Me Time Enam

129 11 0
                                    

Kerikil sandungan memulai pada terabaikan tugas dalam rumah. Pulang dari urusan sebagai anggota panitia, ia terkadang pulang sore menjelang magrib. Ia hampir tak sadar kalau Arfa putranya tak terurus. Ibunya yang biasa bekerja membantu bapaknya terpaksa mengurangi jam kerja. Ibu pun membantu mengurus menjaga cucunya itu.

Satu hari ibunya mengeluh karena mungkin cukup merasakan kelelahan karena menjaga Arfa. Arfa yang memang seorang anak cukup aktif tapi karena faktor kesehatannya, jadi ia harus dijaga sebaik mungkin. Ia tak boleh kelelahan dalam beraktifitas.

"Nar, Ibu gak bisa kalau menjaga Arfa," keluhnya pada Narni.

"Kenapa Bu? Ibu capek ya?" tanya Narni.

"Iya lah, mendingan Ibu ngurus sawah daripada jagain cucu," kesahnya.

"Tolonglah Bu... sekali ini saja, aku minta Ibu tolong jaga dia," pinta Narni.

"Ehm... tapi kalau kamu benar setelah selesai urusanmu, Ibu minta tolong gak usah buat kerja beginian ya?" ucapnya.

"Ya deh Bu, aku janji gak akan begitu."

Sudah berjalan setengah bulan Narni membantu rencana reuni akbar sekolah SMPnya itu. Dan ia pun dipercaya sebagai bendahara dari panitia reuni. Dan saat rapat kembali diadakan karena untuk membicarakan hasil dari revisi acaranya.

Siang hari, terik matahari membakar kulit siapa pun yang berada luar rumah. Narni melihat Rina tengah menuju posisinya yang tengah duduk depan ruangan.

"Nar, kamu sudah rekap setengah kegiatan keuangan kita?" tanya Rina yang mendekatinya.

"Oh sudah Rin," jawab Narni.

"Ok baguslah kalau begitu," ujar Rina dengan senyum rekahnya.

"Eh ngomong-ngomong Rin, kamu kelihatan cantik, putih dan bersih deh," ujar Narni memuji.

"Ah! Masa sih? Biasa aja kali," selorohnya.

"Iya! Benar loh," ujar Narni pasti.

"Nar, maaf. Mata kamu gak lagi ngantuk kan ha..ha."

"Hussh! Ya enggak lah!

"Kamu tahu gak? Kalau aku selama ini kerja di mana?" tanya Rina.

"Aku gak tau lah, kan kita jarang bicara ini sejak kita pertama bertemu, kita hanya bicara yang ada hubungan dengan reuni kan?" jelasnya.

"ok...." kepala Rina terangguk-angguk tanda mengerti apa yang dimaksud Narni.

"Ok, aku itu sejak lulus sekolah kita, aku kerja di luar negeri." jelas Rina.

"Hah? Ke luar negeri? Terus sekarang kamu susah pulang? Memang berapa tahun kamu di sana?" cecar Narni.

"Iya! Aku ke Singapura, sudah lima tahun! Tapi aku sudah bolak balik pulang ambil cuti tiap dua tahun kok," ujarnya meyakinkan Narni yang terheran.

"Wah... hebat kamu Rin! Lima tahun kamu betah di sana," decak kagumnya.

"Aku saja buta akan hal itu! Bahkan gak sedikitpun terbersit untuk bekerja ke luar negeri," ungkap Narni pada temannya itu.

"Ya kan kamu memang mungkin sudah merasa nyaman dan aman dengan kondisimu saat ini," ujar Rina.

"Ho oh! Mungkin iya juga sih," ucapnya seraya beringsut dari tempat semula.

"Gini Rin, kapan waktu aku pengen bicara hal ini, sepertinya menarik banget kisah pengalamanmu."

"Ya baiklah, biar kita bisa lebih akrab," kata Rina,"Kan kita udah lima tahun gak ketemu kan."

Mereka berdua melanjutkan rapat panitia reuni sekolah. Tiba sore hari rapat selesai dan semua pulang dengan hati yang lumayan lega karena sebagian tugas terselesaikan.

Tetiba di rumah ternyata Sasongko sudah menunggunya tepat di depan pintu. Wajahnya menunjukkan sedikit ketidaksukaan pada istrinya yang baru saja tiba.

Maid In MerlionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang