Bagian 17

470 52 17
                                    


dengan secepat kilat Lesti langsung berhambur menubrukan tubuh mungilnya dengan tubuh Fildan yang tegap. Tentu saja Fildan terkejut terbukti dengan pria itu yang kini hanya diam dan tak membalas pelukan Lesti. Dan disaat itu pula isakan Lesti mulai terdengar. Fildan dapat merasa jika kaosnya basah, mungkin karena air mata Lesti. Dengan ragu akhirnya Fildan mengangkat tangannya membalas pelukan Lesti.

Hening!

Tak ada yang bersuara dari keduanya hanya isakan Lesti yang terdengar. Waktu seakan bergerak dengan begitu lambat. menciptakan suasana yang canggung bagi keduanya.
Beberapa orang yang berlalu lalang pun nampak menatap mereka dengan heran.
Fildan yang tak nyaman menjadi pusat perhatian pun mencoba untuk menenangkan Lesti dan mulai bersuara.

"Les? Kamu kenapa? Jangan nangis." Ucap Fildan dengan mengusap punggung Lesti.

Perlahan Lesti menarik tubuhnya menjauh, dia melepaskan pelukannya. Dengan kepala yang masih tertunduk serta isakan yang masih terdengar, Lesti pun berbicara.

"Ma.. maafkan aku." Cicit nya kemudian mulai menghapus air matanya.

Fildan semakin bingung dengan keadaan yang dihadapinya.
Ada apa dengan Lesti? hanya pertanyaan itu yang terus berputar di kepala Fildan.

Fildan memperhatikan Lesti dengan begitu Lekat kemudian ia mulai menjulurkan tangannya, mengangkat kepalanya Lesti yang masih tertunduk, Fildan mengusap lembut sisa air mata Lesti dengan ibu jarinya.

"Kenapa nangis ? Apa luka ini begitu sakit?" Tanya Fildan lembut, masih mengira jika tangis Lesti terjadi karena luka di lututnya.

Fildan masih menatap lekat Lesti yang masih menangis terisak di depannya. Entah ada apa dengan gadis itu.

"Fil?"

"Fil?"

Baru saja Fildan ingin melayang kan suaranya kembali, sebuah tepukan di bahunya yang semakin lama semakin keras membuyarkan segalanya.

"Fil ? FILDAN!!"

Fildan tersentak di pijakannya. Mata nya mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya dirinya menoleh kepalanya menatap Lesti dengan terkejut di sampingnya.

"Kamu nglamun apa sih?"

Fildan tersadar, suara Lesti berhasil mengembalikan Fildan ke dunia nyata miliknya.

"Tuh kan diem lagi." Sunggut Lesti kesal.

"Sejak kapan?" Tanya Fildan ambigu.

"Hah?"

"Lupakan saja."

Fildan langsung berlalu meninggalkan Lesti ditempatnya, gadis itu pasti sudah sangat kesal disana, namun Fildan tak memikirkan hal itu yang ada di otaknya sekarang adalah mengapa khayalan nya tadi terasa sangat nyata?

......

Mobil Fildan telah terpakir di depan pekarangan rumah selfi sejak setengah jam yang lalu namun sepertinya gadis disampingnya masih tak mempunyai niat untuk beranjak dari tempatnya. Fildan mulai lelah dengan kelakuan Lesti yang terus bergerak gelisah di sampingnya dan tetap tak mau turun dari mobil Fildan. Bukannya tidak mau berlama lama dengan Lesti didalam mobil tapi Fildan hanya merasa ada yang salah dengan Lesti.

"Les?"

"Hm"

"Ngga mau turun."

"Kamu ngusir aku?"

Fildan memutar bola matanya jengah, sedari tadi setiap kali Fildan bertanya mengapa gadis itu tidak turun dari mobilnya pasti jawabannya Lesti menyangka jika Fildan ingin mengusirnya.

love scenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang