Wendy's POV
Kulihat Mas Yogi duduk di pinggiran ranjang. Menunduk dan seperti sedang banyak pikiran. Entah apa yang sedang dipikirkan suamiku itu.
Akhir-akhir ini. Aku perhatikan Mas Yogi suka melamun dan terlalu sibuk dengan ponselnya. Jika ditanya. Jawabanya selalu tidak apa-apa.
"Mas."
Mas Yogi mengangkat kepalanya. Menyugar rambutnya yang tebal menutupi dahinya. Ingin rasanya aku menyibak rambut halus itu dengan tanganku.
"Sini duduk disini."
Mendengar ucapanya yang menyuruhku duduk dipangkuanya. Aku menggeleng malu.
"Aku butuh kamu Wendy"
Wajahnya yang memohon. Membuat hati Wendy ngilu. Sebenarnya ada apa dengan Mas Yogi?
Aku mendekat ragu-ragu. Tapi Mas Yogi langsung menarik tanganku untuk duduk dipangkuanya. Tangannya memeluk perutku erat.
"Mas."
"Iya Wen"
"Mas ada masalah? Aku lihat mas melamun terus. Cerita sama aku, aku menjadi istri mas untuk berbagi keluh kesah. Kalau bukan aku siapa lagi. Cerita ya sama aku."
Mas Yogi menyurukkan kepalanya di leherku. Aku mengusap dahinya yang ditutupi rambut dengan lembut. Lalu mengecup kepalanya.
Helaan napas berat keluar dari mulut Mas Yogi. Pelukanya di tubuhku semakin menguat. Tubuhnya tiba-tiba bergetar.
Ya Allah Mas Yogi menangis.
"Istighfar mas."
Aku mengusap punggung mas Yogi. Isakanya membuat hatiku semakin ngilu. Ikut merasakan kepedihan yang dirasakan mas Yogi.
Badan mas Yogi terasa hangat. Aku meraba dahinya. Dan mengernyit saat merasakan suhu tubuhnya yang sangat panas. Kujauhkan kepala mas Yogi dari dekapanku. Mengamati wajah tampanya yang basah oleh air mata.
Kuhapus air matanya. Mencium dahinya lembut. Mas Yogi semakin meraung. Tapi aku menggelengkan kepala. Mengulas senyum. Aku tidak ingin ikut menangis. Kalau aku lemah siapa yang akan menguatkannya. Dibalik tubuh tegap dan kuat, mas Yogi sebenarnya sosok lelaki yang sangat rapuh dan ingin disayang. Dia seperti anak kecil jika seperti ini. Bukan mas Yogi yang selalu tegas dan berwibawa dalam memutuskan sesuatu.
"Badan mas panas. Mas sakit?"
Mas Yogi menggelengkan kepalanya. Lalu menyandarkan kepalanya di bahuku.
"Sedikit pusing sama lemes."
"Mau aku pijit?"
"Cuman mau dipeluk sama dicium kaya tadi."
Aku merona malu melihat mas Yogi yang tersenyum tipis. Dia menggodaku karena aku tidak pernah sekalipun menciumnya. Selalu mas Yogi yang menciumku terlebih dulu.
"Maaf."
"Untuk apa mas?"
"Tadi udah menangis di depan kamu."
Mas Yogi memainkan jemariku. Menciumnya lembut.
"Nggak ada yang salah dari menangis mas. Itu berarti mas masih punya hati. Suami Wendy hatinya masih lembut."
Aku menyentuh dadanya yang berdebar-debar. Kulihat mata mas Yogi kembali berkaca-kaca dan kembali memelukku.
"Aku sangat beruntung jadi suami kamu Wendy"
"Aku lebih beruntung."
"Beneran kamu beruntung menikah sama aku?"
Mas Yogi menangkup pipiku tidak percaya. Aku mengangguk mantap. Bibir mas Yogi bergetar menahan tangis. Dia mengecup dahi ku lama. Dengan air mata yang menetes di pipiku.
![](https://img.wattpad.com/cover/205361765-288-k90366.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasiaku [ COMPLETED ]
Romance"Biarkanlah, aku yang menanggung ini sendiri. Ia terlalu larut dalam kecemburuannya pada diriku. Namun, aku sedih ketika dia datang bersama putriku dengan wanita lain sebut saja, kekasihnya . Aku cemburu, tak tau aku harus bersikap seperti apa" - We...