Heyyoooo gaisss...
Kumii kembaliiii.....🤗🤗🤗
Terimakasih sudah setia mengikuti "Women Struggle" sejauh ini, kesetiaan kalian semangat bagi kumii....😘😘😘Maaf kumi telat lagi up datenya😭😭😭, kepala kumi lagi puyeng sama revisian🙃🙃🙃
Kali ini kumi mau cerita tentang perjuangan seorang ibu kontraksi dini yang mampu bertahan hingga anaknya layak dilahirkan, ini cerita di malam yang sama saat kumi bertemu dengan Rain ( baca cerita chapter " Dewi Satu Sayap" yahh kalo readers penasaran🤭🤭)
🐶🐶🐶🐶🐶
Malam itu, saat Rain sudah tenang, aku kembali menemani sahabatku mengasuh pasien COCnya yang sedang kontraksi, pasiennya cukup tenang sebenarnya, ya tapi aku mau kemana lagi?"Aduhhhh ......"
Seorang pasien merintih tepat di belakang ku, alias bed disamping pasien ku.
Kami semua melihat kearahnya, kulirik sesuatu disamping kepalanya.
Nama : Airin Adinda
Umur : 32 tahun
Alamat : Aur kuning
Status : G5P4A0H4, uk: 35-36 minggu dengan kontraksi dini.(nama samaran yahh... tapi nama samaran yang kumi pakai selalu hampir mendekati nama aslinya, tapi umur dan alamat juga diagnosa kumi selalu pakai yang asli🤭🤭)
Wohoo.. apa yang harus ku lakukan? seorang ibu hamil merintih perih didepan ku, aku tidak tau harus berbuat apa karena ilmu yang gantung, sebenarnya hingga saat ini aku masih bingung, apakah teknik relaksasi berhubungan dengan proses kelahiran? Karena yang aku ketahui proses kelahiran juga memerlukan hormon oksitosin, dimana oksitosin dapat dihasilkan dengan rasa nikmat saat diberikan teknik relaksasi, aihhhsss ini membingungkan.
Terlebih baru kutemui kasus kontraksi dini braxton hicks.💌💌💌💌
Dibeberapa kasus kontraksi dini yang kutemui, si ibu akan diharuskan bedrest dan diberikan infus RL, lalu kontraksinya akan dipantau dengan CTG atau dopler sesuai kondisi jika di rumah sakit, ini pertama kalinya aku memasuki ruang rawatan klinik dokter kandungan, yahh dari ibu yang duduk dan tidak tenang menunjukkan tidak ada perintah bedrest, terlebih setelahnya ia miring kiri sekarang.Aku harus bagaimana? Miring kiri itu memudahkan pembukaan, apalagi aku sedang tidak dinas di klinik ini.
"Bu, sebaiknya jangan miring kiri ya" ujarku tersenyum.
"Tapi sakit banget dek" ujarnya sembari meringis padaku.
Apa yang harus kulakukan? Apakah aman memberikan teknik relaksasi?
Atau kuajak bercerita saja?
"Perkenalkan bu, saya kumi" aku mengulurkan tangan.
"Nama ibu Airin dek" ia membalas uluranku.
"Sudah berapa bulan nih bu?" Aku memancingnya untuk bercerita.
"Jalan 8 lah dek, kata dokter 1 hari lagi boleh dilahirkan, jadi ibu harus tahan malam ini" ujarnya menjelaskan, lalu bersiap untuk duduk.
"Ehhh bu tidur aja" spontan aku melarangnya duduk sehingga membuatnya terkejut dan tidur kembali.
Ia kembali ingin miring ke kiri.
"Kekanan aja gimana bu?" Tawarku ramah.
"Susah dek, tangan yang kanan kan diinfus jawabnya"
Kulihat ia meringis lagi saat telentang.
"Dek, boleh ya miring kiri" ia memelas padaku.
Jujur aku masih tidak melepasnya, kalau dia tidak bisa menahannya malam ini gimana? Aku tidak ingin ia kecewa dengan perjuangannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman's Struggle
RomanceINI CERITAKU SEBAGAI MIDWIFERY HASIL PAKSAAN ORANGTUA. SETIAP HARI SELALU MENGENANG MASA DEPAN BURUK KARENA PROFESI KU YANG SEPERTI TAK BERGUNA DI KOTA KU, BAHKAN AKU SENDIRI PUN BELUM PERNAH MELIHAT PERSALINAN SECARA LANSUNG, AKAN JADI APA AKU NAN...