Bagian 10

680 76 32
                                    

"Kamu bisa bilang kalo aku ngga akan bisa terbaring disana karna aku ngga sakit, tapi siapa yang tau takdir tuhan?."

Setelah mengucap kalimat itu Lesti langsung berdiri untuk berlalu, meninggalkan Fildan yang sepertinya masih belum mengerti apa makna terselubung dibalik kalimat lesti.

Lesti melangkahkan kakinya menyusuri koridor rumah sakit dengan perasaan yang dia sendiri tak bisa mengartikannya.

Lesti membawa tubuh nya untuk duduk dibangku taman rumah sakit lalu menyandarkan punggung nya dan mengadahkan kepalanya untuk merasakan angin yang menyapu lembut kulit wajahnya.

"Kenapa serumit ini? Apa sesakit ini mencintai?" Ujar Lesti yang ntah ia tunjukan pada siapa.

Terjadi hening beberapa saat sebelum akhirnya Lesti meneruskan ucapan nya.

"Aku tau hubungan kami sudah berakhir. Aku sudah mencoba untuk melupakannya. Dan aku hampir saja berhasil karena hadirnya selfi sebagai teman baruku yang menguatkan ku. Aku kira semuanya akan baik baik saja setelah itu , tapi kenapa sekarang jadi serumit ini? Semuanya kacau." Keluh Lesti pada langit yang perlahan lahan mulai menggelap Seakan ikut merasakan duka lara hati Lesti saat ini.

Lesti menunduk membuat air mata yang sedari tadi menggenang dipelupuk matanya terjun bebas mengalir di pipinya tanpa bisa ia tahan. Bersamaan dengan memory nya yang berputar mengulang kejadian di masa Fildan meninggalkannya dulu, dan saat inilah rintik hujan mulai datang menyirami bumi.

Tak ada pergerakan dari lesti meski rintik hujan sudah menyapa dirinya yang kini sudah mulai basah kuyub.
Lesti seakan kembali mengulang kejadian di waktu lalu, Menangis dalam diam dan bertemankan hujan.

Lesti semakin menundukan kepalanya dalam, seakan lelah pada keadaan saat ini. Keadaan yang membuat nya bingung dan serba salah. Belum sempat ia menyesaikan salah pahamnya dengan Selfi, kini ia harus kembali dikejutkan dengan keadaan Selfi. Apalagi melihat Fildan yang sepertinya sangat menyayangi Selfi semakin membuat beban tersendiri di hati dan pikiran Lesti.

Sudah hampir satu jam dan Lesti masih mempertahankan posisinya. Membiarkan tubuhnya menggigil dibawah guyuran air yang turun dari langit kemudian membiarkan air matanya melebur menjadi satu dengan air itu.

Lesti merasa kepalanya mulai memberat dan tangannya dengan refleks bergerak menyentuh hidungnya saat dirasa sesuatu mengalir keluar dari sana.
Melihat cairan merah ditangannya membuat kilasan memory lesti kembali berputar.

"Kuatkan aku tuhan."

🌟🌟

Setelah kepergian Fildan dan Lesti dari ruang rawat selfi. Gadis itu tak sepenuhnya beristirahat meski suster sudah menyuruhnya tadi.

Pikiran Selfi berputar pada kejadian di saat ia mulai mengetahui semuanya. Hatinya seakan kembali diremas oleh bayangan tangan tak kasat mata saat dirinya kembali memaksa untuk terus teringat. Sangat sakit!

"Aku ngga marah sama kalian, tapi aku hanya kecewa. Kenapa kalian ngga pernah bilang kalo kalian dulu pernah ada hubungan." Selfi tertunduk, suaranya melemah.

Air mata kembali membasahi pipi Selfi. "Dan kenapa harus aku yang menjadi alasan hancurnya hubungan kalian?!"

Selfi kecewa, namun ia juga merasa bersalah.

"Apa aku terlahir hanya untuk membuat semua orang bersedih dan terluka?!" Gumam Selfi dengan isak yang tak dapat lagi ia tahan.

🌟🌟

Di luar ruang rawat Selfi, Fildan terlihat begitu kacau, sesekali ia mengacak rambutnya frustasi. Belum selesai dengan ketidak pahamannya dengan pernyataan nya Selfi tadi. Kini Fildan juga di buat bingung oleh lesti.

"Scenario apa lagi ini tuhan. Sungguh aku tak mengerti." Ujar fildan dengan menangkup wajah nya dengan kedua tangannya.

Kilasan tatapan penuh luka milik Lesti dan juga tatapan penuh kekecewaaan milik Selfi kembali berputar putar menjadi satu di ingatan Fildan seperti kaset rusak yang membuat Fildan semakin frustasi dibuat nya.

Fildan menyandarkan punggung di tembok kemudian menghela nafas berat, ia mencoba menenangkan dirinya agar bisa memikirkan Solusi untuk kebingungan.

5 menit

10 menit

15 menit

Fildan tetap tak bisa menemukan jawaban atas kebingungan nya. Ia kemudian berdiri berniat mencari udara segar diluar sana untuk merefresh pikiran nya.

dinginnya malam ditambah cuaca hujan membuat Fildan merasa kedinginan saat udara tersebut menyapa kulitnya. Fildan menggosok gosok kan kedua tangannya berusaha menghalau rasa dingin yang dirasakan.

Saat sudah berada di koridor rumah sakit, matanya menyapu kesana kemari memperhatikan orang Orang berlalu lalang disekitarnya. Namun saat matanya melihat ke arah taman rumah sakit. Pandangan fildan Seakan terkunci disana.

Fildan memicingkan matanya berusaha agar dapat lebih jelas melihat bayangan yang berada disana. Dan betapa terkejut nya Fildan saat ia berhasil melihat orang yang sedang duduk dibangku taman itu dengan jelas.

"Lesti?"

_____________________________

Hola mantenan ♥️

Yeyy aku mau nyampekin Banyak terima kasih untuk readers sekalian 😙 akhirnya Cerita ini sudah 1k dibaca yeyyy👏

Oke lebay baru 1k aja udah girang:v

Tp intinya aku tetep seneng 😹😹

makasih dah mampir dan meninggalkan jejak di cerita gaje ku ini 😴

Maap lama ngga update 🙁

Gimana kesan pesan kalian baca part ini?

Spam komen yhak 😄

Salam sayang author 💦
AlfiyaturRohmania 🌻

love scenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang