16. Aku punya segalanya🤡

22 2 0
                                    

Jeng jeng jeng

Ini salah, aku tahu itu. Tapi, semua ini tidak bisa aku tahan.

SM, 26 Februari 2020

Pagi ini, Lala tidak bisa menolak permintaan Maya untuk mengantarnya ke sekolah.
"Makasih, Mam!" Ujar Lala setelah menutup pintu mobil.

Tangannya melambai pada mobil Maya yang sudah melaju. "La!" Teriak Fahri setengah berlari mendekati Lala.

Lala hanya bisa diam memperhatikan Fahri yang berlari. "Tadi pagi-pagi Novi udah kasih bukti sama pak Vinot lewat whatshapp dan hari ini juga setelah 10 menit masuk, lo dipanggil ke ruang BK, gue enggak soalnya mau simulasi." Jelasnya. Tapi, ada apa dengan Lala, kenapa wajahnya biasa mendengarnya, tidak ada tarikan senyum?

Fahri yang melihat penjelasannya kurang diapresiasi, pun bingung dengan sikap Lala. "Oh, oke. Makasih!" Ujarnya lalu pergi.

Fahri menatap langkah Lala yang hari ini, sikapnya sungguh aneh.
Apa dia lupa minum obat? Tanyanya.

Fahri juga berlalu pergi, simulasi H-2 akan berlangsung sebentar lagi.

Setelah 10 menit masuk, Kiya, Vivi dan Lala dipanggil ke ruang BK. Sedangkan Vita, ia memang tidak terlibat dalam kasus itu.
"Lala, untuk kasus kamu minggu kemarin, semuanya terbukti bahwa poto itu real editan. Dan dalangnya mereka berdua. Untuk beasiswa kamu, udah bisa digunakan lagi dan mereka berdua akan dikeluarkan." Jelas Vinot. Kiya dan juga Vivi langsung syok, mendengar mereka akan dikeluarkan. Sedangkan Lala masih dengan sikap anehnya.

"Pak jangan, Pak!" Rengek Vivi memelas ke Vinot dengan mata berkaca-kaca.

Lala berdiri pelan menghadap pintu keluar, pandangannya kosong. "Maaf Pak, saya tidak butuh beasiswa lagi, saya sudah punya uang. Lagian buat apa beasiswa, jika saya terus-terusan dibulli." Ucapan itu membuat Vinot dan beberapa kedua temannya kaget.

"Untuk mereka berdua, biarkan mereka tetap sekolah di sini, mungkin mereka butuh. Permisi!" Jelasnya terakhir lalu pergi.

Mata ketiga orang di ruang BK masih terbuka dan mengerjap tidak percaya. "Makasih pak, makasih," Ucap Vivi yang sadar sambil menyalami Vinot dan keluar dari ruangan, menarik tangan Kiya.

"Kita udahin aja semua ini, Ya!" Pinta Vivi.

"Heh, enggak." Kiya tetap keukeuh dengan rencana awalnya.

Di dalam kelas, mereka duduk dengan muka masih kesal dan bingung. Di depan mereka juga ada Vita yang siap mengintrogasi  mereka. Vivi akhirnya menjelaskan semuanya pada Vita.

"Apa! Dia bilang gitu? Kemarin dia nampar lo, tadi dia seolah ngerendahin lo, besok dan seterusnya bisa jadi dia siksa lo!" Ucap Vita menatuk-takuti Kiya, setelah mereka selesai bercerita.

"Urusan kayak gini aja lo nyambung!" Ketus Vivi yang memecah suasana hati yang panas. "Minta maaf sama bilang terima kasih yuk, Ya!" Ajak dan saran Vivi memegang pundak Kiya disampingnya.

Kiya membuang tangan Vivi dari pundaknya. "Harga diri gue lebih tinggi dari dia!"

Harga diri? Gengsi kali. Batin Vita  dengan mulutnya yang komat-kamit mengikuti bicara Kiya.

"Eh, bentar yah, gue samperin Riko dulu!" Ujar Vita yang melihat Riko melintas di depan mereka.

Vivi memutar bola matanya malas melihat mereka. "Vi, ntar temenin gue ke mall!"

Evolusi Waktu (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang