9

4.5K 346 10
                                    

Wendy membawakan cemilan dan dua gelas susu coklat untuk kedua anaknya. Wendy tersenyum menyadari banyaknya kesamaan antara Arin dan Augie. Yang pertama mereka suka susu coklat dan alergi susu kedelai. Yang kedua mereka sama-sama alergi udang dan segala masakan yang mengandung kacang-kacangan. Dan masih banyak lagi.

Sebenarnya Wendy merasa berdosa menyembunyikan fakta tentang Augie. Habis Yogi akhir-akhir ini berubah menjadi aneh. Dan Wendy tidak ingin menambah resiko Yogi bertambah aneh dengan mengetahui Augie adalah anaknya.

"Papa mana Ma? Kok dari Arin melek sampai sekarang Papa nggak kelihatan?" Tanya Arin yang sedari pagi tidak melihat kehadiran Yogi. Dia mencolek-colek pipi Augie yang serius menyusun balok-balok lego.

"Tadi pagi habis anterin Tante Jennie, papa Arin langsung joging" Jawab Wendy ikut bergabung duduk lesehan bersama kedua anaknya. Melihat mereka akur. Menjadi kebahagiaan tersendiri untuk Wendy.

"Yes! Tante Jennie sudah pulang" Arin mengangkat tangan Augie ke atas. Tapi Augie cemberut dan menghempaskan tanganya. Karena legonya jadi berantakan tersenggol tangan Arin.

"Ups... Mbak nggak sengaja, Augie sayang"

"Mbak Arin cih, Augie kan udah cucun. Tapi jadi loboh gala-gala Mbak Arin" Ucap Augie merajuk melihat usahanya berakhir sia-sia. Bukanya merasa bersalah Arin malah tertawa geli karena aksen cadel Augie.

"Yeee Mbak kan nggak sengaja. Lagian tinggal di susun lagi kan beres"

"Bunda, Mbak Arin nakal."

"Mbak Arin" Tegur Wendy lembut, Arin mencubit kedua pipi Augie sebelum membantu Augie menyeselaikan menyusun legonya.

"Ah Augie payah. Gini aja nggak bisa, gini nih caranya" Arin berdiri lalu duduk di belakang Augie. Menggerakan tangan Augie untuk menyusun lego agar pas dan sesuai.

Suara motor yang berhenti di halaman rumah. Membuat Wendy mengernyit dan melongokan kepalanya demi melihat siapa yang bertamu. Dia lalu berdiri dan keluar rumah. Ternyata Yogi yang datang dengan di bonceng seorang bapak-bapak yang wajahnya panik.

"Ya Allah kenapa kamu Mas?" Tanya Wendy khawatir, gimana tidak khawatir. Kalau Yogi menggulung celananya sampai lutut. Dan memperlihatkan lututnya yang berdarah.

"Tadi ada kecelakaan sedikit Wen"

"Sedikit gimana? Kamu ini ceroboh banget sih Mas"

"Saya tadi yang ndak sengaja nyerempet Masnya. Maaf yo Mbak Mas" Sahut bapak itu bersalah sambil mendudukan Yogi pada salah satu bangku di teras.

"Bukan salah Bapak, saya aja yang nyebrang nggak lihat-lihat jalan." Yogi menepuk pundak bapak itu sebelum menyuruh bapak itu pergi saja. Karena hari sudah mulai siang. Dan bapak itu harus segera ke sawah untuk bekerja.

Yogi mengangkat alisnya heran saat Wendy tidak berhenti menatapnya. Tanpa kata, Wendy masuk kedalam rumah. Dan setelah Wendy pergi barulah Yogi meringis kesakitan. Demi menjaga image di depan Wendy. Dia sampai menggigit lidahnya untuk mengurangi rasa sakit.

"Shhh...." Yogi meniup-niup lukanya supaya tidak perih. Eh tapi malah tambah perih.

"Siniin kakinya, aku obati"

Malas berdebat dengan Wendy yang wajahnya sudah berubah cemberut. Yogi menyerahkan kakinya untuk diobati oleh Wendy. Wendy duduk beralaskan lututnya. Lalu dia mengambil kapas dan menuangkan cairan bening keatasnya. Sebelum mengusapkanya ke luka Yogi. Lebih tepatnya di tekan-tekan, bukan diusap.

"Erghh" Desis Yogi sakit.

"Kalau mau teriak, teriak aja Mas. Nggak usah ditahan-tahan" Ujar Wendy dingin sambil meniup-niup luka Yogi.

Rahasiaku [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang