Epilog

6K 252 15
                                        

"Sepuluh dikurangin tujuh berapa, Augie?" Suara lembut Wendy, wanita yang sangat dia cintai, mengalun merdu di gendang telinganya. Mengantarkan kenyamanan, dan kedamaian hati.

Yogi memperhatikan dan mengulum senyumnya. Melihat dua orang tercintanya duduk di atas tikar dibawah pohon mangga dibelakang rumahnya yang sederhana.

Meskipun ekonomi Yogi sedikit demi sedikit mulai membaik, istri beserta anak-anaknya enggan diboyong kerumah lama yang lebih megah dah mewah. Alasannya takut kebersamaan mereka akan berkurang karena rumah besar pasti memberikan ruang yang besar juga. Sehingga memungkinkan kurangnya interaksi antar keluarga, dan sibuk berada di dalam kamar masing-masing.

Kalau dirumah yang sekarang. Hanya memiliki tiga kamar, dan satu kamar mandi. Sehingga setiap pagi akan ada antrian dimulai dari Yogi, Wendy, dan ramai suara Arin dan Augie yang berebut ingin duluan karena kebelet.

"Papapa aooo, ennnggg." Oh jangan lupakan bayi kecil tampan berusia enam bulan yang sedang Yogi gendong sekarang dan meminum susu.

" Oh jangan lupakan bayi kecil tampan berusia enam bulan yang sedang Yogi gendong sekarang dan meminum susu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Arka Kauki Genandra)

Yogi menciumi pipi gembil Kauki, membuat bayi itu tertawa senang. Membuat mimik lucu, agar Kauki tenang selagi Bundanya membantu Augie membuat pr.

"Bundaaaaaa pinjem alat make-upnya dong. Mbak Arin mau belajar jadi beauty vlogger. Mbak Arin pengen cantik kayak Bunda." Dan si cantik Arin. Setiap hari kerjaannya selain belajar pelajaran sekolah, putrinya itu juga terobsesi untuk menjadi beauty vlogger.

Entah apa yang membuat putri satu-satunya gemar dengan alat make-up, padahal di usianya yang sekarang dia seharusnya masih senang bermain masak-masakkan. Bukannya berkutat dengan bedak dan sejenisnya.

Tapi Yogi tidak melarang. Selagi itu tidak menyerempet ke hal-hal yang negatif, kenapa tidak?

"He? Sejak kapan bunda seneng make-upan mbak Arin?" Tanya Wendy pura-pura terkejut. Yogi tertawa kecil. Bahkan tanpa polesan make-up pun, istrinya tetaplah sempurna. Dia cantik dengan caranya sendiri.

"Buuunnn." Arin merengek memeluk bundanya dari belakang.

"Ih mbak Arin jangan ganggu! Bunda ngajarin Augie nih, jadi lupa kan tadi sepuluh dikurang tujuh berapa." Protes Augie.

"Tiga Augie ! Gitu aja nggak bisa, cemen."

"Augie kan lagi belajar mbak Arin, ya kan bun?"

"Tapi tetap aja kamu itu---"

"Udah udah. Mbak Arin ambil aja alatnya di lemarinya bunda, habis dipakai jangan lupa dibersihkan sampai benar-benar bersih mbak Arin."

"Yes! Terimakasih Bundaku yang cantik."

Arin berlari sambil bersorak. Yogi menggelengkan kepalanya, lalu mendekati Wendy. Duduk di sebelah istrinya sambil memangku Kauki yang meraih-raih ingin digendong bundanya.

Rahasiaku [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang