"Papa!!! Ma Papa kemana? Baju-baju Papa sudah nggak ada Ma. Kemana? Aaaaaaa!!!! Papa kemana!! Hiks Papa. Hiks.. Hiks Mama." Isak Arin membuka-buka lemari yang dipakai Yogi. Baju-baju Papanya yang semalam masih tersusun rapi disana. Sudah raib dan hanya tersisa bermacam-macam boneka dan robot-robotan.
Wendy mendekap Arin kedalam pelukanya. Menenangkan sang putri yang panik karena tidak menemukan Yogi dimanapun. Wendy mengusap air matanya pedih, hatinya terasa sesak.
Kenapa? Kenapa Yogi pergi disaat ia ingin memperbaiki semuanya. Ingin membangun semuanya dari awal bersama Arin dan Augie. Menjadi keluarga bahagia dan utuh. Kenapa Yogi harus melakukan ini semua.
Wendy menghapus air mata Arin. Tetapi air matanya sendiri tidak berhenti mengalir. "Papa kerja Arin, Papa kerja. Nanti Papa pulang"
"Enggak Mama, Papa pergi. Papa ninggalin Arin, Arin mau Papa" Arin berusaha melepaskan tangan Wendy yang mendekap perutnya. Wendy mengelus kepala Arin yang sekarang sudah terkulai di bahunya. Suaranya masih sesenggukan. Dan meracaukan Papa.. Papa..
"Sabar ya Sayang, Papa pasti pulang. Ya pasti pulang" Suara Wendy terdengar ragu. Entah nanti Yogi kembali atau tidak. Wendy berjanji akan menunggu pria itu sampai kembali. Karena cinta Wendy hanya untuk Yogi.
"Arin benci Papa ! Papa ninggalin Arin. Papa emang nyebelin, narsis, tapi Papa tetep Papa terbaik yang Arin punya. Papa pergi dan Arin belum pernah bilang sayang ke Papa. Arin selalu bantah Papa, kenapa Papa pergi Ma?"
Wendy menangkup pipi Arin, lalu menatap Arin lembut. "Janji sama Mama, Arin nggak boleh benci Papa. Apapun yang terjadi Papa Arin tetep Papa Arin, Ya sayang" Ujar Wendy, Arin menganggukan kepalanya.
Ia berjalan mendekati lemari yang terdapat banyak boneka. Pandangan Arin jatuh pada sebuah boneka panda hampir sebesar dirinya. Memeluknya kuat seakan itu adalah Papanya.
"Semoga Papa baik-baik aja disana. Arin kangeeeeennn banget sama Papa. Papa cepet kembali ya, pasti Arin akan pukul Papa karena tinggalin Arin diam-diam. Makasih semua bonekanya Papa. I love you my Daddy" Ujar Arin berbicara kepada bonekanya seakan itu adalah Yogi.
Arin mengusap air mata di ujung matanya sambil tersenyum. Banyak sekali boneka yang diberikan Yogi. Padahal dulu Yogi melarang keras Arin membeli boneka terlalu banyak. Karena tidak perlu.
Tapi lihat sekarang? Haha bahkan Papanya hampir memberikan boneka kepada Arin satu lemari. Arin berjanji saat Papanya kembali. Ia akan memukul Papanya sampai Papanya minta ampun dan berjanji tidak akan pergi lagi.
Wendy memeluk pundak Arin dari belakang. Menguatkan putrinya padahal dirinya sendiri hancur. "Arin senang nggak tinggal sama Mama?" Tanya Wendy.
"Senang Ma"
"Tapi Arin nggak boleh cemberut dong, Harus senyum. Cantiknya hilang lho nanti"
Arin tersenyum kecil dan langsung memeluk Wendy lagi. Tapi kali ini ia tidak menangis, Wendy mengusap punggung Arin dan air matanya kembali mengalir.
"Cepat kembali Mas"
*****
Sudah lewat satu bulan kepergian Yogi. Pria itu seperti hilang ditelan bumi. Tidak ada kabar apapun dari dirinya. Walaupun Yogi menghilang. Tapi ia masih memenuhi kewajibanya dengan selalu mengirimkan uang dan mainan kepada Augie dan Arin.
Wendy marah. Ingin sekali marah. Seandainya Yogi tau. Bukan materi yang kedua anaknya inginkan. Namun kehadiran Yogi, tapi Wendy yakin Yogi memiliki alasan tersendiri mengapa ia pergi. Dan Wendy yakin suatu saat Yogi pasti kembali.
Wendy melihat jam di pergelangan tanganya. Jam sudah menunjukan angka dimana ia harus cepat menjemput Augie, Wendy menatap setumpuk kertas-kertas yang berserakan di meja kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasiaku [ COMPLETED ]
Romance"Biarkanlah, aku yang menanggung ini sendiri. Ia terlalu larut dalam kecemburuannya pada diriku. Namun, aku sedih ketika dia datang bersama putriku dengan wanita lain sebut saja, kekasihnya . Aku cemburu, tak tau aku harus bersikap seperti apa" - We...