HILANG -12-

100 34 0
                                    

Rangga, Aldi dan juga Darrel saat ini sedang berada didalam mobil milik Rangga. Seperti biasa, sepulang sekolah mereka selalu berkumpul di rumah Rangga, alasannya karena mereka bisa makan gratis dan juga bisa bermain Play Station sepuasnya di rumah Rangga. Kebetulan orang tua Rangga sibuk bekerja dan jarang ada di rumah, membuat mereka lebih leluasa berada di rumah Rangga.

"Ga, terus nanti si Raina pulang sama siapa? Apalagi kan sekarang cuaca mendung banget, bentar lagi kayaknya hujan," tanya Aldi mengkhawatirkan nasib Raina. Karena biasanya setiap hari Raina selalu pulang bareng Rangga.

"Gue gak peduli. Palingan juga balik sama selingkuhannya," jawab Rangga diakhiri tawa hambar.

"Gue gak percaya Raina selingkuh dari lo, Ga. Bisa aja kan Pak Handoko cuma salah liat," ucap Aldi menatap Rangga disampingnya yang sedang fokus menyetir mobil, melaju menuju rumah Rangga.

"Percaya sama Allah bro," celetuk Darrel yang duduk di belakang mereka, dan bermain ponsel memainkan game online favorit-nya. Sementara Rangga tak menggubris mereka berdua, dia hanya diam masih kesal dan kecewa kepada Raina.

"Gue gak mau bercanda sama lo, Udin," ucap Aldi melempar koin lima ratus perak yang ada di depannya kepada Darrel dengan kesal.

"Eh, nama bapak gue kenapa dibawa-bawa. Dasar Bambang Abidin," balas Darrel tak terima nama ayahnya dijadikan bahan lelucon.

"Emang ngapa? Sombong amat," balas Aldi tak mau kalah.

"Bodo amat," jawab Darrel dan kembali fokus kepada game-nya

"Gak mungkin Pak Handoko salah liat," ucap Rangga disela keheningan.

💫💫💫

"Ya ampun non, kok hujan-hujanan? Gak dianterin sama nak Rangga?" kata Pak Tejo mengahampiri Raina membawakan payung setelah melihat keberadaan Raina menggigil kedinginan yang baru turun dari motor. Raina hanya menggeleng lemah tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Pak Tejo. Raina pulang naik ojek, namun saat di tengah jalan hujan kembali turun dengan deras yang membasahi tubuh Raina.

"Yaudah, non cepat ganti baju nanti sakit." Pak Tejo menuntun Raina ke dalam rumah, ia merasa bersalah karena tidak menjemput Raina pulang dari sekolahnya.

💫💫💫

Langit malam tanpa bintang, ditemani dengan semilir angin sepoi yang begitu menusuk kulit, tak membuat seorang Daniel kedinginan dan mengurungkan niatnya untuk keluar rumah. Tubuhnya ia balut dengan mantel tebal. Malam ini Daniel ingin sekali mendinginkan pikirannya setelah seharian tadi energinya banyak terkuras.

Daniel teringat kejadian saat-saat dekat dengan Raina. Tapi dengan cepat ia menggelengkan kepala, menepis semua pikirannya tentang gadis bernama Raina. Sadar bahwa Raina telah memiliki pacar.

💫💫💫

Sinar matahari pagi yang mengintip malu dari arah jendela kamar Raina, berniat untuk membangunkan sang penghuni rumah yang terlelap dalam tidurnya. Namun mata Raina masih terpejam dan tubuh lemasnya masih meringkuk dibawah selimut tebalnya. Raina merasakan suhu tubuhnya panas, dan tubuhnya terlalu lemah untuk bangun dari tidurnya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari arah pintu kamarnya.

"Non, udah siang. Kok belum kebawah untuk sarapan?" Raina sudah mengira bahwa yang mengetuk pintu itu pasti Bi Inah, tapi Raina tak menjawabnya. Bi Inah yang khawatir karena tak mendapat jawaban dari majikannya, terpaksa memilih membuka pintu kamar Raina yang kebetulan tidak dikunci.

HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang