Terjebak Nostalgia

134 5 0
                                    

Hari itu ia dan teman-temannya sudah hampir menyelesaikan beberapa tugas. Kematangan rencana acara reuni mendekati sempurna. Tibalah saat yang ditunggu, dimana Narni juga turut sibuk mengurus semua keperluan.

Ia berusaha merekap ulang kaos alumni untuk para peserta reuni. Karena kalau untuk dirinya tak mau jika tanggung jawabnya berkesan kurang. Buku yang sedari tadi ia pegang masih menempel setia di genggamannya.

"Satu, dua, tiga, empat, lima...."

Bibirnya masih terus bergerak menghitung dan memastikan catatannya tak luput dari pandangan matanya. Dengan teliti ia terus melakukannya dan akhirnya selesai pada angka terakhir.

"Ehm, akhirnya selesai sudah dan semoga catatanku pas benar," gumam Narni.

Birunya langit menghampar berhiaskan jejeran awan putih. Sepertinya memang cuaca mendekap erat pada cerahnya. Bentuk dukungan terbaik untuk mereka yang berduka cita hadir di acara reuni.

Kaos warna abu-abu berpadu warna biru dengan celana panjang jeans, sepatu hitam nampak. penampilan cukup sederhananya seorang Narni. Kaos reuni angkatannya yang ia kenakan dibeli dengan uangnya sendiri itu, lumayan membuatnya senang dan bangga.

Ia merasa seolah kalau percaya dirinya tetap ada karena ditunjuk sebagai anggota panitia. Ya memang, ketika SMP dulu, Narni kerap dipilih dalam kegiatan yang berhubungan dengan sekolah. Dan ia termasuk murid yang selalu masuk 10 besar urutan ranking kelas.

Suasana mulai ramai dengan datangnya satu per satu peserta reuni. Rina yang sudah berdiri di depan panggung dan tengah mengatur beberapa persiapan acaranya itu. Matanya pun siap membidik para anggota panitia untuk sekadar menanyakan apakah telah siap atau tidaknya teknis persiapan acara.

"Nar! sini," teriaknya dari kejauhan dengan tangan melambai.

"Ya Rin!" Narni melangkah mendekati Rina.

"Tolong, kamu cek semua sponsor suvenirnya," perintah Rina.

"Ya baiklah," jawab Narni.

Lalu Ia bergegas pergi melakukan apa yang diperintahkan oleh wakil ketua panitia. Setelah mengecek satu per satu semuanya dan memastikan suvenir dihitung lengkap, segera ia menghampiri Rina.

"Rin! Semua siap!"

"Ok! Bagus."

Rina mengacungkan ibu jari seraya menganggukkan kepala dan tersenyum lebar ke Narni. Peserta reuni sudah mulai ramai berdatangan. Panggung sudah tertata rapi. Organ tunggal telah dimainkan untuk menyambut para peserta reuni itu.

Riuh suara orang-orang yang berada di dalam gedung pertemuan balai desa itu, menambah kemeriahan acara. Reuni memang memilih di adakan di gedung balai desa. Karena kapasitas dan tempatnya lumayan berada di tengah pusat desa itu dan memudahkan jangkauannya.

Seluruh peserta yang terdiri dari berbagai angkatan. Memang reuni di ambil mulai dari angkatan pertama sampai ke sepuluh. Membawa berbagai status dalam karir, kehidupan pribadi tapi meski berbeda angkatan mereka tetap saling membaur.

Tak terkecuali jua dari angkatan Narni sendiri. Mereka berusaha berkumpul satu kelompok dulu. Karena memastikan seberapa yang bisa hadir ataupun tidak. Senada kaos yang dikenakan membuat kesan kekompakan makin mengasyikkan.

Setelah terkumpul semua, Rina menyapa dan menyerukan yel-yel.

"Selamat pagi kawanku semua! Angkatan rumpun yes!"

Semua kompak menjawab dengan penuh antusias. Dan Rina pun mengucapkan terima kasih dengan sambutan kata untuk teman-teman seangkatan yang sudah hadir. Ketika masih tengah berlangsung Rina memberikan sambutan khusus itu, datanglah sosok tinggi besar, berkulit sawo matang namun cukup bersih dan bergegas mendekati kerumunan itu.

Sosok yang datang diam-diam itu, bibirnya tersenyum tipis. Matanya seperti mencari seseorang. Dan akhirnya pandangannya berhenti pada Narni yang masih asyik memperhatikan Rina berbicara di depan teman-teman.

Lalu sosok lelaki itu pun akhirnya beringsut dari tempat semula. Berjalan pelan mendekati Narni. Narni tak sadar kalau lelaki itu sudah berada tepat di belakangnya. Kepala lelaki itu di condongkan sedikit ke arah samping telinga Narni.

"Nar, apa kabar," bisikan si lelaki.

Alangkah terkejutnya Narni kalau ia mendapati sesosok lelaki tang berada tepat di belakangnya tengah tersenyum memandangnya. Narni menoleh dan terperanjat, kedua telapak tangannya menempel di pipinya.

"Hah! Danang? Benar nih kamu kan!" seru Narni.

"Ya, ini aku Nar," lugas Danang yang masih tersenyum.

"Ya ampun, enggak ngira deh kalau kamu sudah di sini karena kata teman-teman, kamu di kota lain selama ini," ujar Narni.

"Keren kamu sekarang!" ujarnya terkagum pada sosok Danang.

"Yuk! Kita senang-senang deh hari ini," ajak Narni seraya tanpa sadar menggandeng tangan Danang menuju tempat duduk.

Rina yang telah selesai berbicara di depan lalu memberi arahan supaya angkatannya dipersilakan duduk dan membaur dengan peserta lainnya. Acara pun segera dimulai. Riuh tepuk tangan menyambut acara reuni akbar itu dengan suka cita.

Maid In MerlionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang