14

3.6K 283 14
                                    

Juan bergegas terbang ke Jogja demi bertemu dengan Kakaknya yang sedang dirawat. Selama ini dirinya dan Yogi memang tidak dekat. Mungkin karena ia hanyalah anak haram. Hasil perselingkuhan Ibunya dengan Papa. Makanya Yogi malas bertemu denganya dan Juan memilih mengasingkan diri untuk menuntut ilmu kedokteran di luar negri.

Hanya itu yang bisa ia lakukan sebagai adik yang berbakti. Daripada ia terus berada di samping Yogi. Dan hanya membuat Kakaknya marah. Lebih baik ia pergi sejauh-jauhnya dari pandangan Yogi.

Bahkan saat ia mendengar kabar Yogi menikah pun. Ia hanya memantau dari jauh, tidak berani mendekat hanya sekedar mengucapkan selamat atau memeluk Yogi. Padahal selama ini Juan sangat ingin memeluk Yogi sebagaimana Adik memeluk Kakaknya.

Hufhh.. tapi itu tidak mungkin. Ia hanya anak haram yang sangat dibenci Yogi. Tapi melihat Kakaknya sedang terbaring antara hidup dan mati. Membuat perasaanya tidak karuan, Ia sudah tidak perduli akan penolakan Yogi. Meski ditolak. Ia akan tetap menjaga Kakaknya.

Terlebih orang tua mereka sudah meninggal. Dan Yogi sudah bercerai dari Mbak Wendy. Siapa lagi yang bisa mengurus Yogi selain dirinya? Semoga niat tulus Juan dapat diterima Yogi.

Setelah membutuhkan waktu berjam-jam. Juan sampai dirumah sakit tempat Yogi dirawat. Ia menitipkan koper dan segala barang bawaanya kepada tangan kanan Papanya yang selama ini mengikuti kemanapun ia pergi.

Juan berlari masuk kedalam rumah   dengan peluh membasahi kemeja putihnya.

"Maaf ada yang bisa saya bantu" Tanya resepsionis wanita itu. Juan menyebutkan nama Kakaknya dan setelah ia tau nama ruanganya Juan melesat secepat mungkin.

Seakan ia sudah tidak sabar bertemu dengan sosok Yogi, Hati Juan berbunga-bunga sekaligus merasa sesak. Ia bahagia dapat melihat Yogi dalam jarak yang dekat. Ia juga sedih karena ia bertemu Yogi dalam kondisi yang sangat menyedihkan.

"Kak." Lirih Juan sesampainya ia diruang rawat Yogi. Kaki Juan terasa lemas, Ia duduk bersimpuh dan menangis terisak.

"Maafin Juan Kak, Maafin Juan. Juan terlambat menemui Kakak. Juan takut Kakak menolak Juan dan Juan nggak mau lihat Kakak marah-marah. Tapi seharusnya Juan tahan dicaci maki Kakak. Seharusnya Juan tetap bertahan di samping Kakak. Walaupun kehadiran Juan sangat dibenci. Tapi Juan sedih lihat Kakak seperti ini. Juan.... Juan merasa nggak becus sebagai adik. Juan hanya menyusahkan Kakak" Juan meraih tangan Yogi yang terpasang jarum infus.

Juan meringis saat tangan Yogi terasa sedingin es. Tanpa Juan sadar, air matanya kembali mengalir. Ia memang seorang lelaki. Selama hidupnya ia tidak pernah menangis. Tapi melihat orang yang paling ia sayangi di dunia ini sekarat. Pertahananya runtuh. Ia menjadi sangat lemah dan tidak dapat mengontrol emosinya sendiri.

"Ju... aan.." suara lirih menyentak Juan. Kepala Juan terangkat melihat ke arah Yogi. Mata Yogi sayup-sayup terbuka, tapi dorongan memejamkan matanya lagi sangat kuat.

"Maaf Kak. Juan nggak bermaksud pegang-pegang tangan Kak Yogi. Pasti Kakak risih ya, yaudah Juan panggil dokter dulu ya Kak, Kakak bertahan sebentar." Ujar Juan salah tingkah dan ingin segera keluar dari ruangan Yogi.

"Juan" Lirih Yogi lagi. Juan mengurungkan niatnya lalu duduk di samping Yogi sambil menunduk, Ia tidak berani menunjukan wajahnya kepada Yogi. Bayangan Yogi mengamuk sewaktu Juan memandang wajah Yogi membuatnya takut.

Yogi masih sakit , Juan takut kalau Yogi marah-marah kondisi fisik nya akan semakin melemah.

"Ka..mu ke..mana saja?" Juan memandang Yogi tidak percaya. Apa ia salah dengar, Kakaknya barusan menanyakan ia kemana saja selama ini. Tapi Juan segera menundukan kepalanya lagi.

Rahasiaku [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang