Sahabat Dulu Tiga

97 4 0
                                    

Kriing Kriing Kriing!!!

Waduh siapa tuh yang telpon? Ehm... semoga bukan Danang 🤭

Angin sepoi berembus pelan menerpa wajah Narni. Rambutnya yang panjang tergerai begitu saja. Rambutnya yang basah di pagi hari serasa membawa aura bahagianya.

Semalam ia dicumbui suaminya, melakukan kewajiban sebagai bentuk ibadah dan pengabdiannya pada seorang suami. Karena hal ini pun upaya mencegah suaminya mencemburui Narni.

Karena saat itu ia belum tahu apa yang mampu meredakan kecemburuan Sasongko. Handphone di tangan Narni berbunyi dan melihat  layarnya muncul nama Danang. Sepagi itu Danang menghubungi Narni?

Narni : Assalamualaikum Nang?

Danang : Waalaikumsalam Nar.

Narni : Apa kabarmu hari ini Nang? Tumben kamu pagi-pagi dah telpon?

Danang : Hehe aku cuma ingin memastikan kalau sahabatku ini sehat dan baik-baik saja.

Narni : Oh gitu, kupikir ada penting. Iya aku baik-baik saja kok.

Danang : Oh sukurlah.

Narni : Maaf Nang, aku mau siapkan sarapan untuk keluargaku ya?

Danang : Oh ya aku juga minta maaf kalau barangkali mengganggumu.

Sebenarnya Danang dengan sangat santun ketika dirinya berusaha menjalin kembali persahabatannya dengan Narni. Ia tak mau sampai begitu mengganggu aktivitasnya itu. Dirinya sadar, posisi Narni yang sekarang bukan perempuan seorang diri tapi ada pendamping serta tanggung jawab.

Hari itu panas cuaca mendarat tepat di desa. Orang-orang yang melakukan aktivitasnya sangat merasakan panasnya. Dan Narni pun tak luput dari panas terik matahari. Kulitnya yang bersih putih seolah tak ia hiraukan.

Tangannya terus menata rapi dan merawat setiap tanaman bunga yang ada di pot itu. Serasa terbakar kulitnya tapi ia terus saja semangat lakukan. Namun tanpa ia sadari, sepasang kaki yang bersepatu sport hitam berpadu putih berada tepat di hadapannya.

Wajah Narni yang tengah mengarah ke bawah dan posisinya yang jongkok sesaat terkejut bukan kepalan. Matanya mengarah pandangan pada sosok lelaki yang sudah ada di depannya.

"Danang! Eh kamu enggak bilang-bilang mau ke rumahku?" seru Narni dengan mata dan mulut membulat.

Danang tersenyum dan ia mengulurkan tangannya pada Narni. Kehadiran Danang yang mendadak dan kesan memberi kejutan itu selalu ia lakukan semasa dulu. Yang akhirnya terkadang buat Narni sedikit dongkol akan apa yang ia perbuat.

"Dulu, kamu selalu lakukan begini dan sekarang?" gusar Narni seraya mencuci tangannya.

Narni pun ulurkan tangan pada sahabatnya itu. Mereka sama tersenyum seakan merasakan rasa yang dulu, satu kebahagiaan tersendiri antara mereka berdua. Tapi Narni mendadak salah tingkah, karena ia memikirkan hal yang tak harus terjadi.

"Nar, maaf kalau aku sengaja lakukan ini, biar kamu enggak menolak lagi akan kehadiranku."

"Enggak apa-apa sih, cuma...."

"Eh! Cuma apa?"

"Cuma tolong kamu jangan mendadak datang begini karena... aku enggak mau suamiku salah sangka akan hal ini, ya? Aku mohon Mengerti lah," pinta Narni.

Tatapan Narni nanar, jauh ke depan membawa imaji pikir yang sebenarnya tak mau terjadi. Wajah Sasongko sudah menunggu di pelupuk matanya. Ia berharap agar semuanya baik-baik saja.

"Ya baiklah, aku mengerti Nar. Maafkan aku kalau kamu kurang berkenan," ujar Danang.

Lalu mereka pun beradu pandang tanpa mereka sadari. Seperti ada satu kekuatan mengantar mata mereka bertatapan. Entah apa sebenarnya yang merasuki mereka berdua.

Satu, dua, tiga, empat! Arrrgh! Hampir saja mereka berciuman.

Maid In MerlionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang