Untung banget mukanya si Kila cakep, jadi gak dikira pemulung." - Mingyu Kama Rafardhan
****
"Jadi, gimana?"
Sana sudah memasang wajah penuh ingin tahu, di tangan sebelah kanannya ada bakwan yang tadi sengaja dibawa Mingyu untuk misi introgasi.
Jangan tanya kenapa sosok lelaki ganteng itu nangkring di Kost-kost'an khusus putri ini. Mingyu sudah sejak awal menjadi pengecualian untuk segala larangan disini, mungkin karna Mingyu tidak akan bertindak yang aneh-aneh. Lebih masuk akal, dia yang di aneh-anehin sama para penghuni Kost.
"Apanya?" Tanya Tzuyu sambil mengalihkan tatapannya ke arah lain. Harusnya waktu itu, dia mendengar dengan jelas dahulu sebelum mulai merengek. Jadi, dia gak perlu berada di situasi yang menyulitkannya seperti sekarang.
"Lun, cabai mana?" Tangan Sana memberi kode ke arah gadis yang duduk anteng disebelahnya. Mina langsung memberikan satu cabai ke gadis itu. "Ini cabai bakalan pindah ke mulut lo, kalau belum mulai juga ceritanya."
Mingyu terkekeh melihat bagaimana paniknya muka Tzuyu sekarang. Kelihatanya sekali kalau gadis itu takut dengan ancaman Sana.
"Lun, lihat tuh si Rissa."
Mina hanya tersenyum karna aduan dari Tzuyu tidak berniat membantu gadis itu sama sekali.
"Adem gak senyumannya Luna, Ma?" Mingyu langsung mengalihkan tatapannya yang tadi terfokus ke wajah cantik Mina.
"Adem lah, si Luna ini loh lambang gadis pujaan. Udah cakep, lembut, gak pencicilan kaya kalian berdua." Sana langsung melempar tangkai cabai ke arah Mingyu yang untungnya berhasil dihindari lelaki itu.
"Udah jangan ribut, jadi nanya Kila gak?" Mina mengingatkan Sana sehingga gadis itu kembali mengalihkan tatapannya ke Tzuyu, "Gimana?"
Dengan bibir manyun Tzuyu mulai bercerita. "Ya, ini gara-gara si Kama nih!"
"Kok gue? Lo yang enak-enakan di flat Pak Aksa, masa gue yang disalahin."
Tzuyu melotot, gimana nanti kalau ada yang salah paham? Bagaimanapun Pak Aksa kan Dosen di Kampus mereka, dan rata-rata penghuni Kost adalah mahasiswi dari Kampus itu.
"Ma, mulut lo sembarang banget sih." Mingyu terkekeh, "Ya, habisan lo juga."
"Udah-udah, kok malah ribut berdua. Jelasin aja La, lo kebanyakan muter-muternya deh." Tzuyu menghembuskan nafasnya untuk meredam rasa kesalnya. "Ingat gak lo pas ujan gede itu? Nah, si Kama nyuruh gue berhenti di pinggir jalan. Itu lokasinya deket banget sama Apartemennya Pak Aksa. Jadi, daripada gue di samber petir kalau dijalanan pas hujan ya gue ngemper aja kesana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Exa(mine)r (Complete)
Short StoryPak Aksa itu Dosen pengujinya. Tapi, kenapa ujiannya bukan cuma pas sidang?