bagian 19

471 60 36
                                    

Waktu menunjukkan pukul 02:40 wib, malam hampir menjelang pagi, udara yang dingin semakin menusuk kulit Lesti, menambah kegusaran Lesti yang tengah tertidur.

Lesti semakin bergerak tak tenang di tempat tidurnya. Entah apa yang dirasakan gadis itu. Matanya terpejam tapi sesekali tangannya bergerak memegang kepalanya.

Lesti membuka matanya, kepalanya semakin terasa berat. Keadaan di sekitarnya terasa berputar putar. Lesti mencoba mencari sesuatu di atas nakas samping tempat tidur, Lesti mencoba meraba raba permukaan nakas tersebut. namun nihil ! Lesti sama sekali tak menemukan benda yang dicarinya disana.Lesti kembali memegang kepalanya

"Dimana obat itu?." Keluh Lesti dengan suara lemah.

Lesti berusaha bangkit dari tempat tidur. Dengan tertatih ia berjalan menuju lemari nya. Tangan Lesti tak henti hentinya menjambak rambutnya berharap rasa sakit di kepalanya hilang.
Lesti mengobrak abrik lemarinya, berharap segera menemukan obat yang dicarinya.
Lesti tak memperdulikan keadaan pakaiannya yang mulai berserakan akibat ulahnya.

'tes

Ditengah kesibukan Lesti yang tengah mencari obat nya. Tanpa ia sadari setetes demi setetes darah mulai keluar dari hidung nya, dengan refleks Lesti menghentikan pergerakannya mengobrak abrik lemari. Tangannya perlahan menyentuh hidung nya.

"Jangan sekarang Tuhan." Lirih Lesti kembali mengobrak abrik lemari dengan sisa tenaga yang ia miliki.

Tenaga Lesti mulai melemah,p pergerakan nya pun semakin lambat dan darah di hidungnya pun tak mau berhenti keluar meski Lesti sudah menyekanya beberapa kali.

Dan tap!

Akhirnya botol obat yang di cari Lesti ketemu. Dengan tangan yang mulai gemetar serta kaki yang seolah mulai tak kuat menopang berat badannya, Lesti segera membuka botol itu mencoba menguarkan butir butir pil didalamnya. Lesti masih berusaha mengeluarkan obat yang ia butuhkan dari dalam botol, tapi apa lagi ini? Lesti melihat kedalam botol dan ternyata kosong!

Keadaan Lesti semakin kacau, ia tak kuat lagi menahan sakit yang dirasakannya,obat itu adalah harapan satu satunya bagi Lesti.

Mungkin ini juga salah nya, karena seharian menghabiskan waktu bersama Fildan dan melupakan kondisi nya.

Bersamaan dengan helaan nafas nya, tubuh Lesti merosot ke lantai. Nafasnya mulai tersengal sengal. Pikiran Lesti mulai melayang pada kemungkinan kemungkinan yang negatif.

Lesti merasa kepalanya benar benar terasa semakin sakit dan berat, namun ditengah kepasrahan Lesti atas Kon nya, tanpa sengaja mata lesti melihat ponsel miliknya yang tergeletak di atas nakas. Ia ragu tapi sudah tidak ada pilihan lain untuk nya saat ini.

Dengan sisa tenaga yang Lesti miliki, ia mencoba merangkak untuk mengambil ponselnya di atas nakas. Setelah bersusah payah akhirnya ponsel itu berhasil diraih oleh Lesti. Dengan tangan yang semakin melemah tak bertenaga, Lesti langsung menghubungi nomor seseorang di kontaknya.

"Ha.. halo" ucap Lesti dengan susah payah setelah sambungan telepon itu tersambung.

"Iya les?"

"Tolong" lirih Lesti.

"Tolong apa? Kamu kenapa?" Terdengar suara seseorang di sebrang sana mulai khawatir.

"Tolong aku.."

Tak!

Ponsel Lesti terjatuh, Lesti memegang kepalanya. Pandangannya mulai mengabur dan tubuhnya semakin melemah.
Masih terdengar suara seseorang di sebrang sana yang berteriak teriak memanggil namanya karena telepon itu masih tersambung.

"Tolong aku Fil." Lirih Lesti sekali lagi sebelum akhirnya kesadaran miliknya mulai memudar.

.....

Di tengah jalanan yang lenggang, mobil Fildan melesat dengan kecepatan diatas rata rata. Setelah mendapatkan telepon dari Lesti tadi, Fildan langsung bergegas menuju ke rumah Selfi.

keadaan saat itu Fildan tengah tertidur karena di jam malam menjelang pagi begini memang masih waktunya tidur bukan?
Namun suara dering ponsel milik Fildan mengganggu tidurnya. Dengan rasa malas Fildan mengangkat telepon tersebut tanpa melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Cukup lama Fildan menunggu seseorang yang menelponnya mengeluarkan suara. Sampai akhirnya suara seseorang yang dikenalinya membuat Fildan menegakkan tubuhnya dan membuka mata dengan sempurnanya.

Dari sambungan telepon itu Fildan dapat Mendengar deru nafas yang sepertinya tersengal sengal.
Belum sempat Fildan mengintrogasi sang penelepon, suara seseorang di sebrang sana menghilang namun samar Fildan masih mendengar kata tolong yang untuk kesekian kalinya Terucap.

......

Fildan memarkirkan mobilnya didepan pekarangan rumah selfi, dengan langkah tergesa ia segera memasuki rumah Selfi. Langkah Fildan langsung tertuju pada kamar Selfi yang sekarang ditempati oleh Lesti. Beberapa kali Fildan hampir terjatuh saat menaiki tangga karena ia tak fokus memperhatikan jalannya. Yang ada di pikirannya saat ini adalah ada apa dengan Lesti?

'klek

Fildan berhasil meraih knop pintu kamar dan segera membukanya. Fildan langsung mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Lesti. Namun sepertinya Fildan tak menemukan Lesti dikamar itu. Yang ia lihat hanyalah banyak baju yang berserakan di lantai.

Dengan pelan Fildan masuk kedalam kamar tersebut dan memanggil nama Lesti tapi tidak ada jawaban sama sekali. Fildan terus berjalan masuk sampai akhirnya ia berasa di samping tempat tidur dan betapa terkejutnya ia saat menemukan Lesti yang sudah pingsan di lantai.

"LESTI!!"

Dengan khawatir Fildan langsung mendekati Lesti.
Fildan mengangkat kepalanya Lesti lalu ia letakkan di pangkuannya. Bingung panik ketika ia menemukan ada darah di hidung Lesti.

"Les? Kamu kenapa? Lesti?! Bangun Les."

Fildan semakin panik dan khawatir, ia menjadi bingung sendiri dengan situasi saat ini. Beberapa kali Fildan mencoba menepuk nepuk pelan pipi Lesti serta memanggil namanya berharap jika Lesti dapat membuka matanya.
Dan ya, usaha Fildan membuahkan hasil, Lesti perlahan membuka matanya dan tentu saja Fildan sedikit lega melihatnya.

"Lesti? Kamu kenapa? Kenapa ada darah?" Tanya Fildan beruntun.

"Fi.. Fil?" Panggil Lesti lemah.

"Iya? Aku disini Les."

Tangan Lesti yang lemah mencoba menggapai tangan Fildan yang berada di pipinya.
Untuk sesaat Fildan masih memperhatikan pergerakan Lesti.

"Fil.."

Fildan yang mengerti jika Lesti ingin memegang tangannya pun akhirnya mengulurkan tangannya, namun kurang sedikit saja tangan mereka akan berhasil menggenggam, tangan Lesti tiba tiba terjatuh lemah dan saat itu juga Lesti kembali kehilangan kesadarannya.

____________________________________

Maapin gabisa bikin adegan drama akutuh.wkwkwk

makasih dah mampir dan meninggalkan jejak di cerita gaje ku ini 😴

Gimana kesan pesan kalian baca part ini?

Spam komen yhak 😄

     Salam sayang author 💦
       AlfiyaturRohmania 🌻

love scenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang