8

4.5K 380 8
                                    

Loh... kok sepi ya? Wendy mengucap salam sampai tiga kali tapi tidak ada yang menjawab. Apa semuanya lagi jalan-jalan. Bibir Wendy mengerucut. Ternyata dia di tinggal sendiri. Dan mereka bertiga jalan-jalan layaknya keluarga bahagia. Sedangkan dia? Bagaikan pembantu yang menyajikan makanan sehabis mereka piknik.

Wendy mengalihkan pikiranya dengan menyusun bahan masakan yang baru dia beli ke dalam kulkas. Tapi pikiranya masih kemana-mana. Kenapa dia jadi kesal kalau mengingat mereka jalan-jalan tanpa dirinya.

"Ya Allah Wen. Kamu kenapa sih, mas Yogi juga perlu bahagia" Wendy mengelus dadanya yang panas. Benar.. Yogi juga butuh pendamping hidup. Untuk mengurusnya dan Arin.

Arin tumbuh semakin besar. Dan membutuhkan sosok ibu disampingnya. Walaupun Wendy sangat ingin mengurus Arin. Tapi apa boleh buat. Untuk membiayai Augie saja dia harus bekerja banting tulang. Apalagi untuk membiayai Arin. Mungkin dia tidak akan sanggup.

Lagian Jennie cukup baik. Mungkin kelakuannya saja yang agak kekanakan. Seperti melirik Wendy dengan sinis. Tidak menegur Wendy, tapi tidak apa-apa. Selama Jennie tidak memiliki niat jahat pada dirinya. Wendy masih bisa bernapas lega.

Tuling..tuling..

Ponsel Wendy bergetar di saku dressnya. Dia membuang napas saat dia tau yang menelpon adalah Arin. Semoga dia bisa menjaga suaranya agar tetap tenang. Walaupun dia ingin mengamuk.

"Iya Assalamu'alaikum Sayang. Arin kemana? Mama pulang dari pasar kok rumah sepi?" Wendy memberondong putrinya dengan pertanyaan. Habis dia kesal sih di tinggalin.

"Maaf ya Mama cantik. Ini gara-gara Tante Jennie ngajakin jalan. Jadi nggak nunggu Mama deh. Maaf ya Ma" Jawab Arin menyesal.

"Iyaudah nggak papa. Sekarang Arin dimana?"

"Oh aku lagi di rumah Mbak Yeri Ma. Ayo Ma kesini. Ada dedek Augie, ganteng banget Arin suka Ma"

Ya Allah! Wendy membekap mulutnya sendiri. Matanya tiba-tiba berkunang-kunang. Dan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Kalau Arin bertemu dengan Augie, itu artinya Yogi juga bertemu dengan anaknya.

Mas Yogi nggak mungkin tau kan kalau itu anaknya?

Otak Wendy terasa kosong. Walaupun Augie memiliki kemiripan dengan Yogi. Tidak mungkin kan Yogi mengetahui itu anaknya dalam satu kali tatap? Semoga saja Yeri bisa beralibi. Wendy masih belum siap jika Yogi tau Wendy memiliki anak setelah mereka bercerai.

"Ma! Helloww!"

Ish Arin, Disaat-saat Mamanya ingin menangis masih bisa dia lebay.

"I.. iya... Ma.. Mama kesana sekarang" Sambungan telepon diputus Arin secara sepihak.

Wajah Wendy semakin pucat saat dia berlari keluar dari rumahnya. Menyusuri jalanan raya yang tidak terlalu besar. Hanya orang-orang kampung yang melewatinya. Itupun tidak banyak.

"Mbak" Ternyata Yeri menunggu di luar rumahnya. Wajahnya tidak beda jauh dengan Wendy. Pucat dan penuh ketakutan. Sebenarnya Yeri tidak takut diamuk Wendy. Dia hanya takut Wendy mengadu pada Mamas Jimmy. Dan alhasil motornya di sita. Terus dia ke kampus naik apa? Jalan gitu? Ogah! Masa orang cantik jalan panas-panasan. Atau desak-desakan di dalam angkot.

"Kok bisa sih Yer, Ya Allah.." bisik Wendy menarik tangan Yeri yang ketakutan setengah mati.

"Maafin Yeri Mbak. Tadi Augie minta es krim terus Yeri ajak keluar deh. Terus rombongan Mas Yogi tiba-tiba aja lewat depan rumah terus mampir Mbak"

"Kamu bilang apa sama Mas Yogi, Yer. Apa dia curiga?"

"Aku bilang Augie anak Mas Jimmy Mbak hehe..." Yeri meringis menunjukan deretan giginya. Wendy menyibakan rambut panjangnya kebelakang sambil mendengus. Lagi-lagi Mas Jimmy dijadikan kambing hitam.

Rahasiaku [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang