Chap 26 - Clarity

1.1K 131 22
                                    

- Paper Love -

Yeri tidak bisa menutupi kekagumannya pada sosok bayi cantik bermata biru cerah yang telah ia lahirkan seminggu yang lalu. Belum lagi tatapan polosnya yang selalu membuat hatinya berdesir pelan dan hangat. "Apapun yang terjadi, eomma berjanji akan selalu menjaga dan melindungimu." Gumamnya sambil memberikan usapan lembut di pipi bayi mungil yang berbaring nyaman di boks tidurnya.

Yeri lalu menarik kursi dan duduk di samping boks bayi yang merupakan hadiah dari Choi Minjong yang selalu memiliki tradisi memesan boks bayi khusus untuk menyambut kelahiran cucu-cucunya. Yeri beruntung, pria paruh baya itu tidak memberikan respon negatif saat mengetahui jika bayi yang ia lahirkan ternyata bukanlah cucu kandungnya.

Berbicara tentang fakta itu, Yeri teringat percakapannya dengan Minho setelah ia melahirkan seminggu yang lalu. Hari itu Minho menjelaskan dengan sangat rinci kronologi peristiwa yang terjadi di Club Malam hingga mereka berakhir di satu ranjang yang sama.

Minho juga menjelaskan keterlibatan Sharon dalam peristiwa itu. Pada awalnya Yeri tidak mau mempercayai ucapan Minho, namun setelah melihat dan mendengar percakapan antara Minho dan Sharon di sebuah ruangan, barulah ia percaya. Apalagi saat melihat ekspresi wajah Sharon yang terlihat begitu tidak menyukainya, sangat bertolak belakang dengan hubungan baik mereka sebagai sahabat selama ini.

Rasanya memang tidak adil untuk Yeri. Namun ia memilih untuk menerima semua yang terjadi padanya. Masa lalu tidak akan bisa diubah, terpuruk dan menyesali apa yang terjadi tidak akan ada gunanya. Apa yang sedang dijalani saat ini dan apapun yang akan terjadi di masa depanlah yang harus diperjuangkan. Kehadiran bayi cantiknya itu menjadi motivator terbesar untuk Yeri memulai kehidupan yang baru dan menata masa depan untuknya dan anak perempuannya.

Ketukan pelan di pintu kamarnya membuat lamunan Yeri pecah, ia menoleh ke pintu kamarnya yang memang sengaja ia buka. "Minho oppa, masuklah." Ujarnya saat melihat Minho berdiri di ambang pintu.

Minho masuk ke kamar Yeri dan menghampiri boks bayi dengan bersemangat. "Bayi kecilku, apa yang sedang kau lakukan ?" Tanyanya menyapa bayi cantik itu dengan bersemangat.

Seolah menanggapi sapaan Minho, bayi cantik itu menarik kedua sudut bibir mungilnya dan tersenyum. "Oh, No ! Jangan tersenyum seperti itu pada sembarang pria saat kau dewasa nanti." Ujar Minho memperingatkan bayi cantik itu dengan tegas.

Yeri tertawa dan menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Minho. "Dia belum mengerti." Keluhnya.

Minho berdecak kesal, memasang wajah berpura-pura tidak suka dengan apa yang dikatakan Yeri. "Kita harus memberinya peringatan sejak dini, Kim Yeri. Astaga, ternyata seperti ini rasanya memiliki anak perempuan." Gumamnya sambil memegang dada.

Meskipun hasil tes dna menyatakan tidak ada hubungan biologis antara dirinya dan sang bayi, namun Minho telah memutuskan untuk menjadi ayah bagi bayi itu. Sebuah keputusan yang di dukung oleh keluarga Choi dan tentunya sangat dihargai oleh Yeri dan keluarga Kim.

"Sepertinya semua pria yang memiliki anak perempuan akan merasakan kekhawatiran sepanjang hidup. Aku bahkan sudah mulai merasakannya."

Yeri memukul bahu Minho dengan geram, cukup untuk membuat pria itu berjengit kesakitan. "Jangan mendramatisir."

Minho menggerutu kesal dan mengambil dua langkah menjauh dari Yeri. "Siapapun pria yang akan menikahimu nantinya, mereka pasti akan menderita. Punggungku rasanya seperti tersayat pisau."

Yeri mendelik dan memberi isyarat kepalan tangan pada Minho yang hanya membalasnya dengan senyum polos.

"Yeri ?" Panggil Minho dengan nada serius.

Paper Love [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang