18

3.4K 278 9
                                    

Dua Bulan kemudian...

"Masa harus dipingit sih Wen ? Kita kan udah pernah nikah. Coba deh kamu bilang sama Budhe biar nggak ada pingit-pingitan. Tujuh hari itu lama Wen, Aku nggak kuat"

Wendy tertawa geli. Geli karena ucapan manja Yogi. Juga geli karena rambut Yogi yang menusuk-nusuk lehernya.

Satu bulan sebelumnya, Yogi sudah resmi melamar Wendy. Walau dengan lamaran yang sangat tidak romantis. Dan Yogi meminta melangsungkan pernikahan dalam jangka waktu satu bulan.

Sudah nggak nahan katanya...

Dan semua pingitan ini juga akibat kesalahan dari Yogi. Mungkin memang benar Yogi dan Wendy sedang anget-angetnya. Tapi bukan berarti Yogi bebas mengendap-endap memasuki kamar Wendy setiap malam.

Mereka memang tak melakukan apapun. Tapi Budhe Ayu, tak ingin sesuatu terjadi sebelum pernikahan. Dipingit merupakan solusi yang sangat baik.

"Salah Mas sendiri. Siapa suruh nakal masuk-masuk kekamar aku? Kan jadi ketahuan Budhe." Ucap Wendy memukul gemas punggung tangan Yogi yang melingkar diperutnya.

Yogi terkekeh sambil menggigit leher Wendy.

"Sakit!" Geram Wendy mendorong dada Yogi menjauh. Bisa habis darahnya kalau dihisap vampir jadi-jadian disampingnya.

Wendy menggosok bekas gigitan Yogi dilehernya kesal. Kalau gigitnya pelan sih tak masalah. Lah ini... memang Wendy mati rasa apa?!

"Abis gemes sih Wen, lagian aku lagi charger energi nih. Biar kuat waktu dipingit nanti" Yogi menduselkan kepalanya ke leher Wendy. Mencium-cium pipi Wendy gemas.

"Cuman tujuh hari Mas, jangan alay"

"Cuman? Tega kamu Wen sama aku. Satu jam nggak ketemu aja aku udah kangen, gimana tujuh hari?" Ucap Yogi frustasi sambil menjauhkan tubuhnya. Bersikap seolah-olah ia menjadi pihak yang paling terluka.

"Udah alaynya?" Tanya Wendy malas.

"Kok alay sih. Memang kamu nanti nggak kangen sama aku?" Yogi kembali menjatuhkan kepalanya di pundak Wendy. Wendy tertawa saat Yogi mendengus kesal di lehernya.

"Biasa aja. Ngapain kangen? Kan bisa vidiocall."

"Yakin?" Yogi sedikit mendongakan kepalanya. Dinaikanya kedua alis karena merasa tak percaya dengan ucapan Wendy.

"Yakin one hundred percent" Jawab Wendy menepuk-nepuk kepala Yogi mengejek.

"Siapa ya yang waktu itu bilang. 'Mas ke Jakartanya kok lama banget sih. Aku kangen banget.' Itu cuman dua hari lho Wen, dan kamu udah segitu kangennya sama aku. Sampe nyuruh aku nggak usah ke Jogja sekalian. Gimana tujuh hari coba." Kata Yogi mencibir sambil menggigit rahang Wendy.

"Suka banget gigit-gigit sih Pak. Baru tumbuh gigi ya?" Protes Wendy balas mencubit pinggang Yogi walaupun tak keras.

"Iya nih Bu. Ceritanya juga mau gigit yang lain. Tapi takut dilempar martil" Ucap Yogi ngeri.

Lagi-lagi Yogi menggigit leher Wendy. Terlalu gemas dengan suara tawa Wendy yang terdengar lembut ditelinganya. Lalu Yogi mengikat rambut Wendy dengan tangannya. Menyibaknya kebelakang untuk melihat bekas cakaran kucing di bahu sampai leher Wendy.

"Masih sakit nggak?" Tanya Yogi mengusap sepanjang garis cakaran itu dengan jempolnya.

"Udah nggak sakit Mas. Tapi masih agak perih kalau dibawa mandi."

"Itu namanya masih sakit Wendy" Ucap Yogi sambil mencubit hidung Wendy. Sebelum membawa Wendy kedalam pelukanya, mengusap bahu Wendy lembut.

Rambut Wendy yang berbau seperti buah-buahan membuat Yogi menghirupnya dalam-dalam.

"Makanya pintu dapur itu ditutup. Nanti ada kucing masuk. Untung cuma dicakar, gimana kalau digigit?"

"Kok Mas do'ain kayak gitu sih." Wendy mencubit lengan Yogi. Mencibirkan bibirnya saat Yogi mengaduh kesakitan.

Yogi menarik pundak Wendy makin mendekat. Mencium pucuk kepala Wendy berkali-kali. Yogi dan Wendy memang pernah menikah sebelumnya. Tapi mereka layaknya calon mempelai yang baru akan menikah untuk pertama kalinya.

Nggak sabar satu minggu kedepan...

"Wen.." panggil Yogi sambil mengelus pipi Wendy dengan ibu jarinya. Wendy sampai merinding karena usapan Yogi yang seringan bulu.

"Hm..."

"Makasih udah mau terima aku yang kedua kalinya Wen. Kesalahan aku memang nggak termaafkan. Tapi kamu berbesar hati nerima aku dengan segala kelebihan dan kekurangan aku. Aku janji akan jadi suami dan Ayah yang baik untuk anak-anak kita. Kamu bisa pegang janji aku Wen, Aku sayang sama kamu." Ucap Yogi sungguh-sungguh di manik matanya.

Yogi mengambil tangan kanan Wendy. Lalu mencium punggung tangan wanita yang tinggal menunggu hari kembali sah menjadi istrinya. Pemilik hati dan tubuhnya.

"Yakin nggak akan flirting sama yang lain. Bukanya liat yang bening dikit langsung mlengos?"

Walaupun begitu. Wendy menangis dalam tawanya. Yogi mendengus kesal, membalikan badannya memunggungi Wendy yang tertawa sambil menangis haru.

"Kamu paling bisa ngerusak suasana Wen. Susah tau nggak bikin suasana baper kayak tadi" Gerutunya.

"Maaf aku bercanda Mas" Ucap Wendy mulai khawatir Yogi marah.

Mas Yogi kalau udah marah kayak cewek PMS. Sana sini kena semprot.

"Kelewatan" Kata Yogi lagi masih dengan nada merajuknya. Lalu Wendy memeluk Yogi dari belakang.

"Maaf ya Mas" Lirih Wendy menggoyangkan badan Yogi kekanan dan kekiri.

Yogi menghela napas. "Curang kamu Wen. Aku nggak bisa lama-lama ngambek sama kamu kalau kamunya kayak gini"

Setelah itu Yogi kembali memeluk Wendy. Meletakan kepalanya di atas dada Wendy, Siapa tau bisa modus.

Suara pintu digedor-gedor dari luar membuat Yogi menggerutu. Sedangkan Wendy tertawa geli sambil menjauhkan kepala Yogi dari atas dadanya.

"Wen, aku belum selesai charger nya"

"Ayah dicariin Ongkel Juan" Teriak Augie dari luar sana.

Yogi melipat bibirnya kedalam. Ia sangat yakin Juan hanya iseng mengganggu waktu berduanya dengan Wendy. Dan mengirimkan Augie sebagai ajudanya.

Awas kamu Juan, nggak pakek yang namanya ongkos malam minggu... makan aja mie instan berdua sama Yeri.

"Ayaaaaaaaaah dicari Ongkel!!!!"

Wendy tertawa geli melihat wajah ditekuk Yogi saat membuka pintu. Wendy heran. Walaupun Yogi kesal. Tapi ia tetap meladeni Augie dengan senyum diwajahnya.

"Ayah ngapain sih sama Bunda dikamar terus?"

"Augie kepo deh."

"Ayaaaah.. Augie nggak kepo. Cuma pengen tau dikit, sedikit aja Yah"

"Cium Ayah dulu disini"

Obrolan mereka berdua sudah terdengar samar-samar dari tempat Wendy berdiri. Wajah Wendy memanas melihat interaksi antara Yogi dan Augie, Ia ingin menangis.

Augie sebentar lagi punya Ayah sayang. Nggak akan ada yang ejek Augie nggak punya Ayah. Bunda berdo'a keluarga kita akan tetap seperti ini. Sampai kapanpun.




====================

Tbc

Rahasiaku [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang