HILANG -15-

109 28 3
                                    

Satu hari sudah berlalu setelah kenyataan bahwa Rangga memutuskan hubungannya dengan Raina. Apakah Raina sudah menerimanya? Tentu saja tidak jawabannya. Ia masih menyanginya, tak peduli bagaimana perasaan Rangga padanya saat ini, ia akan tetap berusaha untuk mendapatkan Rangga kembali. Karena ia tidak bersalah, itu hanya salah paham saja. Perkataan Rangga yang menuduh dirinya berpelukan dengan orang lain terus berputar di pikiran Raina. Namun, ia merasa tidak pernah melakukan itu.

Hari Rabu ini Raina kembali untuk bersekolah setelah merasa keadaannya lebih baik dari kemarin. Oh ya, masalah tentang Mamanya. Raina sedikit tidak percaya dengan jawaban mamanya yang menghilang tanpa kabar waktu itu. Ia bilang, bahwa kemarin dirinya berkunjung ke rumah temannya karena ada suatu acara dari kantor yang tidak bisa ditinggalakn dan juga tidak memberi kabar karna paket kuotanya yang habis. Padahal ia kan bisa terlebih dahulu membeli itu. Ah, sudahlah. Raina tidak mau membesarkannya lagi, yang terpenting mamanya sudah kembali dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.

●○●○

Kini Raina telah menginjakkan kakinya di lingkungan sekolah. Tak ada yang berubah setelah dua hari ia tidak masuk sekolah. Tapi tunggu, ia sepertinya tak salah lihat kan? Setelah memasuki lorong ia seperti menjadi pusat perhatian siswa-siswi di sana, ada yang berbisik, tersenyum miring, menatap tajam dan tatapan dingin juga mengarah padanya. Oh ini sangat aneh, apa yang terjadi pada mereka semua.

Raina lebih memilih menundukan kepalanya dan terus berjalan tanpa memandang orang di sekitarnya, sampai ia tak sengaja menabrak seseorang dari arah lorong kanan.

Buk

Semua buku berjatuhan dari tangan cowok yang tak sengaja Raina tabrak.

"Sorry gak sengaja," ucap Raina tanpa memandang cowok itu.

Mereka berdua spontan berjongkok untuk mengambil buku yang berjatuhan, dengan tanpa sengaja tangan mereka saling bersentuhan yang membuat mereka saling menatap satu sama lain.

"Lo," ucap mereka bersamaan. Mereka segera berdiri dan mundur beberapa langkah.

Raina memutar bola matanya malas.

"Eh, makanya jalan tuh liat-liat. Jangan nunduk mulu." Kalimat Daniel keluar pertama kalinya setelah beberapa saat tadi hanya terdiam.

"Lo juga kalau jalan hati-hati, punya mata kan?" jawab Raina sinis.

Daniel menghembuskan napas kasar sebelum akhirnya berbicara. "Bodo.amat," ucapnya penuh penekanan dan berlalu meninggalkan Raina dengan raut wajahnya yang kesal.

"Makin hari makin ngeselin nih orang" batin Raina.

●○●○

"Raina ... akhirnya lo sekolah juga, gue kangen banget sama lo," teriak Risa cempreng memeluk Raina di depannya yang membuatnya jadi pusat perhatian teman-teman kelasnya.

"Aduh Ris, telinga gue sakit nih denger lo teriak," candanya membuat mereka berdua berakhir tertawa.

"Sorry ya gue gak bisa jenguk lo. Soalnya kemarin gue pergi ke rumah nenek yang lagi sakit." Risa menyentuh kedua tangan Raina setelah mereka kembali duduk di kursinya masing-masing.

Mata Raina terbuka sempurna mendengar ucapan Risa barusan "Ya ampun sakit nenek lo kambuh lagi?" Risa mengangguk, raut wajahnya yang semula ceria berubah menjadi murung. Raina sudah mengetahui penyakit yang selama ini di derita nenek Risa, ia punya penyakit darah tinggi.

HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang