Semoga semua ini bukan halusinasiku saja.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~"Papa berhasil, sayang!" ungkap pria itu antusias.
"Papa serius?" tanya wanita di sampingnya yang sedang menggandeng tangan Sang Papanya.
"Iya dong. Gimana, hebatkan Papa?" Pria itu adalah Fikri.
"Wah, bagus, Pa! Berarti, rencana awal sudah berhasil. Sekarang kita tinggal buat rencana selanjutnya." Sang anak mengangkat salah satu alisnya tersenyum miring ke arah Papanya.
Mereka berdua keluar dari sebuah kafe dan berjalan memasuki mobil miliknya yang tengah diparkir. Memakai sabuk pengaman, sampai akhirnya Fikri mengeluarkan kalimatnya.
"Oh ya, Papa baru inget, anak Alesha kayanya satu sekolah deh sama kamu," Fikri menatap lekat manik hitam milik anaknya. Lantas, sang anak mengerutkan keningnya bingung.
"Serius? Emang namanya siapa?" Ia pun membalas tatapan Papanya dalam.
"Ra--Raina. Ya, Raina!" Fikri mengangguk pelan.
"What?" Ia membuka mulutnya tak percaya.
◎◎◎
Angin sepoi-sepoi terasa begitu lembut menyentuh kulit. Gumpalan awan menggelayut indah di bawah langit sore. Jalanan kota terlihat ramai oleh hilir mudik kendaraan yang lewat.
Seorang pemuda bertopi berjalan tergesa dengan perasaannya yang berkelana entah kemana menyusuri trotoar. Pandangannya lurus ke depan.
Saat ini, Daniel akan menuju sebuah kafe. Untuk menghilangkan dahaga? Salah. Ia berkunjung untuk bekerja. Daniel adalah salah satu anak yang mandiri, ia selalu tak ingin menyusahkan orang tuanya. Benar, ia terlahir dari keluarga sederhana, ayahnya sudah meninggal satu tahun yang lalu. Jadi, jika ia memiliki suatu keinginan pun, ia akan bekerja terlebih dahulu untuk mengumpulkan uangnya. Apalagi mengingat kejadian tadi pagi saat di sekolahnya, ia harus mengumpulkan uang untuk mengganti rugi kerusakan mobil milik Rangga.
Beruntung sekali seorang pemilik kafe tersebut adalah teman dekat ibunya. Karena ia masih pelajar, jadi sang pemilik kafe memberi keringanan dengan memberi pekerjaan paruh waktu, biasanya dari sepulang sekolah sampai pukul 22.00. dengan upah harian.
Bekerja menjadi seorang pelayan tak membuat dirinya merasa malu. Tak peduli dengan semua lontaran yang diucapkan oleh teman-temannya saat bertemu dengannya. Toh, mereka juga tak bisa membantunya mendapatkan uang.
Sebelum langkah kakinya sampai di kafe tersebut, pandangannya tertuju ke arah sesosok wanita dan pria tak asing yang baru saja keluar dari sebuah kafe dengan plang bertuliskan Cafe Star itu.
Daniel menyipitkan kedua matanya. Pikirannya berputar di saat dirinya tak sengaja menabrak sepasang kekasih di depan minimarket beberapa waktu lalu. Ya, ia ingat. Tapi, yang membuat menarik perhatiannya adalah wanita yang sedang bersamanya.
"Itu bukannya cewek tadi yang bareng Rangga di sekolah, ya?" ujarnya pada diri sendiri.
"Namanya siapa sih?" gumamnya.
Daniel tersadar, ia pun spontan menggeleng kepala cepat, "Lah, kok gue mikirin dia?"
Ia kembali melangkahkan kakinya sampai tak menyadari bahwa kedua orang tersebut telah hilang dari pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HILANG
Teen FictionRaina Alesha Kaila. Gadis cantik yang tidak akan berhenti berusaha untuk mendapatkan kembali seseorang yang dicintainya. Namun, suatu kenyataan pahit menyadarkannya untuk berhenti mencintainya. Di sisi lain, takdir selalu mempertemukannya dengan ses...