1. Raqila Nasyauqi🍃

108 4 0
                                    

Akan aku buktikan pada dunia, terutama mereka bahwa aku bisa menjadi sesuatu yang membanggakan.

SM, 21 Oktober 2019

***
Tepat jam duabelas siang ini, matahari sangat lah terik hanya pohon rindang yang mampu memberi kesejukan alami. Seperti saat ini keempat siswi duduk bersandar dengan sedikit canda di antara mereka.

"La, nanti gue pulang bareng lo yah!" pinta salah satu temannya pada gadis cantik dibalut jilbab berwarna putih.

Hanya senyuman yang ia lempar pada temannya sebagai pertanda iya.

"What! Nama lo, La."

Semua pasang mata mereka menuju pada Vivi yang sedang menatap layar ponselnya.

"Apa?"

"Gue baca nih yah. Raqila Nasyauqi atau yang sering disapa Lala ini, siswi SMA 01 Tunas Bakti mendapatkan juara satu dalam lomba cerdas cermat tingkat nasional. Bukan hanya itu yang membuatnya terkenal dan menjadi perbincangan saat ini, ternyata setelah ditelusuri sampai akarnya dia juga pernah meraih juara dua tingkat nasional dalam lomba atletik bulutangkis. Waw, La. Ini sangat hebat. Boleh lah lo ngajarin kita?"

Raut wajah Lala, langsung berubah masam mendengar namanya disebut. Entah penyakit apa yang ada pada Lala, bukannya senang karena namanya menjadi perbincangan hangat justru sebaliknya.

"Udah lah. Apa kalian tahu my bebep Aldi, mau ajakin gue dinner!" ucap Kiya yang bisa dibilang ketua dari persahabatan mereka.

Seketika semua temannya terlihat antusias kecuali Lala yang hanya menanggapinya dengan ekspresi datar.

"Udah ah, bikin iri aja lo, Ya. Ke kelas yuk, bentar lagi bu Jeje masuk nih!"

Tanpa sedikit aba-aba mereka berdiri dan berjalan meninggalkan pohon rindang dan sejuk itu.

Di dalam kelas yang sama, yaitu kelas XI IPA 2 sedang mendengarkan dan menyimak pelajaran yang dibawakan ibu Jeje.

"Rasulullah Saw, pun mengajarkan kepada kita untuk saling berteman dan menghargai setiap pertemanan." jelas Jeje.

Seketika Lala yang duduk di di depan menunjuk tangannya dan berdiri.
"Iya, La. Ada pertanyaan?"

"Bagaimana jika di dalam pertemanan  tidak ada sikap saling menghargai dan hanya ada sikap saling memanfaatkan saja?" semua anak kelas tidak heran jika pertanyaan Lala sedikit aneh dan rumit, ini sudah biasa bagi mereka.

"Tumbuhkan sikap menghargai itu dari diri kita dulu, La. Insha allah sahabat yang lain pun akan ikut menghargai."

"Tidak, walaupun sikap itu dikembangkan tetap saja masih ada, justru mereka lebih memanfaatkan orang yang seperti itu dengan kemauan mereka, Bu."

"Kebanyakan memang seperti itu, tapi pasti nanti mereka juga akan menghargai."

"Tapi, Bu..." ucapannya terhenti karena Vivi memegang tangannya untuk menghentikan sikapnya.

"Udah, La. Nanti lagi debatnya, kasihan mereka yang mau belajar!"

Lagi-lagi Lala harus mengalah dan menghentikan debatnya dengan Jeje. Ia sangat belum puas dengan jawaban Jeje.

"Pelajaran hari ini sampai di sini. Sekarang waktunya istirahat!" seru Jeje lalu keluar dari kelas.

Kelas pun langsung ramai padahal guru baru lima langkah keluar dari kelas.
Aldi, laki-laki berpawakan tinggi itu memasuki kelas dan langsung menghampiri kekasihnya yang sedang bersama sahabatnya.

"Hai, La." sapa Aldi yang baru duduk di samping Kiya.

Sedangkan Lala hanya cuek dengan tingkah Aldi.

"Ish, pacarnya disapa dulu kali!"

"Yah, maaf sayang. Dia, 'kan sahabat aku dari kecil."

Yah, Aldi dan Lala adalah sahabat dari kecil yang selalu bersama sampai sekarang. Walaupun Aldi telah mempunyai kekasih tapi, ia tidak pernah lupa dengan sahabatnya yang telah mencomblangkannya dengan Kiya.

"La, gue nggak jadi nebeng lo, 'kan udah ada my bebep Aldi." ucap Kiya sambil menempel di bahu Aldi.

"Kita kantin yuk, La, Ta. Malas gue jadi nyamuk di sini!" ajak Vivi.

"Emang kita nyamuk?" Polosnya sahabat Lala satu ini.

"Udah ikut aja!" Vivi langsung menarik tangan Vita agar tak banyak bicara lagi.

Seperti pasangan yang sedang dimabuk asmara, yah itu lah mereka yang duduk di depan Lala yang belum juga beranjak dari duduknya.

Maaf. Batin Aldi saat Lala pergi menyusul Vivi dan Vita.

***
Beberapa guru sedang rapat di ruangan, membahas agenda tahunan yang harus diikuti sekolah.
"Pak, bagaimana ini kita harus mengirim murid untuk mengikuti lomba tahunan sedangkan saat ini prestasi beberapa murid menurun akibat mental mereka teruji dengan kejadian yang baru terjadi?" tanya seorang guru pada kepala sekolah.

"Lebih baik tidak usah mengikuti lomba itu." ucap seorang guru lain.

"Tidak bisa. Nama sekolah akan menjadi bahan perbincangan di luaran, karena agenda yang selalu kita ikuti bahkan selalu ada juara yang kita raih dan tiba-tiba kita tidak mengikuti lagi. Hanya ada satu nama yang bisa menyelamatkan nama sekolah." ucap kepala sekolah yang membuat semua guru yang ada di ruangan penuh tanda tanya.

"Siapa, Pak?"

"Raqila IPA 2. Saya yakin dia bisa dan ini sangat kecil baginya. Dia akan pulang membawa piala dan nama baik sekolah akan terjaga."

"Tapi anak itu selalu menolak, sudah berapa kali kita menawarkan soal ini, dia selalu menolak, Pak dengan alasan yang tidak jelas."

"Saya yang akan bicara padanya, saya yakin dia akan menerimanya. Minta Raqila untuk menemui saya!" putus kepala sekolah dan membuat rapat itu berakhir.

Kepala sekolah terlihat pusing dengan keadaan sekolah yang semakin buruk dan prestasi beberapa murid pintar menurun. Tak ada jalan lain lagi, ia harus membujuk sendiri agar Lala mau mengikuti lomba itu dan nama sekolah akan aman dari perbincangan luar.

Kepala sekolah atau Tatang ini sangat memperhatikan nama baik sekolah dan keadaan yang sekecil apapun. Ia tidak akan membiarkan repotasi sekolah hancur.

"Permisi!" Lala masuk ke ruang kepala sekolah dan duduk di depannya.

"Raqila, Bapak minta kamu untuk mewakili sekolah mengikuti lomba yang selalu sekolah ikuti. Semua murid bahkan guru yang ada di sini, tahu. Bahwa kamu murid yang sangat pintar dan Bapak sangat berharap kamu tidak menolaknya!"

"Tapi, Pak. Saya benar-benar tidak berminat dalam lomba itu." jelas Lala sedikit ragu.

"Kamu sangat punya kesempatan, La. Jika kamu memenangkan lomba ini, bukan hanya nama sekolah yang baik tapi nama kamu juga. Minggu lalu bukannya kamu telah memenangkan lomba cerdas cermat tingkat nasional dan sekarang hanya tingkat sekolah, kecil bagi kamu karena peluang menangnya sangat besar, La!"

"Itu terpaksa."

"Kamu tidak akan diremehkan, La semua orang akan lebih menghargai kamu lagi."

Apa ini waktu yang tepat? Lala dilanda kebingungan berat dengan apa yang diajukan kepala sekolah. Bukan tanpa alasan Lala menolaknya, ini semua karena masa lalu yang tidak bisa dijelaskannya.

"Iya saya akan ikut, Pak." keputusan Lala membuat kepala sekolah senang. Di samping itu ada seorang guru yang sangat peduli dengannya sedang melihat perbincangan mereka. Terlihat tarikan di bibirnya mendengar jawaban Lala.

Alhamdulillah, kamu akan membuktikan pada semua orang, La bahwa kamu bisa! Batin guru itu yang ternyata adalah guru BK, namanya ibu Yuni.

See you! 🍃

Evolusi Waktu (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang