HILANG -11-

105 39 7
                                    

"Kak Rangga cuma salah paham aja sama lo. Lo harus ngejelasin semuanya Rain," lanjutnya memberi saran. Raina mengangguk tersenyum menatap Risa di sampingnya. Berusaha menahan air matanya yang ingin jatuh.

"Yaudah kita pulang yuk Rain. Bentar lagi hujan kayaknya," ajak Risa setelah melihat cuaca sore yang semakin mendung.

"Kamu duluan aja Ris, aku ke ruang guru dulu. Lagian nanti aku telepon Pak Tejo kok untuk jemput aku," ucap Raina berusaha tenang walaupun sebenarnya hatinya merasa gelisah memikirkan kejadian barusan.

"Beneran gak mau gue temenin dulu?"

"Iya. Lo duluan aja gih, cepet nanti keburu hujan," pinta Raina.

"Yaudah gue duluan ya Rain," pamit Risa yang diangguki kepala oleh Raina. "Hati-hati."

Kini Raina seorang diri di depan kelasnya menatap punggung Risa yang semakin lama semakin hilang. Raina terperanjat kaget ketika tiba-tiba terdengar suara petir yang lumayan agak besar.

"Ya ampun, aku harus cepet-cepet ke ruang guru nih." Raina berlari tergopoh-gopoh membawa buku yang lumayan banyak menuju ruang guru.

🐾🐾🐾

"Yah, hujannya deras banget lagi. Mana gak bawa payung." Raina bergerutu sendiri melihat di depan matanya hujan yang deras sekali. Raina mengambil ponsel dari saku roknya. Berdecak kesal setelah melihat di layar ponselnya tak ada sinyal sama sekali.

"Kenapa hari ini sial banget sih." Raina tak henti-hentinya bergerutu meratapi nasibnya hari ini. Dimulai dari terlambat sekolah, di hukum oleh Pak Handoko, dituduh selingkuh, dan sekarang Raina tak bisa menghubungi Pak Tejo untuk menjemputnya. Beralih melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 15.20. Raina menghela napas panjang dan bersandar di dinding depan ruang guru.

Sepuluh menit telah berlalu. Tapi hujan belum memberikan tandanya akan berhenti. Tak lama datang seseorang mengahampiri Raina.

"Raina?" sapa seseorang di sampingnya.

Raina melirik sekilas seseorang yang memanggilnya. Dia adalah Daniel. Raina memutar bola matanya jengah, memalingkan pandangannya ke arah lain.

"Lo belum pulang?" tanya Daniel yang tak mendapat jawaban dari Raina.

Daniel mulai kesal karena semua pertanyaannya tak di jawab sama sekali. "Kalo orang nanya tuh di jawab." Daniel melipat kedua tangannya di depan dada.

"Suka-suka gue lah," jawab Raina sinis tanpa menatap wajah Daniel di sampingnya.

"Baru pertama kali gue liat lo sinis kayak gini. Emang gue ada salah sama lo?" tanya Daniel menatap lekat wajah Raina.

"Ada," jawab Raina membalas tatapan lekat wajah Daniel, mengangkat satu alisnya. Daniel mengerutkan kening pertanda tak mengerti.

"Tau gak lo? Gara-gara lo Kak Rangga marah sama gue karena kejadian tadi pagi itu dia pikirnya kita pacaran di samping sekolah," ucap Raina mengangkat jari telunjuknya di depan wajah Daniel. Mengeluarkan semua unek-uneknya.

"Kenapa jadi gue yang di salahin? Kan lo yang salah, suruh siapa jatoh. Udah untung gue tolongin," jawab Daniel membela diri.

Hening.

Raina mendengus kesal, terdiam memikirkan ucapan Daniel barusan. Benar juga kata Daniel, Raina yang salah. Tapi tetap saja Raina masih kesal kepada Daniel. Raina melipat kedua tangannya di depan dada, memalingkan wajahnya dari Daniel.

Tiba-tiba terdengar suara petir yang lebih besar dari sebelumnya yang membuat Raina berteriak dan langsung memeluk tubuh tingginya Daniel.

"Aaaa ..." teriak Raina dan menutup matanya. Daniel terperanjat kaget dengan apa yang dilakukan oleh Raina, namun dia hanya diam memberi ruang kepada Raina untuk mengurangi rasa takutnya. Tanpa disadari Daniel tersenyum melihat tingkah Raina yang lucu saat ketakutan. Setelah suara petir yang telah hilang, Raina mulai menyadari bahwa dirinya sedang memeluk tubuh tingginya Daniel. Raina bergegas mundur menjauhi Daniel yang sedang tersenyum kecil menatapnya. Raina merasa jadi canggung kepada Daniel.

"Sorry-sorry," ucap Raina canggung.

"Gue pikir cewek galak kayak lo gak takut petir," ucap Daniel yang diselingi tawa. Raina melotot mendengar ucapan Daniel. "Ngeselin banget sih lo." Raina mengepalkan kedua tangan berusaha menahan amarahnya. Daniel hanya tertawa dan menjulurkan lidahnya kepada Raina.

Beberapa menit kemudian, hujan berangsur tak terlalu deras. Daniel berniat untuk pulang. "Lo pulang sama siapa?" tanya Daniel.

Raina tiba-tiba teringat sesuatu. Dia belum mengabari Pak Tejo untuk menjemputnya, namun sialnya, sampai saat ini ponsel Raina masih belum ada sinyal.

"Gue pulang sama siapa juga bukan urusan lo," jawab Raina masih dengan ekspresi wajah sinis.

"Yaudah. Tadinya gue mau ajak lo pulang bareng. Tapi setelah dipikir-pikir, kayaknya enggak deh. Nanti dikira pacaran lagi sama pacar lo kalau kita pulang bareng. Terus gue lagi yang di salahin," ucap Daniel panjang lebar dan mulai pergi meninggalkan Raina yang menahan amarahnya.

"Sumpah ya, tuh cowok nyebelin banget sih." Raina mengangkat kepalan tangan kanannya, berusaha menahan amarahnya.

🐾🐾🐾

Seorang wanita berambut hitam bergelombang baru saja keluar dari ruangan perpustakaan. Dia adalah Bianca kelas 12 IPS-1, satu kelas dengan Rangga. Bianca berjalan sendiri di lorong kelas, menunggu hujan reda. Tiba-tiba dia dikejutkan dengan suara petir yang sangat besar, namun yang lebih terkejut adalah pemandangan di depannya membuat mata Bianca terbuka sempurna.

Raina memeluk seorang cowok.

Bianca tersenyum licik melihat pemandangan didepannya, sebuah ide terlintas di kepala Bianca. Dengan cepat Bianca mengambil ponsel dari tasnya, dan langsung membuka aplikasi kamera. Bianca memotret kejadian ini untuk diberikan kepada Rangga, laki-laki yang Bianca sukai sejak lama.

🐾🐾🐾

TBC

Jahat nih Bianca😠

Jan lupa vote...😗

HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang