Aku tak mengerti dengan sikapmu. Secara bersamaan seolah membenciku, di sisi lain seolah mengharapkanku.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Pagi berganti malam, hari berganti hari. Dua hari telah berlalu, itu artinya sekarang adalah hari terakhir murid SMA Garuda melaksanakan camping.
Suara teriakan seseorang dari arah luar tenda berhasil membangunkan penghuni di dalamnya. Bukan hanya teriakan, tapi ia juga menggoyangkan tenda itu dengan cepat. Membuat mereka semua terbangun dengan kesal, termasuk Raina juga.
"Woi bangun woi, udah siang," teriak orang itu keras, Raina tebak ia pasti pakai toa.
"Haduh, ini siapa sih yang ganggu gue tidur," racau Risa mengusap kepalanya gusar.
"Eh, dia bego atau gimana? Jam tiga subuh dibilang siang?" gerutu Alisa teman kelasnya. Raina hanya mengedikkan bahunya.
"Woi bangun!" Suara itu terdengar lebih keras dengan menggoyangkan kembali tenda.
"Berisik," cibir Risa sembari membuka resleting tenda menampilkan seorang cowok yang telah mengganggu tidur nyenyaknya. Mereka mengenalnya, dia anggota OSIS kelas 11.
"Bagus, jangan tidur lagi!" ujar cowok itu sambil berlalu pergi tanpa rasa bersalah.
"Woi, Revan nyebelin banget lo. Ganggu gue tidur," jerit Risa melemparkan batu kecil di sekitarnya pada Revan yang telah pergi.
♡♡♡
Di tengah hiruk pikuk siang ini, semua murid SMA Garuda sedang sibuk membereskan barang-barang bawaan mereka. Pandangan Raina mengarah pada sosok sahabatnya yang terlihat sedang asyik bercengkerama dengan seorang cowok. Raina memicing tajam ke arah cowok itu, sekarang ia baru sadar bahwa dia adalah Haikal, teman kelasnya juga. Raina sudah biasa melihat mereka berdua, hubungan mereka hanya sebatas teman, namun Risa sudah sangat dekat dengan Haikal.
Raina kembali sibuk dengan pekerjaannya. Tapi, seseorang mengganggu ketenangannya.
"Ehem." Raina memandang si pemilik suara itu, Chealse dan gengnya.
"Ternyata bener yah, kalo lo itu ada hubungan sama si ..." ucapannya terjeda, sedikit berpikir, "Si Daniel, ya Si Daniel."
Raina menghembuskan napas kasar. Mereka itu selalu mencari gara-gara. Tak bisa apa, sekali saja mereka tak ikut campur urusannya? Raina memilih tak meladeni mereka semua, tak ada gunanya, biarkan saja nanti juga capek sendiri.
"Eh, cupu. Di sini ada orang yang ngomong sama lo!" Amarah Chealse tersulut dengan sendirinya. Tuh kan, makanya jangan cari gara-gara. Raina beralih memandang mereka bergantian dengan tatapan datarnya itu. Ia bergeming, mengangkat salah satu alisnya.
"Wah, parah ... ngajak ribut nih, Cheal." Davira menyenggol lengan sang ketuanya. Mereka maunya apa? Mereka yang mencari masalah. Raina hanya diam, dengan jurus wajah datar nan dinginnya itu saja tapi bisa membuat mereka tersulut amarah. Padahal Raina tak mau mencari masalah dengan mereka, apalagi sampai bertengkar.
"Ribut aja, Cheal!" tantang Friska menyemangati, "nanti gue jadi jurinya, tenang aja ... lo pasti menang kok." Friska nyengir puas, berjalan dan berdiri di antara Raina dan Chealse.
"Ayo mulai. 1, 2, 3, mulai!" seru Friska mengangkat satu tangannya. Bertepuk tangan semangat tak memedulikan orang di sekitarnya yang menatap geram.
KAMU SEDANG MEMBACA
HILANG
Teen FictionRaina Alesha Kaila. Gadis cantik yang tidak akan berhenti berusaha untuk mendapatkan kembali seseorang yang dicintainya. Namun, suatu kenyataan pahit menyadarkannya untuk berhenti mencintainya. Di sisi lain, takdir selalu mempertemukannya dengan ses...