Hujan turun secara tiba-tiba memenuhi kota Jakarta malam ini ketika Raina sedang sibuk membaca buku novelnya di atas kasur. Pandangannya mulai tertuju ke arah jendela kamarnya yang masih terbuka menampilkan rintik hujan yang saling berjatuhan.
Raina menutup lembaran buku tersebut, beralih bangkit dari duduknya menuju arah jendela.
"Hujan," gumamnya sambil tersenyum mengingat seseorang yang selalu memanggilnya dengan sebutan hujan.
Pikirannya kembali mengingat kejadian sepulang sekolah yang membuatnya masih merasa syok. Di sisi lain, Raina merasa begitu bersyukur ada seseorang datang yang membantunya, yang tak lain adalah Daniel. Tak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi jika Daniel tak datang saat itu, Raina benar-benar ketakutan.
Kini, Raina mulai menyadari, bahwa Daniel memang begitu baik padanya walaupun terkadang sikapnya selalu menyebalkan. Tapi, kalau boleh jujur Raina menyukainya.
"Kira-kira, kuda nil lagi ngapain ya?" gumamnya dengan senyuman yang masih terpatri di wajahnya.
Beberapa detik kemudian, Raina segera menggelengkan kepalanya cepat. "Ish ... kenapa jadi mikirin dia sih?" Ia memukul pelan kepalanya berulang kali.
Pandangannya berpaling ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul delapan lebih lima menit. Raina menghela napas, lalu mengeluarkannya perlahan. "Mending gue tidur aja." Ia kembali melangkah ke tempat tidurnya setelah menutupi jendelanya terlebih dahulu. Ketika saat itu juga suara petir terdengar tiba-tiba membuat Raina berhasil terperanjat kaget.
"Aaa ...." Raina berteriak secara spontan, segera menghambur menuju kasurnya.
"Astaga, kaget," ucapnya sambil mengusap-usap dada setelah suara petir itu mulai menghilang. Napasnya masih terengah-engah.
Tanpa berpikir lama, Raina bergegas menarik selimut menutupi tubuhnya untuk segera tidur.
←→
"Ini uang ganti rugi mobil lo." Daniel menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat yang berisi sejumlah uang kepada Rangga.
"Oh, ternyata lo bisa bayar juga ya," sindir Rangga tertawa kecut sambil mengambil amplop tersebut. Daniel hanya memutar bola matanya malas. Tatapan kedua cowok ini sama-sama ketus, tak ada senyum sedikit pun di antara mereka.
Tiba-tiba, mereka berdua dikejutkan dengan suara petir yang membuat Daniel ingin segera menyelesaikan masalahnya karena hujan sepertinya akan turun malam ini.
"Uangnya udah cukup," ucap Rangga setelah beberapa detik menghitung uang tersebut. "Nanti motor lo bakal di anterin sama supir gue. Kalau gitu, gue cabut." Rangga bangkit berdiri namun tertahankan ketika Daniel mengeluarkan perkataannya.
"Tunggu!"
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo," ucap Daniel membuat Rangga mengerutkan dahi. Tapi, karena rasa penasarannya, Rangga kembali duduk dengan kasar di tempatnya semula.
"Lo tuh punya sopan santun enggak sih? Sama kakak kelas tapi ngomongnya lo gue," tegur Rangga sedikit risih dengan panggilan adik kelasnya itu. Sebenarnya Rangga tak terlalu mempermasalahkan itu, hanya saja, dia sudah terlanjur benci dengan cowok di depannya ini. Jadi, semua yang ada di dalam dirinya, membuat Rangga membencinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
HILANG
Teen FictionRaina Alesha Kaila. Gadis cantik yang tidak akan berhenti berusaha untuk mendapatkan kembali seseorang yang dicintainya. Namun, suatu kenyataan pahit menyadarkannya untuk berhenti mencintainya. Di sisi lain, takdir selalu mempertemukannya dengan ses...