Pagi-pagi buta seorang gadis remaja bangun dari tidur lelapnya. Piyama merah bata yang dipakainya kusut tak karuan. Dengan perlahan ia duduk di kasur dan mengucek matanya yang masih merah. Rambut hitam yang panjang terlihat acak-acakan setelah berkutat dengan kasur tercinta.
"Dek! bangun gih! sini turun! kakak mau berangkat dulu!" Terdengar teriakan dari lantai pertama rumah model belanda itu.
Tak menunggu lama dia bangun dan berdiri, dengan langkah gontai gadis ini turun menuju ke sumber suara. Di lantai bawah dia disambut dengan senyum hangat anggota keluarganya.
Mereka sudah duduk dengan rapih di meja makan. "Hei, ini masih pagi.. jam 4 lagi, kok udah pada sarapan?" begitu pikir gadis ini, dia duduk tepat di samping kiri ayahnya.
Nampak di depan mata gadis ini ada 5 orang yaitu, Ayah, Ibu, Kakak perempuan, Kakak ipar (suami kakak), dan anak mereka yang masih balita. Tak tertinggal satu kucing piaraan yang duduk di bawah meja.
Ayah tau nyawa anaknya masih belum terkumpul sempurna selepas bangun tidur, tangan keriput ayah membelai rambut anak gadisnya dengan lembut "Masih ngantuk dek?"
"He'em.. kalian mau berangkat jam segini?" mata gadis ini sayup-sayup, dia menyandarkan kepala di pundak ayahnya. Dari arah dapur, ibu datang membawa nampan berisi 4 gelas susu hangat. Kemudian membagikannya pada setiap anggota keluarga.
"Iya, nanti ketinggalan pesawat kan juga ribet. Kamu yakin dek? gamau ikut?"
Susu yang ada di meja diambil oleh gadis ini, karena lumayan panas bibir kecilnya meniup susu tersebut agar cepat dingin.
"fuuhh.. fuuh.. Lagian kan kakak udah terlanjur beli 5 tiket, males juga sih kalo ikutan, disana cuma diem di apartemen"
Gadis ini menyeruput susu tersebut dengan nikmatnya. Hawa dingin di pagi hari membuat susu hangat menjadi pas untuk dijadikan sarapan. Kakak ipar yang memperhatikan adiknya dari tadi terkekeh.
"Yaudah sih ya, dasar anak mageran. Kita perginya lumayan lama loh.. sekitar 2 minggu"
"Iya aku nggak ikut kak, aku capek.. kemaren baru aja lulus SMA, aku sekarang pengangguran. Kalo udah gini kan enaknya baca buku sama nunggu hasil SNMPTN.."
"Eciyee yang udah lulus, nilainya bagus lagi adek aku emang top markotop!" kakak perempuan gadis ini memuji dengan suara agak keras sampai hampir membangunkan anak balitanya.
Disaat ini naluri grandparent mulai bertindak "Shhh.. kakak! nanti adek bangun kan kasian" tegur nenek si balita.
Yang lainnya hanya tertawa kecil, pagi ini memang pagi yang dingin sekaligus hangat. Mentari masih belum menampakkan diri, bintang masih germelapan di langit. Sarapan bersama memang jadi kebahagiaan yang tak terkira. Tanpa disadari jam sudah menunjuk angka 5 pagi. Sudah waktunya mereka berangkat.
Mobil putih besar keluar dari garasi. Di kompleks perumahan ini masih belum ada yang beraktifitas. Wajar saja karena ini masih pagi, jalanan juga masih membutuhkan lampu untuk penerangan.
"Hati-hati ya.. Pah, Mah, Kak.. Adek, jangan lupa oleh-olehnya dari Swiss!" senyum lebar dan pelukan hangat dilontarkan gadis ini pada keluarganya. Di dalam hati dia merasa bebas, lepas dari semua beban sekolah dan pekerjaan rumah.
"Halah.. palingan kamu mau baca novel yang blibet itu lagi kan? enak dirumah ga ada orang, bisa ngenolep" cibir kakak perempuan.
Sambil terkekeh gadis ini mengangkat sebelah alisnya "Ouh so pasti! aku mau mesra-mesraan sama elves ku.. heheh"
Ayah yang melihat tingkah anak gadisnya ngebucin karakter fiksi hanya bisa tersenyum kecut. Dia mencium kening lalu memeluk anaknya.
"Yaudah ya dek, Papah berangkat dulu.. jangan lupa bersihin rumah. Nanti kalo kita udah sampai di Swiss papah telfon, ok?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Gi Melin (I Love You) The Hobbit Fanfiction [END]
FanficWARNING! (Mengandung spoiler berat) Our kin was cursed father! by eternal love! Seorang gadis remaja yang sangat mengagumi karya J.R.R Tolkien, berkelana di Middle-Earth dan berusaha merubah takdir yang seharusnya tertulis di buku ataupun di film. *...