HILANG -21-

64 4 0
                                    

Lucu ya. Dulu kita saling akrab. Sekarang kita saling asing.
«——————————————»

Raina mendudukkan bokong di kursinya. Pandangannya begitu hampa. Pikirannya masih berputar tentang kejadian di depan sekolah tadi. Ia merasa yakin penglihatannya tidak salah, tapi di sisi lain mungkin juga penglihatannya bisa salah.

"Selamat pagi, anak-anak," ujar guru pria bertubuh kurus memasuki kelas.

"Pagi, Pak!" balas seisi kelas dengan serempak.

"Sekarang kita ada ulangan, ya," tutur guru matematika itu santai yang bernama Cucu.

Spontan seisi kelas membuka mulutnya lebar, "Bapak kemarin gak kasih tau kita ada ulangan loh, Pak!" protes Risa menahan kesal.

"Soalnya besok saya gak bisa masuk," terang Pak Cucu sembari mengeluarkan buku dari tasnya.

"Istri Bapak mau bertelur," lanjutnya santai sembari bangkit dari duduknya.

Seisi kelas tertawa mendengarnya, "Si Bapak kelewat bego nih," bisik Risa pada Raina yang masih melamun.

"Pak, jangan-jangan istri Bapak ayam lagi?" ujar Gerald masih tertawa.

"Iya, emang ayam," jawabnya.

"Kalian tuh gak ngerti sih. Maksud saya tuh, istri dari ayam-ayam Bapak, gitu," jelas Pak Cucu.

"Ngerti gak kalian?" lanjutnya bertanya. Semua murid menggeleng, "Sama saya juga gak ngerti."

"Yah, Bapak gimana sih?" tanya salah satu murid.

"Udah cepet kalian siapin kertas!" titahnya sembari memukul meja keras membuat seisi kelas terkejut.

"Jangan sekarang dong, Pak," protes seisi kelas memelas.

"Kalian tau gak rasanya di lempar ginian?" tanya Pak Cucu menunjukkan penghapus papan tulis.

"Iya, Pak, iya ...." Semua murid hanya bisa pasrah sebelum benda yang di tangan guru itu sampai melayang pada wajah mereka. Tak memedulikan lagi nilai yang akan mereka dapatkan nanti. Toh, setiap ulangan matematika juga semua murid selalu mendapat nilai yang buruk.

✩✩✩

Keadaan kantin saat ini sangat gaduh oleh orang-orang yang ingin mengisi perut laparnya. Raina dan Risa berjalan munuju meja kosong yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Perutnya sangat lapar ditambah kepalanya yang juga ikut pusing setelah memikirkan angka-angka yang terus menuntut untuk diisi. Namun, apalah daya Raina yang begitu lemah di bidang matematika. Alhasil, ia hanya mengisi dengan cara menghitung kancing seragamnya. Raina berani bertaruh, pasti nanti nilainya jelek.

"Gue, yang pesenin aja, Ris," ujar Raina masih berdiri, "Lo mau pesen apa?"

"Gue ... bakso aja deh!" jawabnya antusias.

"Minumnya?"

"Jus jeruk aja."

"Siap." Raina berlenggang pergi.

Beberapa menit kemudian Raina kembali dengan nampan di tangannya yang berisi makanan pesanannya.

"Nih," Raina menyodorkan mangkung berisi baso dan minumannya di depan Risa.

"Thank you." Raina hanya menjawab dengan anggukan kepala.

Di tengah mereka berdua menikmati makanannya dengan lahap, telinganya mendengar  bisikan-bisikan di sekitarnya.

HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang