Suara adzan subuh berkumandang. Menghentikan lantunan surah Al-Kahfi yang sedang dibaca Wendy. Wanita bermukena itu menutup Al-Qur'anya. Dan bergegas berdiri untuk membangunkan kebo tidur yang masih nyaman bergelung dengan guling dan selimutnya.
Pelan-pelan Wendy menggoyangkan lengan suaminya yang terpejam rapat. Dan pria yang bermata sipit itu hanya bergumam dan mengernyit tanpa niatan bangun. Malahan Yogi berbalik memunggungi Wendy dan menendang selimut karena merasa gerah.
"Mas udah subuh, shalat dulu yuk. Nanti boleh lanjut tidur lagi kalau masih capek"
Sebenarnya tidak tega juga membangunkan Yogi yang baru saja tidur tiga jam yang lalu. Wendy sendiri juga tidak sadar kalau suaminya sudah kembali dari Jakarta. Padahal Yogi tidur sambil memeluknya seperti biasa. Wendy baru tau saat dia bangun sekitar jam tiga. "Astagfirullah... Mas Yogi sudah sampe ternyata. Kok aku nggak sadar ya padahal Mas Yogi meluknya kenceng banget sampe engap" Begitu kata Wendy yang kaget melihat kepulangan suaminya. Walaupun dia senang bukan main dan menyentuh-nyentuhkan jarinya di hidung mancung milik Yogi.
Suaminya juga masih memakai kemeja putih amburadul dan celana kebanggaanya. Tanpa melepas kaos kaki yang masih nangkring di telapak kakinya.
Sebegitu capeknya ya kamu Mas? Sampe lepas kaos kaki aja udah nggak kuat.
Maafin Wendy ya Mas udah buat repot.
Kalau bukan karena Wendy yang nggak mau diajak pindah ke Jakarta.
Mas nggak bakalan bolak balik kayak gini.
Maafin Wendy.
Terlepas dari itu semua. Yogi sama sekali tidak merasa repot harus bolak balik Jogja-Jakarta. Capek memang dia rasakan. Tapi setelah memeluk Wendy dan memastikan keadaanya baik-baik saja selama dia tidak dirumah. Sudah menjadi obat untuk Yogi. Wong Yogi dapat bonus juga kalau pulang tengah malem. Bisa grepe-grepe sekaligus cium-cium pipi Wendy. Dijamin capek-capeknya hilang. Bablas angine...
"Sayang masih ngantuk. Kamu shalat sendiri dulu ya. Aku nyusul lima menit lagi" Gumam Yogi tanpa membalik badanya, memunculkan raut kecewa di wajah Wendy.
"Padahal kangen di imamin Mas Yogi"
Mata Yogi langsung terbuka. Ngantuknya hilang entah kemana. Dia langsung terduduk mengucek matanya yang masih tidak fokus. Yogi menarik tangan Wendy supaya duduk disampingnya. Melihat ekspresi kecewa Wendy membuat sudut di dada Yogi berdenyut nyeri.
"Kamu kangen sama aku?"
Wendy mengangguk.
"Kalau gitu diliat dong suaminya, udah ada didepan mata. Halal juga kalau mau diapa-apain" Wendy tersenyum tipis sambil memukul lengan Yogi yang dibilang berotot tidak terlalu. Dibilang cungkring juga. Lengan Yogi pokoknya area sempurna untuk Wendy leyeh-leyeh setelah mencuci baju. Sandarable gitu kalau kata Wendy.
"Nggak ada aku enak nggak sayang?"
"Enak. Stok nasi di mejikom jadi irit. Nggak perlu bolak balik masak nasi"
Wendy tertawa melihat wajah Yogi yang semula bersemangat menjadi kusut bagai cucian tidak disetrika. Pengenya dapat jawaban. "Ngga enak Mas. Wendy rindu kalau nggak ada Mas di rumah" Ternyata istrinya yang ajaib itu malah menjawab pertanyaanya dengan jawaban yang tidak terpikirkan oleh Yogi.
"Tega kamu Wen sama aku. Mentang-mentang porsi makanku setara sama buto ijo"
Yogi mencebikkan bibirnya protes. Padahal setaunya Wendy senang-senang saja dengan porsi kulinya.
"Ya Allah, aku bercanda Mas. Wendy suka Mas Yogi lahap gitu makan masakan Wendy. Yang artinya Wendy berhasil menyenangkan perut suami. Jadi suami nggak perlu repot-repot makan di rumah orang lain. Apalagi makan dirumah selingkuhan"
![](https://img.wattpad.com/cover/205361765-288-k90366.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasiaku [ COMPLETED ]
Romance"Biarkanlah, aku yang menanggung ini sendiri. Ia terlalu larut dalam kecemburuannya pada diriku. Namun, aku sedih ketika dia datang bersama putriku dengan wanita lain sebut saja, kekasihnya . Aku cemburu, tak tau aku harus bersikap seperti apa" - We...