Hari di malam pertama, sungguh bukan hari yang di nantikan Narni. Tapi justru sebaliknya, Sasongko yang sudah menggebu-gebu untuk bisa menikmati momen yang orang bilang adalah momen yang takkan terlupakan untuk pasangan siapapun.
Kamar yang berhiaskan bunga-bunga dan wewangian bunga sedap malam, justru membuat hati Narni menciut. Ia merasakan takut karena hal inilah sedari tadi ia hanya diam duduk. Sasongko yang masih sibuk melepas satu per satu pakaian pengantin dan melihat sikap istrinya yang terdiam lalu mendekatinya pelan.
"Dik, ada apa? Kok dari tadi diam saja?"
Sasongko duduk di samping Narni dan lengan tangannya merangkul istrinya.
"Ayolah Dik, ada apa?"
Tubuh Narni sedikit beringsut dari posisi duduknya karena merasa risih dengan rangkulan suaminya. Sasongko pun hanya tersenyum melihat sikapnya seperti itu.
"Gak ada apa-apa kok Mas."
"Kalau gak ada apapun, mengapa kamu diam sejak tadi kita duduk bersanding, padahal aku sudah berusaha memberi kode padamu untuk banyak tersenyum pada para tamu."
"Maaf kalau begitu... Mas."
Sikap datar Narni membawa suasana yang tak begitu nyaman. Ia masih diam lalu Sasongko menggenggam jemari Narni. Dan Narni seperti tak mau disentuh oleh lelaki itu yang sudah sah menjadi suaminya. Ia berusaha melepas pelan genggaman itu.
"Dik, kamu ini kenapa sih? Aku ingin kamu bahagia denganku saat ini, bukan untuk terbawa suasana tak nyaman."
"Tolong, Dik!"
"Baiklah, kalau kamu gak mau bicara ya sudah, aku gak akan memaksa."
Tubuh lelaki itu pergi berlalu dari hadapan Narni dan ia menuju pintu lalu keluar. Pandangan Narni mengikuti suaminya yang pergi meninggalkannya seorang diri di dalam kamar.
Napasnya mendesah pelan, tangannya memegang perut, mulutnya sedikit meringis. Ternyata ia tengah merasakan perutnya sakit. Mungkin karena kain benting yang ia pakai sangat ketat hingga perutnya merasakan kesakitan.
Tubuh Narni terlalu lelah setelah acara resepsi pernikahan di rumahnya itu. Tubuhnya lalu ia hempaskan di ranjang pengantin itu. Aroma yang menusuk hidungnya dari bunga sedap malam yang terletak di sudut kamar buatnya serasa membenci wewangian bunga tersebut.
Keesokan harinya, pipinya terasa ada yang mengecup. Ia terkejut ketika mendapati lelaki itu tidur di belakangnya sambil memeluk tubuhnya. Seketika ia menghempaskan tubuh suaminya kuat-kuat.
"Hey, Mas? Apa yang kamu lakukan di tempat tidurku?!"
"Loh? Kenapa kamu kaget? Wajarlah kita tidur bersama, kan kamu istriku, semalam kamu tertidur lelap dan aku gak berani membangunkan u karena kulihat kamu lelah sekali."
Jelas Sasongko pada istrinya lalu iapun bangun dari posisi tidur dan memandang wajah Narni yang masih sedikit kebingungan.
"Ayo, kamu mandi dulu Dik."
"Ya."
Kemudian ia pun segera pergi untuk mandi, sementara suaminya pergi ke ruang tamu untuk menikmati kopi yang ibu mertuanya siapkan. Bibirnya menyeruput sedikit demi sedikit air kopi panas itu. Sesekali rokoknya ia hisap sembari tangannya memegang koran yang ingin dibacanya.
Tak lama Narni selesai mandi lalu ia menghampiri suaminya yang asyik membaca itu.
"Mas, kapan kamu mulai berangkat kerja?"
"Kok kamu menanyakan hal itu?"
"Maksudku... kalau aku nanti ingin kerja juga, bagaimana?"
"Kamu gak usah repot-repot kerja, kan uang gajiku bisa untuk biaya kita sehari-hari."
"Ehm... ya sudahlah, terserah kamu Mas."
Dan mereka terlibat obrolan santai layaknya suami istri yang sedang bertukar pikiran. Sasongko tampak sangat bahagia setelah istrinya mau merespon obrolan mereka berdua. Setelah selesai ngobrol, mereka pun berjalan keluar sekadar untuk menikmati suasana desa yang ramai.
"Duh Gusti, kalau semua ini memang sudah takdirku, berilah aku setitik kekuatan bahkan kemudahan menjalani semua ini."
![](https://img.wattpad.com/cover/201026460-288-k785121.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Maid In Merlion
ChickLitNarni adalah gadis desa yang mencoba mengadu nasib seperti teman-temannya yang sudah dulu berada di luar negeri. Konflik rumah tangganya yang tak kunjung mendapat solusi justru semakin membuatnya bingung. Dengan terpaksa ia tinggalkan anak dan suami...