HILANG -26-

82 2 0
                                    

'Lo belum tau aja Rain, kalau sebenarnya ... gue itu suka sama lo,' gumam Daniel dalam hatinya.

"Gimana? Mau gak bantuin gue?"
Raina kembali mengulangi ucapannya.

"Hmm, lo mau banget balikan lagi sama Kak Rangga?"

Raina mengangguk mantap, "Mau banget."

Daniel terdiam sejenak, sepertinya Raina memang tak ada rasa sedikitpun padanya. "Ya udah gue bakal bantu lo," jawab Daniel akhir, berusaha menampilkan senyumannya.

"Serius?" tanya Raina penuh semangat.

Daniel mengangguk pelan.

"Wah, makasih," ungkap Raina tak kalah semangat dari sebelumnya.

_o0o_

Seketika seluruh pasang mata menatap ke arah Raina yang berdiri di ambang pintu kelasnya. Bel istirahat telah berbunyi lima menit yang lalu.

"Raina?" tegur Risa dari tempat duduknya.

Raina segera menghampiri tempat duduknya samping Risa.

"Lo kemana aja Rain? Lo kesiangan? Kena hukuman Pak jenggot ya? Kok muka lo sedikit pucat sih? Lo sakit?" Risa langsung menyerbu sahabatnya itu dengan berbagai lontaran pertanyaan.

"Gue harus jawab pertanyaan yang mana dulu nih?"

"Terserah lo."

"Iya, gue kesiangan. Gue kena hukuman Pak Handoko. Dan gue tadi pingsan," jawab Raina membuat Risa terkejut.

"Lo pingsan? Kok bisa?"

"Iya bisa, soalnya tadi pagi gue gak sempat sarapan." Raina menjeda kalimatnya. "Tapi, untungnya ada kuda nil yang tolongin gue." Raina sedikit mengangkat kedua sudut bibirnya.

"Kuda nil?" Risa kembali terkejut sambil berteriak mengundang perhatian di sekitarnya.

"Sejak kapan ada kuda nil di sekolah kita Rain? Gue jadi takut tau." Raina malah menertawakan raut wajah sahabatnya.

"Bukan, maksud gue tuh Daniel, kelas 11 IPA 3 itu," jelas Raina.

"Hah? Serius?" Risa sedikit tak percaya.

"Iya, dia yang bawa gue ke UKS."

"Astaga, sejak kapan lo deket sama dia? Jadi sekarang lo udah move on dari Kak Rangga?" Lagi-lagi Risa menanyakan pertanyaannya tanpa jeda.

"Gue gak deket sama dia. Tapi dianya aja yang deketin gue terus." Raina segera menjelaskan agar tak ada salah paham.

"Jangan-jangan dia suka lagi sama lo Rain. Lo inget kan? Waktu camping, dia tolongin lo juga saat lo gak bisa nyanyi." Raina berusaha mencerna ucapan Risa barusan.

"Gak mungkin, buktinya dia mau kok bantuin gue supaya bisa balikan lagi sama Kak Rangga."

"Hah? Bukannya Kak Rangga pacaran ya sama Kak Bianca? Tapi gue gak tau juga sih."

Seketika itu, mulut Raina terkatup rapat. Ia tak bisa mengeluarkan kata-kata lagi.

"Tapi ...." Raina memasang wajah muram.

Pikirannya berputar pada saat makan malam bersama Bianca kemarin. Sebentar lagi perempuan itu akan menjadi saudaranya, dan Risa belum mengetahui permasalahan ini. Apa yang harus Raina lakukan?

HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang