Semuanya terlihat rumit.
«--------------»"Kenapa tadi lo bersikap ramah sama Si Raina?" tanya Rangga pada cewek di depannya.
Bianca memandang ke arah lain, beberapa detik terdiam, "Emang kenapa? salah?" Bianca balik bertanya.
"Gak, cuma gue aneh aja gitu." Rangga mengedikkan bahu asal.
Bianca mencodongkan tubuhnya ke depan, "Kamu sebegitu bencinya ya sama Raina?"
Kini giliran Rangga yang terdiam, lalu menjawabnya, "Be-bencilah," jawabnya sedikit gugup. Tapi nyatanya, kalimat yang ia ucapkan itu tak sesuai dengan isi hatinya. Sebenarnya sosok Raina masih sering terlintas di kepalanya, namun di sisi lain ia begitu kecewa atas apa yang telah gadis itu lakukan.
"Bagus deh," jawab Bianca tersenyum manis.
Rangga menautkan alis rapat, "Kenapa bagus?"
"Ya karena sekarang lo udah jadi milik aku kan?" Ia masih memperlihatkan senyum merekahnya. Rangga mengangguk, membalas senyuman pacarnya itu.
Lima hari sudah ia memutuskan untuk berpacaran dengan gadis yang kini sedang bersamanya. Alasan menerimanya, karena mungkin ini adalah salah satu cara agar membuatnya lupa tentang sosok Raina. Namun sialnya, Raina masih saja mengejarnya, membuatnya selalu gagal melupakan dia. Itulah kenapa ia selalu bersikap tak acuh saat berhadapan dengan Raina. Supaya dia bisa menyerah untuk tidak mengejarnya lagi.
✩✩✩
Gadis itu duduk termenung dalam gelap malam di balkon kamarnya. Mendongak tak semangat mengamati indahnya cahaya bulan dan bintang. Pikirannya tertuju pada ucapan Daniel saat di kafe tadi sore.
"Gue bakal bantu lo!"
Ucapan itu terus saja mengiang di kepalanya, bagaikan musik yang sedang diputar. Dan ucapan sebelumnya... ia mengingat...
"Kalau lo cemburu. Balas buat dia juga cemburu!"
"Gimana caranya buat Kak Rangga cemburu?" gumam Raina.
"Ah, bener-bener tuh cowok, bikin gue sakit kepala!" Kepala Raina menunduk memijat pelipisnya.
"Lo cari cowok lagi!" ucap seseorang tiba-tiba membuat Raina mengangkat kepalanya. Dan betapa terkejutnya ia melihat siapa pemilik suara itu.
"Hah? Ngapain lo di sini?" Raina terperanjat kaget melihat sosok Daniel berdiri di pojok melipat kedua tangannya.
"Lo lagi mikirin gue kan?" Daniel tersenyum menyeringai.
Mulut Raina terbuka. Tidak, pasti ini cuma halusinasinya saja.
"Gak, gue gak mikirin lo!" sahut Raina masih tak percaya dengan keberadaannya.
"Pergi lo! Pergi!" usir Raina meninggikan volume suaranya.
"Gue gak bakalan pergi kalau lo belum berhenti mikirin gue," jawabnya dengan cengengesan.
Raina menggeleng cepat. Menutup wajah dengan tangannya, "Gak mungkin. Ini pasti halu." Raina kembali memandang ke arah cowok itu lagi, tapi dia masih setia berada di tempatnya mengangkat kedua sudut bibirnya. Kalau boleh jujur, Raina akui, senyumannya kali ini sangat manis. Ia jarang sekali melihat cowok itu tersenyum seperti ini sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HILANG
Teen FictionRaina Alesha Kaila. Gadis cantik yang tidak akan berhenti berusaha untuk mendapatkan kembali seseorang yang dicintainya. Namun, suatu kenyataan pahit menyadarkannya untuk berhenti mencintainya. Di sisi lain, takdir selalu mempertemukannya dengan ses...