HILANG -25-

53 3 0
                                    

"Irene?" tegur Daniel setelah melihat perempuan itu di sampingnya.
Pertanyaan muncul di kepala Raina.

'Cewek itu siapanya kuda nil?'

Perempuan yang dipanggil Irene itu memandang Raina beberapa saat dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Daniel, kamu ngapain di sini?" tanya perempuan itu yang diperkirakan Raina teman sekelasnya Daniel.

Daniel diam sejenak, "Kamu juga ngapain di sini?"

"Aku dari tadi nyari kamu loh," tutur Irene menggantungkan kalimatnya, "Dan ternyata, kamu lagi berduaan sama cewek ini?" Dia menatap Raina sinis. Karena tak ingin membuat masalah, Raina lebih memilih memalingkan wajahnya, memandang lurus ke depan.

"Terus kenapa?" Daniel balik bertanya.

Di tengah perdebatan dua orang di sampingnya yang malah menambah suasana Raina semakin tak nyaman, perutnya kembali merasakan perih.

Raina meringis pelan, "Aw." Meremas perutnya.

"Ini pasti gara-gara gue belum sarapan nih, aw," gumam Raina yang terdengar oleh Daniel.

"Lo kenapa?" Daniel memperhatikan Raina, tak memedulikan gadis bernama Irene yang terus saja mengoceh.

"Daniel!" panggil Irene menggoyangkan lengan Daniel.

Raina menoleh, keringat dingin keluar dari tubuhnya yang mulai merasa lemas dan pusing.

"Muka lo pucat banget, Rain," ungkap Daniel khawatir.

Raina menggeleng, "Enggak, gue enggak apa-apa kok," gumam Raina yang bertolak belakang dengan kondisi tubuhnya sekarang.

"Enggak apa-apa gimana, muka lo pucat kaya gini juga. Lo pasti sakit, Rain," ujarnya panjang lebar.

Beberapa detik kemudian, pandangan Raina terasa memudar. Tungkai kakinya gemetar bahkan mulai tak bisa menopang berat badannya. Tak lama dari itu, tubuhnya benar-benar ambruk. Dengan gerakan cepat, Daniel segera meraih tubuh Raina ke dalam pelukannya.

"Raina!" Dia menepuk-nepuk pipi Raina khawatir. Karena melihat kondisinya begini, Daniel segera menggendong tubuh Raina ala bridal style menuju ruang UKS.

_o0o_

Kegiatan belajar mengajar di kelas 12 IPS-1 berlangsung menegangkan. Bagaimana tidak, pelajaran saat ini adalah matematika, ditambah guru yang mengajarnya begitu menakutkan. Membuat siapa saja fokus memperhatikannya, kalau tidak, penghapus papan tulis siap mendarat kepada muka mereka.

Termasuk juga dengan Rangga, akibatnya sekarang ia merasa ingin membuang air kecil. Karena merasa tak tahan, ia mengangkat tangan meminta izin kepada sang guru.

"Pak," panggil Rangga, seluruh pasang mata tertuju padanya.

Guru yang memiliki nama Sutrisno itu berbalik badan, "Kenapa?" Jawabnya menyorot tajam ke arah Rangga.

"Sa-saya izin ke toilet, Pak," ujarnya terbata setelah melihat tatapan tajam dari Pak Sutrisno.

"Ya udah sana, cepet!"

"Iya, Pak," Rangga mengangguk sembari bangkit dari duduknya.

_o0o_

"Huh, akhirnya bisa keluar juga." Rangga mengusap-usap dadanya merasa lega. Melajukan langkahnya sedikit lebih cepat.

Koridor kelas terlihat sepi, di saat melewati lapangan suasana di sana terlihat sangat ramai. Rangga memberhentikan jalannya, bukan karena keadaan ramai oleh siswa-siswi yang sedang melaksanakan olahraga. Namun, karena dua orang di depan sana yang membuatnya berhasil terkejut.

HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang