12. Dia tidak bersalah🍃

18 1 0
                                    

Seorang sahabat tidak akan pernah meninggalkan kalian dalam situasi apapun.

SM, 29 Desember 2019

Vita membawa 2 gelas yang berisi jus jambu buatannya tadi. Ia duduk di samping Saga yang sedang asik bermain ps.
"Nih!" Vita meletakkan segelas jus di depan Saga.

"Yes, menang gue." Teriak Saga lalu meminum jusnya.

Kenapa gue nggak tanya aja, sama Vita.

"Ta apa bener kemarin, poto Lala sama temennya di sebuah hotel tersebar? Terus lo tahu pelaku yang nyebar itu siapa?" Tanya Saga, padahal ia sudah tahu dari Lala kemarin yang bercerita padanya. Ia ingin tahu yang sebenarnya, karena menurutnya Lala bukanlah tipe perempuan seperti itu. Dan ia curiga itu poto hanya editan tangan pintar orang saja bukannya mudah jika sudah handal dalam mengedit poto, orang yang awalnya hanya gandengan dibuat merangkul, sangat mudah.

Setelah meneguk jusnya, Vita kembali mengingat kejadian kemarin yang tak pernah ia sangka sebelumnya. "Iya bener, tapi gue nggak tau siapa yang nyebarnya."

"Kalo dua temen lo itu, ada nggak kemungkinan mereka yang nyebar, bukannya mereka kurang suka sama Lala? Gue janji deh nggak akan bilang sama siapa-siapa!" Yah, kalau tidak begitu, ia tidak tahu kejadian sebebarnya. Saga sangat mencurigai kedua temennya Vita itu.

"Bisa jadi, soalnya kemarin waktu denger berita itu mereka biasa aja. Padahal 'kan si Vivi itu penggemar beratnya kak Fahri, seharusnya dia kaget 'kan tapi ini enggak. Gue nggak tahu sih siapa." Pungkasnya.

Kayaknya memang dia nggak tahu, tapi ada kemungkinan kalau ini perbuatan temennya Lala sendiri. Pikirnya.

Saga tidak akan biarkan sahabatnya terus dimanfaatin dan dikhianati seperti ini. Saga kembali meneguk jusnya dan masih terus berpikir.

Sedangkan Vita, ia pergi ke kamarnya. Saga berbaring di kursi. Sudah 3 hari ini, ia menginap di rumah Vita karena bibi dan om-nya sedang berada di Amerika. Ia diberi amanah menjaga Vita, sepupunya itu. Tentu tidak hanya mereka berdua di rumah itu, ada pembantu, sopir dan satpam di rumah yang ikut menjaga Vita.

Sinar mentari menembus masuk ke dalam rumah, membuat Saga yang masih terlelap dalam tidurnya di kursi terbangun. Vita, ia sudah siap berangkat ke sekolah. "Woy, enggak sekolah apa lo? Jam segini baru bangun." Sindirnya sedangkan Saga memasang muka bangun tidurnya dan kembali menguap. Lalu pergi ke kamar mandi tanpa peduli dengan pertanyaan Vita.

Setelah mandi mereka berdua berangkat bersama, walaupun beda sekolah. Sebenarnya setelah pindah rumah, Saga sudah ditawarkan pindah sekolah di sekolahnya Vita tapi, ia sudah kelas 3 dan tentunya akan sulit untuk beradaptasi kembali ke sekolah baru terlebih lagi, ia yang akan melaksanakan ujian. "Ta, Lala belum masuk sekolah?" Tanya Fahri saat Vita berjalan menuju kelasnya.

"Nggak tahu Kak. Mungkin ia malu karena kasus kemarin dan beasiswanya dicabut itu." Ujarnya. "Oh, ya udah." Fahri berjalan menjauh dari Vita. Ia ke perpustakaan mencari buku untuk tugasnya. Mengingat ia sudah kelas 3 dan sebentar lagi akan melaksanakan simulasi.

Kita sudah yakin poto itu editan lalu kenapa ia tidak sekolah. Ah, sudahlah nanti kerumahnya saja biar jelas. Pikirnya.

Lalu ia membuka ponselnya dan mengetik pesan untuk Lala.

"Woy!" Teriak Saga di luar gerbang.

Fahri menghampirinya saat ia melambaikan tangannya.
"Iya ada apa?"

"Gue Fahri, sepupunya Vita sekaligus sahabatnya Lala," Saga mengulurkan tanganbya dan disambut baik oleh Fahri.

"Gue Fahri. Duduk situ aja yuk!" Seru Fahri, sepertinya ia tahu Saga akan berbicara penting dan panjang.

Mereka duduk di sana. "Gue tau masalah lo sama Lala dan kayaknya gue setuju kalau poto itu editan semata. Gimana kalau kita buktiin kalau lo pada kagak bersalah! Gue lakuin ini karena gue peduli sama sahabat gue dan gue udah nggak tahan sama sahabat penghianat kayak mereka!" Fahri tahu alur bicara Saga dan ia juga setuju dengan hal itu.

"Oke, nanti kita ke rumah Lala, kita bicara sama dia."

"Dia nggak akan percaya, tapi kita coba dulu. Gue bakal awasin sahabtnya di rumah dan lo di sekolah."

***
Hari ini kembali seperti kemarin, Lala hanya menganggur di rumah setelah pulang dari butik Maya. Ia hanya sebentar bekerja di sana karena masih baru.

Kak Fahri

Gue nanti mau ke rumah lo, mau bicara penting

Iya, Kak.

"Bicara apa coba?"

Lala mengambil selembar kertas di mejanya, rasanya tangannya ingin bergerak menulis puisi.

Angin...
Hembusan napas yang menderu
Memikat hati dan pikiran.
Bagaikan setumpuk daun rindu yang tak kian kumengerti.

Angin...

Saat ingin kembali meneruskan puisinya, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya dan memanggil namanya.
"Lala!"

Setelah membuka pintu, terlihat Fahri di depannya.
"La, kenapa lo nggak sekolah?" Tanyanya setelah duduk di kursi teras bersama Lala.

"Nggak papa, Kak."

Fahri tahu Lala bohong. Tapi ia juga tidak mungkin terus memaksa Lala jujur padanya, memang siapa dia?

"La, lo sadar nggak sih kalau sahabat lo semuanya manfaatin dan nggak ngehargain lo? Dan gue curiga di balik masalah kita kemarin, pasti ada ikut campur tangan sahabat lo itu." Fahri langsung to the point walaupun ia akan tahu, Lala sulit mempercayainya.

"Iya gue juga setuju sama perkataan dia, La." Ujar Saga yang baru datang di samping Lala. Lala menoleh dan mendapatinya. Di sana ada tiga kursi jadi, pas untuk mereka bertiga.

Lala sedikit aneh dengan Fahri dan Saga yang sudah seperti orang akrab.

"Mungkin mereka kesal saja, sebentar lagi juga nggak," Ujarnya santai dan tentu membuat keduanya kesal.

"Stop terus berpikiran positif, La. Lo itu terlalu baik buat mereka, lo itu dimanfaatin," Kini Saga mulai emosi dengan nada kesal, sedikit keras ia berbicara dan berdiri tiba-tiba. Mungkin ia sudah tidak tahan lagi dengan sikap Lala yang terlalu baik dan polos itu.

"Kalau lo masih nggak percaya beri kita waktu buat buktiin ke lo!" Akhir Fahri dan disetujui Saga. Tinggal Lala yang masih terdiam.

Lala masih tidak percaya perkataan dua laki-laki itu. Karena menurutnya sahabatnya hanya sedang kesal semata, tapi kenapa mereka sangat yakin. Pikirnya.

"Kita bakal mulai mendekati Novi yang berkata duluan poto itu editan." Ujar Fahri saat tidak ada respon dari Lala dan dia berasumsi bahwa Lala menyetujuinya.

"Editan, kok dia bisa tau?" Tanyanya. "Iya, salah satu keluarganya adalah pengacara yang sering menangani pemalsuan poto."

Fahri menjelaskan pernyataan Jay di kelas tadi. Lala seperti kembali menerima harapan untuk tetap sekolah dengan beasiswa, jika Novi berhasil membuktikannya. Ia tidak menyangka, akan ada orang yang baik padanya dan membantunya. Selebih lagi ia belum mengenal sosok Novi.

"Terima kasih, kalian mau membantu dan untuk tudingan kalian pada sahabat Lala, maaf, Lala belum bisa percaya."

Keduanya frustasi dengan penuturan Lala. Sungguh sangat sulit membuatnya percaya, padahal sudah berulang kali ia disakiti dan dikhianati.

Thank you🍃

Selalu ingatkan aku ketika salah!🍃

Evolusi Waktu (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang