HILANG -24-

62 2 0
                                    

Datang tak diundang, pulang tak diantar.
Iya, kamu tuh kaya jelangkung.
_Raina Alesha Kaila_

******************************

Raina segera membuntuti Pak Handoko dengan perasaannya yang takut campur gelisah resah. Pikirannya terus berputar tentang hukuman apa yang akan diterimanya sebentar lagi.

Sepanjang perjalanan, sepanjang itu pula Raina mendumel dalam batinnya. Napasnya tak beraturan, keringat dingin keluar dari tubuhnya.

Tak sengaja pikirannya tertuju pada kejadian waktu itu, saat dimana dirinya dan Daniel yang sama-sama dihukum oleh Pak Handoko karena terlambat sekolah. Namun sayang, siapa yang tahu justru masalah tersebut adalah sebagai alasannya ia kehilangan salah satu orang yang disayanginya. Jujur Raina sedikit kecewa, Rangga benar-benar tak mempercayai sedikitpun perkataannya.

Lamunannya buyar ketika Raina tersadar jika sekarang dirinya telah berada di tengah lapangan.
Raina tertegun memandang seluruh lapangan ini yang ternyata bukan hanya ada dirinya dan Pak Handoko. Tapi, terlihat kelas 11-IPA 3 juga yang sedang melaksanakan olahraga. Itu terbukti karena ia melihat sosok Daniel di sisi lapangan yang sedang mendengarkan sesuatu dari earphone-nya dan seorang perempuan di sampingnya yang seperti terus mendekatinya, berbeda dengan teman cowok lainnya yang lebih asyik bermain bola basket. Oh, sepertinya jam kelas mereka sedang kosong, tak terlihat ada guru olahraga di sana.

'Sial, gue pasti bakal jadi bahan tontonan mereka, nih,' batin Raina gelisah.

Pak Handoko memutar badan menghadap Raina. Memainkan jenggot miliknya sejenak, lalu mengeluarkan kalimatnya. "Kamu tau? Hukuman apa yang akan Bapak kasih ke kamu?" Pak Handoko mengintimidasi siswi di depannya yang terlihat gamang.

Raina hanya menjawab dengan gelengan kepalanya. Ia benar-benar tak bisa mengeluarkan kata-katanya. Segala perasaan tak nyaman mulai menyergapnya.

"Hukumannya gampang kok," ujarnya menggantungkan kalimatnya, "kamu harus lari keliling lapangan tiga putaran," ungkapnya yang berhasil membuat Raina menengadah. Hanya itu hukumannya? Baiklah, Raina tak keberatan sama sekali.

"Ayo lakukan sekarang!" bentak Pak Handoko yang diangguki kepala oleh Raina.

"Siap, Pak!"

Raina mulai melaksanakan hukumannya tanpa banyak protes. Siswa-siswi di sini mengatakan jika hukuman yang diberikan oleh Pak Handoko tak pernah tanggung-tanggung, selalu membuat kapok para muridnya. Tapi, buktinya sekarang hukuman yang diberikan sama saja seperti guru lainnya. Ya sudahlah, harusnya Raina banyak-banyak bersyukur karena tidak diberi hukuman yang berat, bukan?

Selama berlari, seluruh pasang mata tertuju padanya. Berbisik-bisik, menertawakannya, bahkan ada juga yang menggodanya. Wajar saja, Raina memiliki paras yang cantik. Namun, sayang seribu sayang, Raina tak pernah tertarik sama sekali kepada lelaki lain selain satu orang, siapa lagi kalau bukan Rangga.

Kepalanya terus menunduk menghindari tatapan-tatapan yang membuat dirinya risih, rasa malu pun semakin menyelimutinya.

Sampai akhirnya ia akan melewati tempat di mana Daniel sedang duduk. Raina sedikit melirik ke arahnya, dan ternyata dia pun melakukan hal yang sama.

'Perasaan apa ini? Kenapa jantung gue rasanya dag dig dug cepet banget ya mau lewat dia?' ucap Raina dalam hati.

Raina melambatkan laju larinya, sambil mencoba menenangkan perasaannya yang kacau.

'Tenang Rain, tenang.' Ia memalingkan wajahnya ke arah lain.

Dan, ya, ia berhasil. Di depan sana masih terlihat Pak Handoko yang sedang berkacak pinggang memperhatikannya.

HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang