Rentang Waktu Satu

118 4 0
                                    

Semoga ademmmm ya kuy... 😉😊

***

Suasana akhirnya mulai dingin dan sebelum Sasongko masuk ia pun mengucapkan terima kasih pada para tetangga dekatnya.

"Terima kasih semuanya."

"Ya Mas, sama-sama, alangkah baiknya dibicarakan baik-baik dulu Mas," ucap mereka.

"Ya saya juga minta maaf," ucap Sasongko ke tetangga yang satu per satu mulai meninggalkan halaman rumahnya.

Matanya pun tertuju tajam pada Danang, sahabat Narni. Sasongko memalingkan wajah ke arah bale-bale yang ada di teras rumah. Tubuhnya serasa sedikit lemas karena baru saja ia seolah mengeluarkan tenaga yang menuruti tuannya, si emosi kemarahan.

"Mas, situ cuma mau berdiri seperti patung gitu?" ucap sinis Sasongko seraya melambaikan tangan ke arah Danang.

"Oh! Enggak lah Mas," jawab Sasongko berusaha tenang.

"Maaf Mas, kalau saya membuat sampeyan jadi emosi," ucap Danang yang menyusul duduk bersebelahan dengan Sasongko.

"Ya, aku juga minta maaf karena aku sebagai seorang suami jelas merasa cemburu, apalagi Narni kadang enggak mau cerita semua yang dilakukannya sehari-hari." Dengusnya setengah menjelaskan.

Danang terdiam, pandang matanya nanar. Tadi Sasongko memukul tepat di wajahnya membuat matanya sedikit lebam biru. Ia hanya duduk bergeming, kedua telapak tangannya dikaitkan menyatu.

"Jadi... kamu ini sahabat waktu SMP dulu? Lalu kalian bertemu di acara reuni itu kan? Lalu ngapain kamu datang ke rumah kami? Bukankah urusan sudah selesai kalau soal reuni?" cecaran pertanyaan itu seolah Sasongko betul ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Dengan pertanyaan yang membuat sejuta perasaan Danang makin tak enak. Karena sebenarnya ia tak inginkan hal demikian. Ia bertujuan untuk sekadar menyambung tali persaudaraan dengan Narni.

"Bukannya selesai kan urusanmu dengan urusan istriku kan?" ulang Sasongko.

Danang terdiam sejenak, mengatur ritme napas yang ada dalam dadanya. Tarikan napas panjang menyela pada helaan yang sudah kesekian kali. Kedua tangannya ditangkupkan, seolah ingin menenangkan jiwanya yang tetap terbawa tenang.

"Maaf sebelumnya Mas, aku pun hanya berniat silaturahmi dan itu tak lebih." Dengan rasa yang membuncah.

Dan ia melanjutkan,"Enggak ada niat sedikitpun untuk melakukan hal di luar aturan norma, karena aku begitu paham akan posisi Narni."

Mereka berdua mendadak terdiam, Danang hanya merasa ia tak punyai hal yang seakan untuk mampu mengganggu kehidupan rumah tangga Narni dan Sasongko. Tapi Sasongko pun tak begitu memikirkan untuk lebih berpositif diri hingga kecemburuanlah yang akhirnya ada.

Tiba-tiba handphone Sasongko yang di letakkan atas meja, berdering. Layar yang menunjukkan nama istrinya, menghubungi. Lalu Sasongko menekan tombol gambar telepon pada keypad itu.

Sasongko : Halo?

Narni : Halo Mas, tolong aku dijemput di terminal kecamatan, Arfa minta pulang, bapak sama ibu masih di rumah Pak Lik.

Sasongko    : Ya sudah, aku ke tempatmu sekarang, tunggu dulu.

Narni : Ya, aku tungguin.

Lalu Sasongko menutup pembicaraan, dan ia menoleh ke arah Danang yang tengah asyik memainkan handphonenya itu. Sasongko pun berdiri lalu menghadap ke arah Danang.

"Mas, aku mau jemput istri dan anakku dulu, mungkin lain waktu kita bisa sambung untuk ngobrol lagi," jelas Sasongko.

Danang yang diberi tahu akan hal itu pun mampu untuk benar menghargai dan menghormati Sasongko. Ia tak mau berpikir negatif yang seolah kalau itu adalah upaya Sasongko melakukan pengusiran halus.

"Ya Mas, saya tahu kalau sampeyan sibuk." Mata Danang membulat.

"Terima kasih sudah mau terima saya di sini untuk bisa bersilaturahmi dengan Mas Sasongko, saya juga minta maaf kalau tidak mengatakan dahulu siapa saya sebenarnya secara jelas," ungkap Danang yang menjelaskan hal sebenarnya.

Lalu mereka berjabat tangan erat dan saling memaafkan satu sama lain.

****

Sampeyan : Kamu

Maid In MerlionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang