10

5K 371 7
                                        

Yogi keluar dari kamar dengan wajah kusut dan masih cemberut. Rambutnya masih basah setelah dia membersihkan diri tadi. Tapi tetap saja. Dia merasa lelah tidur berdua dengan Jimmy. Yogi mengeringkan rambutnya dengan handuk. Lalu meletakan handuknya ketempat semula.

"Kalau bunuh orang nggak dosa. Gue bunuh loe Jimmy" Ringis Yogi memegangi lututnya yang luka semakin luka karena insiden semalam. Untung Yogi tidak dendam dengan menyiram bensin ke badan Jimmy, lalu membakarnya.

"Om Gigi... mau antelin Augie beli es klim di cana nggak?"

Tarikan di celananya membuat Yogi menunduk. Dan tersenyum hangat saat mengetahui Augie berdiri di bawahnya dengan menggenggam uang.. emm.. mungkin dua ribu. Tidak terlalu terlihat karena Augie menggenggamnya sampai lecek tidak berbentuk.

Yogi menunduk menyetarakan tingginya dengan tinggi badan Augie yang hanya sepahanya.

"Boleh.. ayo Om anterin. Tapi Augie sudah bilang ke Bunda belum?" Yogi merasa tergelitik saat memanggil Wendy dengan sebutan Bunda.

"Nggak Om. Jangan kasih tau Bunda, nanti Bunda malah" Augie meminta penuh harap, Yogi mengacak-acak rambut Augie gemas.

"Bukannya Bunda lebih marah kalau Augie nggak ijin dulu? Nanti kalau Om yang dimarahin Bunda gimana?" Tanya Yogi gemas.

"Om kan udah becal. Jadi nggak akan nangis kalau dimarahin sama Bunda. Tapi kalau Augie pasti nangis" Yogi tertawa mendengar alasan polos Augie. "Ayo Om, Augie pengen es klim."

Yogi menggelengkan kepalanya geli lalu mengangkat Augie kedalam gendongannya. Augie tersenyum senang menggerak-gerakan kakinya di dalam gendongan Yogi.

Kelakuan Augie sangat mirip dengan Arin sewaktu kecil. Wendy juga melarang Arin membeli es krim karena Arin rentan terserang flu. Tapi Arin selalu meminta Yogi membeli es krim diam-diam. Dan mereka berakhir disidang dan dihukum oleh Wendy.

"Mbak Arin sama Bunda kemana?" Tanya Yogi memutus pikirannya yang mulai melantur kemana-mana.

"Mbak Arin lagi bantuin Bunda macak, Itu dicana Om walungnya. Ayo cepet-cepet Om." Tunjuk Augie pada sebuah warung kecil di ujung jalan. Yogi melangkahkan kakinya kesana. Menghampiri box es krim dan tidak tanggung-tanggung. Augie mengambil dua es krim di kanan dan kiri tanganya. Dua-duanya rasa strawberry.

Seorang gadis kecil seumuran Arin dengan rambut keriting menggantung menjulang di hadapan Yogi. Yogi tertawa kecil ketika gadis kecil itu menaiki kursi demi bisa melihat Yogi dan Augie.

"Wahhhhh Augie lagi sama siapa? Omnya ganteng banget" Tanya gadis itu penasaran.

"Ini namanya Om Yogi, temannya Bunda Mbak Bilqis"

Gadis yang di panggil Bilqis itu ber-oh ria. Lalu tatapanya beralih ke Yogi yang tersenyum.

"Omnya Augie ganteng banget. Tapi jangan pikir karena Om ganteng kayak Oppa. Om nggak bayar es krimnya. Kalau Om nggak bayar, aku gigit tangannya Om" Kata Bilqis memicing.

Yogi tergelak karena kepolosan Bilqis. Mana mungkin dia tidak membayar es krim yang di beli Augie. Aneh-aneh saja.

"Ini Mbak Bilqis uangnya Augie, Makacih ya" Augie memberikan uang dua ribu lecek. Bilqis memanyunkan bibirnya dan tertawa saat uang yang diberikan Augie robek.

"Ini udah nggak laku, Uangnya robek"

"Kok bica lobek? Padahal tadi Augie ambil itu di kantongnya Bunda hiks... hiks.. jadi Augie nggak dapat es klimnya?" Augie menangis terisak memandangi es krim ditangannya.

Yogi mengeluarkan dompetnya. Lalu memberikan selembar uang lima puluh. Dan meminta Bilqis mengambil kembaliannya. Augie berhenti menangis saat Yogi membukakan es krim untuknya. Dia mulai menggigit-gigit es krim dengan gigi susunya.

Rahasiaku [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang