22. Yah aku cemburu🤡

10 0 0
                                    

Cemburu? Kata unik yang belum tentu melahirkan kata cinta.

SM, 27 Februari 2020

***
Setelah pulang dari mall, Lala mencoba baju yang ia beli di depan cermin.
"Pasti cantik kok!" Ucap seseorang yang ternyata Sekar,  terlihat dari cermin.

Lala berbalik dan tersenyum melihatnya. "Hai, Assalammualaikum."

"Waalaikumussalam, Sekar." Mereka duduk di kursi kamar.

"Tumben ada apa?"

"Nggak ada sih. Pulang dari pondok kemaren, terus sekarang di rumah lagi nggak ada orang, jadi aku main deh ke sini." Ujarnya. Sekar mengetahui Lala yang sekarang ini dari Lala sendiri.

Setelah mengobrol untuk melepas kangen bagi Sekar, Sekar berjalan ke meja riasuntuk memperbaiki hijabnya. Ia melihat poto ukuran 3×4 yang tertempel di kaca dan ia mengambilnya.

"Lho, ini kak Saga 'kan?" Tanyanya memegang poto itu dan berdiri mendekati Lala.

"Iya. Kok kamu manggilnya kak sih?"

"Lebih sopan aja."

Lala mengambil poto itu dan menatapnya. "Menurut kamu Saga itu kek gimana orangnya?"

"Unik,"

Lala bingung dengan satu kata itu hingga ia mengernyit. "Maksudnya?"

"Dia itu satu-satunya laki-laki yang unik karena setelah perkenalan waktu itu, membuat aku kayak orang gila saat dia DM aku."

Lala terkejut saat Sekar mengatakan DM padanya.
"Hah, Dia DM kamu? Kamu suka yah sama Saga?"

"Nggak tau."

"Kok nggak tau? Sadar, Kar. Kamu ini santri lho, kamu nggak boleh suka sama dia apalagi sampai jatuh cinta!" Nasihat Lala yang terlihat seperti orang khawatir.

"Tapi cinta itu tumbuh sendiri, La. Ini fitrah, nggak ada larangan kok seorang santri untuk mencintai, selagi itu masih dibatas wajar. "

Lala membuang muka saat Sekar menatapnya, emosinya diredam dengan baik oleh Lala. "Nggak, lama-lama rasa itu tidak wajar. Aku ingin---"

"Tunggu deh! Kayaknya kamu berubah yah. Kamu nggak biasanya manggil kamu sendiri dengan sebutan aku. Kamu kenapa, La. Nggak ada masalah 'kan?" Tanyanya khawatir dengan perubahan Lala.

Lala menatap wajah Sekar.
"Kamu yang berubah 'kan dari dulu kamu itu nggak pernah mau bahas tentang cowok tapi sekarang, kamu berubah." Mereka saling tuding-menuding dengan perubahan mereka.

"Nggak ada salahnya 'kan bahas cowok?"

"Kamu itu santri harus jaga kelakuan kamu. Lagian Saga itu nggak suka sama kamu!" Dusta nya.

"Yee, aku nggak ngarepin tuh rasa aku berbalas, tapi cuman pengen kak Saga itu tau rasa yang singgah ini!"

Mereka kompak saling membelakangi masing-masing. Mungkin ini cara mereka saat berselisih dalam mengemukakan pendapat atau pun permasalahan seperti ini.

Lala meraih ponsel Sekar yang tepat di sampingnya tanpa sepengetahuan Sekar dan ia mengklik aplikasi WhatsApp dia melihat pesan dari nama Saga yang tertera diurutan keempet, pesannya kemarin pagi.

Kak Saga

Assalamualaikum sekar gue mau ngabarin, kalau hari ini gue mau ke Jerman gue minta doanya yah!

Waalaikumsalam Kakk insya Allah doain hati-hati di jalan yah. Semoga lancar, semangat kakak hamasah💪

Lala tak menyangka Saga lebih dulu mengabari Sekar, saat ia hendak pergi ke Jerman padahal 'kan dia sahabatnya bukan Sekar. Lala hampir membuang ponsel Sekar tapi, tidak jadi.

"La, Kak Saga itu sepupunya Vita 'kan?" Tanya Sekar yang menghadap Lala. Melihat ponselnya dipegang Lala dan membaca pesan tanpa seizinnya langsung ia ambil.

"Nggak sopan!" Upatnya.

"Biarin! Kenapa sih, kamu tanya Saga terus, kalau kamu beneran akrab sama dia, tanya aja sama dia!" Lala mulai emosi dengan sikap Sekar yang selalu menanyakan Saga terus-menerus.

Mulai lagi!

"Lho, kok kamu marah, kamu cemburu yah kalau aku tanya kak Saga terus?" Lala tak mau mengakuinya apalagi itu dengan orang yang disukai Saga sendiri.

"Ngaku aja kelihatan. Kamu suka sama dia!"

"Jangan sok tahu deh. Udah berantemnya, kita makan yuk! Bibi udah siapin makanan tuh di bawah!" Ajaknya mengalihkan pembicaraan mereka.

"Ya udah ayo, aku juga kebetulan lapar!" Ucap Sekar masih dengan nada bicara sombongnya.

Mereka turun menuju meja makan, setelah Sekar sepakat mengakhiri tingkah mereka. Di bawah Wari sudah menyiapkan makanan untuk sarapan.

"Alhamdulillah enak nih makasih yah Bibi!" Ujar Sekar lalu duduk, yang diangguki Wari.

"Jangan lupa baca doa!" Sindir Sekar setelah membaca doa dan melihat Lala yang lahap makan tanpa berdoa dulu.

Lalu Lala mengangkat kedua tangannya dan berdoa. "Bissmillah, aamiin." Sekar menggeleng-geleng melihat tingkah Lala yang aneh.

"Non Lala kata Ibu tadi telepon Non disuruh melihat pekerjaan karyawan di butik!" Ujar Wari sambil memberikan tumis kangkung lagi di piring Lala.

"Oke Bi!" ujar Lala sambil menggerakkan jarinya membentuk kata oke, lalu melahap kembali nasi yang sempat tertunda untuk landing ke mulutnya.

"Butik? Aku ikut!" Ucap Sekar excited dengan kata butik yang pastinya berbau fashion.

Lala terbatuk dengan ucapan Sekar yang tiba-tiba. Wari langsung mengambil kan air putih.

"No, no, no, gak boleh. Lagian aku cuma sebentar kok, kamu harus puasin sama keluarga dan lingkungan rumah kamu 'kan udah lama di Pondok, nggak kangen gitu?" Ujar Lala agar Sekar tidak ikut bersamanya.

"Kangen sih, tapi 'kan aku juga kangen berdua sama sahabat aku! Terus di rumah juga nggak ada siapa-siapa!"

"Gini aja besok kita puasin deh jalannya, sepulang aku sekolah!" Lala mencoba mengelak Mereka tetap keukeuh dengan pendirian mereka masing-masing.

"Aku enggak mau. Pokoknya aku mau ikut, kamu pake mobil 'kan biar aku tunggu di mobil aja sama Pak sopir please yah, please!" Sekali Lagi Sekar merayu Lala agar mengizinkannya ikut bersamanya. Lala berpikir kembali kontrol emosimu La.

"Ya udah!" Jawabnya setelah menghembuskan napas gusar.

"Siip, aku tunggu di luar yah! bye-bye Lala, cepetan nggak usah pakai dandan yah!"Ujar Sekar setelah selesai makan.

Di luar gerbang rumah lama, Sekar mengacungkan jempol dan senyuman dengan seorang laki-laki bertopi yang berdiri beberapa langkah darinya.

Tanpa Sekar sadari Lala keluar dari rumah dan menarik tangan Sekar tiba-tiba dan tanpa bicara.

Mereka masuk ke dalam mobil, dan langsung menuju butik.

Evolusi Waktu (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang