15. Munculnya dua kepribadian🍃

18 1 0
                                    

Jeng jeng jeng

***
Pagi pertama, hari pertama, suasana baru. Seolah cuaca pun mendukung hari yang sangat Lala tunggu, hari ini senyumnya tak pernah lepas dari wajahnya.
"Dianterin sama sopir yah La!" Seru Maya yang sedang mengoleskan selai diatas roti tawarnya. Sedangkan Lala yang sedang memasang sepatu, duduk di anak tangga.

"Nggak usah, Mi. Lala naik ojek aja, bentar lagi ojeknya dateng." Ia tidak lagi menggunakan motornya, motornya sudah ia jual yah walaupun berat rasanya.

Setelah selesai dengan sepatunya, ia menyalami Maya dan bergegas berlari keluar. Ia tidak akan rela membiarkan hari ini telat atau berantakan.

Maya sempet berteriak untuk memintanya makan dulu tapi sayang, jika Lala sudah menyukai suatu hal, ia tidak akan peduli apa pun dan Maya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya pelan.

Benar sekali tukang ojeknya sudah menunggu, secepat kilat ia mengambil helm-nya, sebelum diberikan atau disapa dulu oleh tukang ojeknya. "Gesit yah, Mang!" Titah Lala setelah memasang helm dan duduk di kursi belakang motor.

"Siap, Neng!"

Jam masih menunjukkan pukul 6.37 jadi, bisa dipastikan jalanan lagi renggang.

Ia membuka ponselnya yang bergetar, menunjukkan notifikasi dari aplikasi instagram. Saga memuat cerita.

Upin-Ipin kite nak jumpe🙃

Berarti dia baru sampai, seharusnya sudah lama. Ah, mungkin dia telat pos aja! Pikirnya.

Sampainya di sekolah, masih sedikit penghuninya. Setelah membayar Lala melangkah masuk ke gerbang sekolah.
Pasang mata yang ada mulai terfokus padanya dan tak sedikit langsung berbisik pada temannya.

Lala tetap menghiraukannya, yang terpenting hari ini ia sekolah dan ia sangat tidak merasa salah jadi, buat apa merasa takut. Yah, mungkin malu saja.

"Ih, kok nggak malu yah dia sekolah lagi?"

"Iya, padahal, tau sendiri lah yah?"

"Iya dong, satu sekolah aja tau." Ucap mereka lalu berlalu pergi.

Lala tak menanggapi ucapan mereka. Baginya bagaikan angin saja. Toh, lusa mereka sudah tidak bicara lagi.

Selepas dengan ocehan mereka, Lala masuk kekelas. Saat itulah ia harus lebih menyiapkan mental dan penutup telinga yang tebal. Semua mata melirik padanya, tatapan-tatapan tajam dan mengerikan itu, membuatnya risih. Sabar, La! Batinnya menyemangati dirinya sendiri.

Lala duduk di samping Vivi yang sedang memainkan ponselnya, mungkinia belum menyadri kedatangan Lala.

"Vi," Panggil Kiya yang pelan sambil mengarahkan kepalanya pelan menunjuk Lala.

Vivi melirik sedikit ke sampingnya. "Ish, males banget." Ucapnya sambil mengangkat tasnya. "Titi, pindah sini lo!" Serunya.

Titi menolehnya dan melihat siapa di samping Vivi. "Ogah, gue duduk sama dia." Ujarnya malas.

Lala merasa terasingkan di kelasnya sendiri padahal dulu, ia adalah orang terpenting dan banyak yang mendekatinya tapi sekarang, kenapa ia dijauhi?

Vivi memutar bola matanya malas. Ia muak melihat wajah Lala, dan terpaksalah ia duduk dengannya.

"Vi, sini duduk sama gue!" Titah Leon. Sebenarnya malas rasanya ia duduk dengan Leon tapi apa boleh buat.

Dan jadilah sekarang, Lala yang duduk sendirian di bangku paling depan. Vita yang hendak mendekati Lala, langsung Kiya tahan tangannya. "Lo deketin dia, berarti lo keluar dari persahabatan kita!" Ancamnya penuh penekanan.

Evolusi Waktu (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang