HILANG -14-

98 26 13
                                    

"Kak Rangga tunggu."

Raina berhasil menahan tubuh Rangga tepat di samping mobil milik Rangga. Raina memegang lengan kiri Rangga, sedangkan dia hanya terpaku tak menatap wajah Raina yang kini berubah semakin pucat.

Raina menghembuskan napas berat sebelum akhirnya berbicara. "Kak, tolong dengerin dulu penjelasan aku," ucap Raina terjeda "aku tau alasan kakak putusin aku. Karena kejadian kemarin kan? Itu semua salah paham, aku gak ada hubungan apapun sama Daniel."

Rangga beralih menatap wajah pucat Raina dan segera melepaskan tangan Raina yang memegangnya. "Oh, bahkan lo tau nama dia siapa? Udah seberapa jauh hubungan lo sama dia? Hah? Sampai lo peluk-peluk dia?"

Raina menautkan kedua alisnya "Aku gak peluk dia."

"Jangan bohong, lo kira gue bisa percaya sama omongan lo lagi?" Rangga terkekeh sinis.

"Udahlah, lagian gue gak peduli. Cewek di luar sana masih banyak yang suka sama gue, dan lo itu gak seberapa dibandingkan mereka." Rangga tersenyum miring.

Raina terdiam, dia hanya bisa menggeleng. Air matanya tak bisa di tahan untuk keluar. Semua ucapan Rangga berhasil menyakiti perasaannya. Ia bingung harus bagaimana lagi agar Rangga mempercayainya. Sepertinya Rangga benar-benar tak menginginkan dirinya lagi.

Rangga memutar bola matanya. Kini tak ada sedikitpun iba di hatinya kepada Raina. Karena itu, Rangga melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobilnya.

Raina bergegas mengetuk kaca jendela mobil Rangga. Memanggil-manggil nama Rangga. Namun sayang, Rangga tetap Rangga yang tak akan pernah merubah keputusannya. Buktinya kini mobil yang dikendarai Rangga menancap gas dan meninggalkan Raina yang menangis semakin pecah.

Raina hancur. Napasnya tercekat dan air matanya meluncur untuk yang kesekian kalinya. Kaki Raina berjongkok lemas, bukan hanya perasaannya yang hancur namun kini rasa pusing semakin menyerangnya.

"Raina." Suara seseorang mengalihkan pikiran Raina. Ia spontan mengangkat kepalanya yang tertunduk untuk menatap pria itu.

"Gerald?" sapa Raina lirih. Ia pasti merasa miris melihat kondisi Raina hancur yang kini sedang berjongkok dan menangis di depan rumahnya.

"Lo baik-baik aja Rain?" tanya Gerald, ikut berjongkok di depan Raina dan memegang bahunya.

Raina terisak lagi, ia hanya menggeleng dengan air matanya yang terus turun.

Detik itu juga Gerald menarik bahu Raina dan memeluknya erat. "Jangan nangis. Sekarang, ada gue disini," ucap Gerald lembut dan mengusap punggung Raina.

Ya Tuhan, Raina tak percaya ini. Seseorang yang ia sayangi membuatnya seperti ini, manyakitinya. Dan seseorang yang pertama kali menenangkannya, memeluknya erat itu Gerald yang tak lain adalah mantannya.

Sebenarnya Gerald tahu alasan Raina menangis yang menjadikan kondisinya seperti ini. Ia melihat Rangga dan Raina yang tengah berdebat sebelumnya. Kebetulan sekali Gerald berkunjung ke rumah Raina untuk menjenguknya yang tengah sakit. Tapi, melihat Raina dengan keadaan seperti ini, membuat perasaan Gerald secara tidak langsung merasa sakit. Iya, Gerald memang masih mencintai gadis yang sedang di peluknya ini. Berharap semoga semua akan kembali seperti dulu lagi.

Gerald tak mendengar tangisan Raina lagi. Ia melepaskan pelukannya lalu menatap wajah gadis di depannya. "Astaga Raina. Lo pingsan?" Gerald menepuk pipi Raina pelan, dan merasakan suhu tubuhnya panas. Tak menunggu waktu lama lagi, ia langsung saja mengangkat tubuh Raina pada pangkuannya dan bergegas masuk ke rumah Raina.

●○●○

"Enggak, enggak." Raina mengigau sambil menggelengkan kepalanya cepat.

HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang