Bagian 11

731 62 27
                                    


"Lesti?."

Fildan terheran saat melihat keberadaan Lesti di bangku taman rumah sakit seorang diri disaat hujan deras seperti ini. Ia tak habis fikir apa yang dilakukan gadis itu disana?

Fildan masih menatap lekat punggung Lesti di tempatnya bernaung saat ini, didepan koridor rumah sakit. Semakin lama Fildan memperhatikan Lesti. Saat itulah ia menyadari bahwa bahu gadis itu bergetar.

"Apa dia menangis? Atau kedinginan? Ck, ngapain coba hujan hujan nya kalo nanti sakit gimana?." Decak Fildan kesal tak habis fikir dengan tingkah Lesti.

Fildan mengedarkan pandangannya mencoba mencari sesuatu untuk bisa ia gunakan melindungi dirinya saat menyusul Lesti nanti. Kedua sudut bibir Fildan sedikit terangkat saat baru saja indera penglihatannya menemukan seseorang yang baru saja datang menggunakan payung.

Fildan melangkahkan kakinya mendekati orang tersebut sebelum akhirnya ia mulai berdialog dengan orang itu.

"Permisi bu?"

"Ya?"

"Bisa saya pinjam payungnya sebentar, teman saya sedang kehujanan disana." Pinta Fildan sopan.

Orang tersebut hanya menganggukkan Kepala nya dengan senyum ramah, kemudian memberikan payungnya kepada Fildan.

"Terimakasih." Ucap Fildan setelah menerima payung itu.

Fildan sudah berkesiap untuk membuka payung yang tadi dipinjamnya, namun belum sempat payung itu terbuka sepenuhnya mata Fildan sudah lebih dulu melihat Lesti yang  seperti memegangi kepalanya. Fildan juga melihat tubuh lesti mulai tak seimbang saat gadis itu mencoba untuk berdiri.

Dengan cepat tanpa banyak berfikir lagi Fildan langsung berlari menerobos hujan untuk menghampiri Lesti bahkan Fildan tak sempat menggunakan payungnya saat dilihatnya tubuh Lesti yang semakin kehilangan keseimbangan membuat Fildan semakin mempercepat larinya.

"Lesti?!"

                           ...

Lesti sudah lelah menangis seperti ini. Ia menyeka air matanya yang kini sudah bercampur dengan air hujan itu dengan kasar. Untuk apa dia menangisi orang yang sudah tak memperdulikan nya lagi? Untuk apa ia memikirkan orang yang mungkin sudah menghapus namanya di pikirannya? Untuk apa untuk apa dan untuk apa?  Hanya kalimat itu yang bisa Lesti ucapkan untuk menguatkan dirinya sendiri.

Lesti berniat untuk bangkit dari duduk nya saat merasakan kepalanya kian memberat. Lesti memijit pelipis Kepala nya sejenak guna menetralisir rasa sakit disana kemudian ia bersiap untuk berdiri.

Kepala lesti saat ini malah terasa semakin sakit dan tiba tiba kakinya seakan melepas tak kuat menahan berat badannya. Apa mungkin ia terlalu lama duduk disana bersama hujan? Entahlah Lesti tak tau! Yang ia fikir kan sekarang adalah tempat berteduh Karena tubuhnya juga mulai menggigil.

Lesti baru saja ingin mengambil ancang ancang untuk melangkah tapi sepertinya ia tak kuat dan dapat lesti pastikan bahwa ia akan terjatuh jika dirinya terus memaksa. Dan benar saja , dilangkah Keduanya lesti terjatuh dan bersamaan dengan itu ia mendengar namanya dipanggil.

                        ....

Fildan berhasil menarik Lesti dalam dekapannya saat tubuh gadis itu hampir saja terjatuh.

Ditatapnya lekat Lesti yang masih menutup matanya rapat serta wajahnya yang sedikit memucat.

Ada rasa yang kembali bergejolak saat Fildan menatap wajah pucat Lesti, dan Fildan masih cukup pintar untuk bisa mengartikan rasa apa itu.

love scenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang