata Saga membuatnya sesak?

"Jadi, kita pacaran?" Tanya Lala tanpa ragu dan menatap Saga.

"Hah!" Saga mencoba menetralkan kembali rasa terkejutnya saat Lala masih menatapnya.
"I-ya. Kita pacaran."

"Berarti lo udah cinta 'kan sama gue?" Saga menggodanya.

"Y-ah a-ku hanya bantu kamu aja. Kalau eng-gak mau juga nggak papa."

Bukannya apa, Saga justru terkekeh melihat gugupnya Lala.

Lala terlihat sangat cantik, jika sedang gugup. Ah, kenapa ia baru sadar. Kenapa nama Sekar yang ada, enggak gue harus usaha membuat dia berubah dulu. Tekadnya dalam hati.

Saga secara tiba-tiba merentangkan tangannya yang secara tidak langsung...
"Ma-mau ngapain kamu?" Tanya Lala sedikit mundur dari duduknya.

"Mau peluk pacar."

Lala bergidik mendengarnya.
"Kita pacaran, tapi nggak ada tuh yang namanya peluk, apalagi ciuman." Tegas Lala membuat Saga bingung.

Walupun lo berubah, lo sedikit jahat. Tapi masih ada kebaikan yang tersisa di diri lo. Batin Saga tanpa kedip ia melihat mata Lala.

Saga berdiri menyalurkan tangannya dan disambut baik oleh Lala.

Mereka berjalan bergandengan menyusuri tepi danau.
"Lo itu bagaikan hamparan luas danau ini dan gue adalah ikan-ikannya."

Tak ada jawaban hanya senyuman yang diberikan Lala. Mereka memang pacaran, tapi Saga tidak bisa mengubah nama panggilan lo-gue menjadi aku-kamu seperti pasangan lain.

Mereka masih bergandengan sampai di motor Saga.
"Kenapa masih digandeng?" Tanya Lala karena tangannya yang masih digandeng Saga, padahal sudah sampai di depan motor.

Saga menatap Lala dari samping, begitupun Lala.
"Janji sama gue, lo akan terus ada di samping gue dan lo akan berubah demi kita!" Ujarnya sambil menunjukkan jari kelingking tangan kirinya.

Lala beralih menatap jari itu, tapi ia belum mau menyematkan jarinya. Ia bergidik pelan menatapnya, dilepasnya genggaman itu saat renggang dan beralih mengambil helm untuk dipakai.

Saga bisa memaklumi itu, seakrab apa pun dia dengan Lala sekarang, tidak akan bisa seperti dulu. Mungkin karena amarahnya yang sampai menamparnya kemarin. Setelah Lala memakai helm, ia juga memakai helm dan menaiki motornya yang disusul Lala.

Mereka berboncengan seperti film-film sambil tertawa. Entah sampai kapan kebahagian itu menetap?

"Lo tahu gedung itu?" Saga mengarahkan pada sebuah gedung sederhana.

"Iya."

"Bapak gue yang bangun."

"Bapak kamu arsitek?"

"Dulu. Dan sekarang anaknya sedang membangun cinta bersama kekasihnya." Ujarnya. Saga melirik spion, melihat ekspresi Lala. Namun, tak sesuai ekspetasi ia hanya bersikap b saja.

Evolusi Waktu (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang