Halloo gaiss...😘😘
Sesuai janji author yang sibuk, hehe.
Hari ini aku bakal cerita tentang minggu pertama dinas ku, ruang perinatologi.
Ini cerita seorang lelaki kecil yang kuat.
Chekkidott..🐘🐘🐘🐘🐘
Ini adalah hari kedua ku berpakaian serba putih. Wahhh, rasanya nervous sekali. Hari ini aku akan berjabat tangan dengan pasien nyata, bukan teman sesama mahasiswa lagi, duhh rasanya nano-nano, ada rasa takut tapi penasaran. Akankah aku mampu menolong orang lain disini?🦓🦓🦓🦓
Lama berpikir, aku dan teman- teman sekampus dipanggil petinggi rumah sakit, lalu kami digiring masuk ke sebuah ruangan, bisa dikatakan sebuah Aula.🍯🍪👥🍯🍪👥
Disini kami dibekali PPI, yang tentunya sudah kami pelajari dikampus. Kami juga diberi pujian oleh si pemberi materi PPI karena tahu banyak tentang PPI, dan hal ini cukup membuatku pede untuk memulai dinas pertamaku dirumah sakit ini.🐎🐎🐎🐎
Ternyata ruang pertamaku ruang perinatologi. Bukan main girangnya aku, aku sangat suka bayi, berbeda dengan para teman sejawat ku yang memasang wajah mayun, dinas malam akan panjang dengan tangisan bayi katanya.🐈🐈🐈🐈
Memasuki ruang perinatologi, kami dikenalkan dengan para senior dan dokter, tak lupa orang tua pasien dan juga para bayinya. Walau tak pandai bicara, disini bayi memiliki hak yang sama dengan pasien rumah sakit lainnya, kami dituntut untuk berkomunikasi dengan bayi walau tak kan ada jawaban.Tentu hal ini suatu keahlian bagi kami, jangankan bayi yang tak bersuara, pantom bayi dikampus kami perlakukan seperti anak sendiri.
🍉🍉🍉🍉
Ruang perinatologi itu ruang surga bagiku, aku suka bayi-bayi lucu dan sintal, satu minggu disini aku bermain dengan bayi-bayi yang tidak tertawa dan tidak menangis juga.Tugas kami hanya memberikan ASI per OGT per 2 jam, dan pemantauan TTV berkala per 3 jam, dalam arti kata, kami lebih banyak santuynya.
Namun sayang ruang perinatologi tak hanya memiliki bayi-bayi lucu saja , tapi juga 2 bayi kurus ceking, kecil, keriput, dengan rambut tubuh lebat khas bayi prematur. Ya! 2 bayi prematur.
Jujur aku tak suka melihat 2 bayi ini, ini pertama kalinya aku bertemu bayi prematur, sangat jelek, tidak ada imut- imutnya, saat itu aku masih transformasi dari SMA, jadi aku sedikit egois hehe.
🌏🥤🌏🥤🌏🥤🌏
Selang 2 jam, jadwal ASI pun tiba, aku berbagi tugas dengan teman satu shift ku untuk memberikan ASI per OGT, juga mengantar bayi yang bisa disusui lansung oleh ibunya.Saat itu aku tengah asyik memberikan ASI per OGT, sudah 2 bayi kuberi ASI kala itu.
Tiba-tiba saja saturasi salah seorang dari bayi prematur berbunyi mencurigakan, suaranya kian berat, akhirnya dengan segera kami berlari kearahnya sumber suara.
🚖🚜🚖🚜🚖🚜🚖
Kami lihat saturasi nya sudah 24, wahhh dia bisa mati! Kami panik saat itu, kami tidak diajarkan kompresi jantung, hanya kompresi gagal napas, sama kah?Segera salah seorang temanku memanggil senior kami, lalu seniorku bergegas melakukan kompresi jantung.
Sedikit berbeda, kompresi jantung pada bayi lebih seperti memberi ransangan taktil.
🍝🥘🍝🥘🍝🥘🍝
Tak lama sang bayi menggeliat dan saturasi nya kembali ke 112, tidak normal untuk BBL setahuku. Seniorku berpesan, jika saturasi nya sudah 50, segera lakukan kompresi jantung dan jangan katakan apapun pada ibunya, pantas saja kami diberikan tj bayi masing- masing, padahal tugasnya sama saja.🍊🍊🍊🍊
Hanya selang berapa menit saja, saturasi nya kembali turun, 46 angkanya, segara temanku sebagai tjnya melakukan kompresi jantung,tapi karena kulitnya lunak, ia ragu-ragu melakukannya, takut terkelupas katanya. Entah mengapa rasa cemas ku datang saat itu, segera ku gantikan temanku itu karena saturasi nya sudah tiga puluhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman's Struggle
RomanceINI CERITAKU SEBAGAI MIDWIFERY HASIL PAKSAAN ORANGTUA. SETIAP HARI SELALU MENGENANG MASA DEPAN BURUK KARENA PROFESI KU YANG SEPERTI TAK BERGUNA DI KOTA KU, BAHKAN AKU SENDIRI PUN BELUM PERNAH MELIHAT PERSALINAN SECARA LANSUNG, AKAN JADI APA AKU NAN...