HILANG -3-

257 64 12
                                    

Nyatanya aku tak tahu
Orang yang kucintai
Hatinya untuk siapa
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Saat melihat dirinya di pantulan cermin. Raina melihat wajahnya yang pucat pasi dan mata yang sembab. Kemarin setelah dia meninggalkan mal itu, Raina langsung pulang dan mengurung diri di kamarnya. Raina menumpahkan tangisnya yang sejak tadi dia pendam sampai dia tertidur. Memang, Raina akui, ia cengeng.

Hari ini Raina harus bersiap-siap untuk pergi sekolah. Dia tak ingin sampai terlambat ke sekolahnya. Tapi dia masih saja memikirkan siapa wanita kemarin yang bersama Rangga waktu itu.

Setelah merasa semuanya telah siap. Raina langsung keluar kamarnya dan pergi ke bawah untuk melakukan rutinitas di pagi hari.

"Non, ini saya buatin makanan kesukaan non," ucap Bi Inah pembantu dirumahnya menyodorkan omelet setelah Raina duduk di kursi.

"Makasih bi," jawabnya seraya mengambil piring.

"Sama-sama non, saya permisi dulu izin ke belakang," ujar Bi Inah dan langsung diangguki kepala oleh Raina.

"Selamat pagi sayang." Suara itu terdengar setelah muncul sosok perempuan yang ikut duduk disamping kursi Raina. Ia Alesha, yang tak lain adalah mamanya.

"Pagi juga ma," sapanya juga dengan senyuman.

"Kamu kenapa Rain? Matamu kok sembab, kaya yang udah nangis aja," tanya mamanya bingung seraya menatap seksama ke arah wajah Raina penuh selidik.

"Eh, gapapa kok ma. Ini cuma kelilipan aja tadi," jawabnya terpaksa berbohong.

"Aku duluan ma, udah telat." Lanjutnya setelah menghabiskan susu vanilla kesukaannya.

"Iya, hati-hati."

✨✨✨

Saat tiba di sekolah, lebih tepatnya sekarang Raina sedang berjalan di koridor sekolah. Ia tak sengaja menabrak seseorang di depannya, karena wajahnya yang terlalu menunduk.

Bukk

"Aw," ringisnya dan langsung mengusap kepala.

"Sorry-sorry," lanjut Raina seraya melihat ke arah sosok cowok yang tadi tak sengaja ia tabrak. Tapi orang itu terus melanjutkan jalannya, berjalan dengan artian seperti orang yang tergesa-gesa. Tak sengaja setelah jauh dari tempat ia berdiri orang tersebut melihat kearahnya, tapi sayang hanya wajah setengahnya saja yang terlihat, membuatnya tak mengenali orang itu. Seperti asing wajahnya.

"Makanya kalo jalan tuh pake mata," cetus seseorang yang muncul dari arah belakang Raina. Sepertinya dia memperhatikan kejadian tadi. Saat Raina berbalik badan dan melihat sosok itu ternyata dia adalah Risa.

"Jalan pake kakilah, masa pake mata," jawabnya ketus.

"Eh, iya ya, maaf deh maaf gue salah, hehehe." Risa nyengir kuda kepadanya.

"Udahlah, ayo masuk kelas," ajak Raina kepada Risa.

"Eh, lo duluan aja, gue ada janji dulu sama temen."

"Oh, yaudah, gue duluan," kata Raina yang diangguki kepala oleh Risa.

✨✨✨

Saat di kelas Raina menghabiskan waktunya dengan melamun, karena jam untuk masuk masih tersisa 10 menit lagi. Dan saat ini Risa masih belum kembali ke kelas.

"Dorr!" Tiba-tiba seseorang mengagetkan Raina dengan pukulan kecil dipundaknya. Sontak saja ia kaget.

"Ish, lo, ngagetin aja untung gue gak jantungan," bentak Raina kesal seraya memukul keras pundak orang itu.

Orang itu adalah Gerald, teman cowok kelasnya. Sekaligus dia adalah mantan pacarnya dulu saat ia masih kelas 10. Mereka pacaran hanya bertahan empat bulan. Raina duluan yang memutuskan dia, karena ia tak ada lagi rasa untuknya. Raina juga bingung, kenapa ia dulu menerimanya.

Dan jangan bilang sekarang mereka flashback,
karena hubungan mereka masih dekat. Mungkin untuk beberapa orang jika suatu hubungan tersebut berakhir, maka pasangan tersebut akan saling membenci. Tapi itu tidak untuk Raina. Ia dekat dengannya karena alasan mereka sekelas dan saling bertemu setiap hari. Raina juga mengganggap dia sebagai teman sama seperti teman lainnya, tidak lebih. Tapi kata teman-temannya, Gerald masih punya rasa kepadanya. Tapi itu tidak membuat perasaannya berubah, ia sudah tak menyukainya lagi.

"Sorry disengaja, hehehe," ucap Gerald sembari tertawa.

"Tuhkan disengaja, emang temen lacknat lo," jawab Raina kesal dan memalingkan wajah darinya.

"Gue lamar, eh gue ramal sekarang lo lagi galau. Iya kan?" Tebak Gerald dengan pedenya. Tapi emang bener, sih.

"Enggak, sok tau lo, udah sono pergi jangan ganggu gue." Ketus Raina seraya mendorong pundak Gerald, tapi tak berhasil, terlalu kuat tenaganya dibandingkan dengan Raina yang bertubuh kecil dari dia.

"Lah, bener udah ketebak ini mah." Gerald tertawa meledek.

"Iye, gue lagi galau puas lo?" jawab Raina kesal sembari cemberut.

"Galau? Di betterin aja ..., haha." Tawa Gerald tak kalah keras dari sebelumnya.

Nih orang ngapa sih, pake ketawa lagi lucu juga kagak. Ganggu mulu.

"Ish, kampret lo ... kagak lucu." Raina memalingkan wajah dari Gerald.

Teett....teett....teettt

"Rain lo kenapa?" tanya Risa yang tiba-tiba telah muncul di depannya, karena Raina yang tak menyadarinya.

"Raina lagi galau tuh," jawab Gerald kepada Risa.

Raina hanya memutar matanya jengah. Kesal dengan sikap Gerald.

"Mas ...." Risa belum sempat menyelesaikan perkataannya sudah dipotong oleh perkataan Gerald.

"Oh, ya, Raina butuh Better katanya biar gak galau lagi," Potong Gerald.

"Tak semudah itu ferguso, udah sono lo pergi." Risa mengusir Gerald dengan susah payah.

"Raina ... aku pergi jaga diri baik-baik. jangan galau, kamu gak akan kuat biar aku aja," ungkap Gerald dramatis, seraya pergi menjauh dari tempat duduk kami.

"Iya-iya, udah lo sana jangan ngedrama lagi, jijik liatnya." Risa mulai kesal dengan sikapnya Gerald yang lebay.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Sisca, wali kelas kita sekaligus dia adalah guru matematika kami. Jadi hari ini kelas 11 IPA-2 akan berhadapan dengan angka-angka yang membosankan.

"Pagi bu," jawab siswa-siswi dengan serempak. Dan pelajaran berlangsung.

Pelajaran hari ini Raina tak terlalu fokus memperhatikannya. Sampai ia dikejutkan oleh suara seseorang yang memanggil namanya.

"Raina ..." teriak seseorang dengan keras.

💦💦💦

TBC

Jan lupa voment...👌

HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang