HILANG -8-

128 42 12
                                    

Jam lima sore hari ini, Raina sudah siap dengan dress selutut berwarna putih. Rambutnya ia biarkan terurai dan tak lupa Raina menambahkan jepit rambut mutiara di bagian sisi rambutnya. Membuat Raina terlihat semakin cantik.

Hari ini Rangga akan mengajak Raina ke sebuah tempat. Entah tujuan apa Rangga mengajaknya bertemu. Tapi Raina dengan senang hati menerima ajakannya, karena memang Raina juga menginginkannya. Jujur saja, Raina tak menyangka bahwa sekarang hubungannya dengan Rangga semakin dekat, walau hanya sebatas teman tapi itu sudah merasa cukup bagi Raina bisa dekat dengan orang yang dia sukai. Kini Raina sedang berada di balkon rumahnya menunggu kedatangan Rangga yang akan menjemputnya sembari menikmati angin sore yang menenangkan. Beberapa menit kemudian terdengar suara ketukan dari arah pintu kamar Raina. Raina pun beranjak dari duduknya dan segera membuka pintu kamarnya yang ternyata orang yang mengetuk pintu adalah Bi Inah.

"Permisi non, di depan ada temen non," ujar Bi Inah yang membawa sebuah kemoceng di tangannya.

"Oh iya bi, makasih ya. Bibi bisa kembali kerja lagi," jawab Raina dengan sopan. Raina sudah menduga bahwa teman yang di maksud Bi Inah pasti adalah Rangga.

"Baik, non. Saya permisi," pamitnya pergi meninggalkan Raina setelah mendapat jawaban anggukan kepala dari Raina.

💖💖💖

Semilir angin sore membelai rambut hitam indah Raina. Saat ini Raina tak mengetahui dirinya dimana. Rangga membawa Raina ke sebuah tempat yang membuat Raina bertanya-tanya, sebab mata Raina di tutup oleh sehelai kain hitam panjang atas perintah Rangga. Hal ini membuat Rangga harus menuntun Raina berjalan menuju tempat yang telah ia persiapkan sebelumnya. Dan sekarang mereka telah sampai di tempat yang Rangga harap Raina menyukainya.

"Rain, kita udah nyampe. Gue hitung sampai tiga baru lo bisa buka mata, okay?" ucap Rangga memberi persetujuan.

"Okay," jawab Raina sembari menganggukan kepalanya.

Rangga segera membuka kain penutup mata Raina. Rangga mulai menghitung dari satu sampai tiga lalu Raina membuka matanya dengan perlahan.

Satu kata yang Raina lihat saat ini "indah". Sekarang Raina tahu dimana dia berada. Raina sedang berada di rooftop sebuah gedung yang lokasinya ternyata tak jauh dari rumah Raina. Jam menunjukkan pukul lima lebih tiga puluh menit. Waktu saat dimana munculnya senja, Raina menyukai suasana seperti ini. Disini mereka bisa menikmati senja dan pemandangan kota Jakarta dari atas gedung.

"Gimana, lo suka kan Rain?" tanya Rangga.

"Suka banget, pemandangannya indah." Raina memperlihatkan senyum bahagianya sembari merentangkan tangannnya.

"Makasih ya. Kalau dari dulu aku tahu tempat ini, mungkin setiap hari aku bakal kesini, secara kan ini tempat gak jauh dari rumah aku," lanjut Raina merasa menyesal karena baru tahu ada tempat yang membuat Raina merasa tenang.

"Sebenarnya ini gedung perusahaan milik nyokap gue, dan kalau lo suka tempat ini, lo bebas kok datang kapan aja ke sini," ujar Rangga memberi tahu.

"Serius?" Antusias Raina.

"Serius dong," jawab Rangga tersenyum seraya mengacak-acak puncak rambut Raina. Raina hanya tersenyum malu melihat perlakuan Rangga kepadanya.

Mereka masing-masing beralih menikmati indahnya senja yang sebentar lagi akan hilang. Terutama Raina, dia sangat menikmati suasana seperti ini, damai dan tenang. Tanpa di sadari, di sisi lain Rangga tak memilih menikmati indahnya senja, melainkan dia sibuk memperhatikan wajah paras cantik Raina. Rangga merasa yakin bahwa perasaannya terhadap Raina mulai berubah. Iya, Rangga menyukai Raina. Dan itu akan Rangga buktikan malam ini, bahwa dia mencintai Raina. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul enam lebih sepuluh menit, dan senja mulai terlihat pudar digantikan dengan gelapnya langit.

HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang