HILANG -23-

60 2 0
                                    

Malam ini Daniel tengah sibuk membaca sebuah buku novel bergenre horor. Sudah lumayan lama ia tak melakukan kebiasaannya ini, karena akhir-akhir ini dirinya disibukkan oleh berbagai hal.

Disaat dirinya begitu fokus membaca, seolah ia larut dalam alur cerita tersebut, terdengar suara ketukan dari arah pintu kamarnya.

Tok tok tok

Dalam waktu bersamaan pintu kamar terbuka. Menampilkan seorang wanita berhijab yang tersenyum tulus.

"Eh, Ibu," sapa Daniel setelah melihat keberadaan Ibunya. Ia memilih menutup dulu buku dan menaruhnya di atas nakas.

Sang Ibu, yang memiliki nama Sara menghampiri anaknya dan duduk di sampingnya.

"Maafin Ibu, ya," gumam Sara.

"Maaf kenapa, Bu?" tanya Daniel, wajahnya berkerut keheranan.

"Ibu cuma punya uang segini buat bantu kamu ganti rugi mobil temen kamu." Sara menyerahkan satu lembar uang seratus ribu rupiah kepada anaknya.

"Gak perlu, Bu." Daniel menolak, "Uang Daniel kayanya udah cukup, kok."

"Mending uangnya Ibu tabungin aja," saran Daniel.

Sara diam tak membalas ucapan anaknya. Memandang anak semata wayangnya dalam. Ia merasa sangat bersyukur bisa mempunyai anak yang begitu mengerti dengan keadaannya. Bahkan disaat remaja lain menghabiskan waktu mudanya dengan bersenang-senang, Daniel memilih untuk membantu ekonomi dirinya yang hanya berprofesi sebagai asisten rumah tangga. Sesekali tebersit rasa perih di hatinya yang belum bisa membahagiakan anaknya.

"Bu, kok ngelamun?" tegur Daniel.

"Eh, nggak kok." Ia menggeleng cepat, " oh iya, ganti ruginya emang berapa?"

Daniel berpikir sebentar, "Daniel juga gak tau pasti sih, Bu, berapa biaya servis mobil milik temen Daniel itu." Ia menggantung kalimatnya, "cuma, dia bilang sama Daniel untuk ganti ruginya sebesar satu juta."

"Satu juta?" ungkapnya terkejut, "Itukan nominal yang sangat besar," lirih Ibu berhijab tersebut.

"Entahlah, gimana pun juga Daniel harus tetep bayar ganti rugi mobilnya, kalau enggak motor kesayangan Daniel gak bakal ketemu lagi sama Daniel dong." Daniel sedikit mengerucutkan bibirnya mengingat motornya yang sudah dua hari tak bertemu karena disita oleh Rangga.

"Kamu kenapa bisa sampe ceroboh gitu sih?" tanya Sara sedikit kesal.

Daniel menarik napas dalam, lalu mengeluarkannya perlahan, "Daniel emang ceroboh, Bu." Ia menggaruk kepalanya yang gatal sebelum melanjutkan bicaranya, "Waktu itu Daniel lagi ngelamun, alhasil jadi nabrak mobilnya Rangga."

"Lagian kamu ngelamunin apa sampe segitunya?"

Daniel bergeming, "Hmm... Daniel lupa lagi, Bu, hehe." Ia menyengih.

Sara berdecak, "Ya udah, nih Ibu mau kamu terima uang ini ya! Ibu cuma punya uang segini, semoga ini bisa bantu kamu." Ia menarik tangan anaknya lalu menyelipkan uang tersebut ketangannya.

"Daniel bilang gak usah, Bu ...."

"Gak ada penolakan, pokoknya kamu harus terima." Dengan gerakan cepat ia segera pergi meninggalkan kamar anaknya.

˙○˙

Sinar matahari menyelinap masuk dari jendela kamar. Sedikit mengganggu tidurnya, ia menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya, berniat melanjutkan kembali tidurnya yang terganggu.

Beberapa detik kemuadian, ia mulai sadar, jika matahari telah terbit itu artinya sekarang sudah siang. Dengan gerakan cepat ia bangkit dari tidurnya. Melihat sekilas jam dinding, ternyata dugaannya benar, waktu menunjukan pukul enam lebih dua puluh menit.

HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang