Bagian 25

737 63 30
                                    

Hallo? Assalamualaikum? Ada orang? Hehe

Aku update lagi nih tapi maap yhak kalo cerita nya gaje dan tidak memuaskan:(

Sebelumnya kenapa aku nulis cuap cuap di awal cerita karena kalo aku nulis di ending cerita pasti ngga dibaca:v

Btw aku cuma mau bilang makasih untuk dukungan kalian dan akhirnya aku bisa menyelesaikan cerita ini❤️ thanks all✨ Terus support aku ya, hehe

Jangan lupa juga baca cerpen aku;)

Semoga suka dengan last part ini;)

           Happy reading guys🌛

Panggilan telepon beberapa saat lalu benar benar mengambil alih seluruh fokus Fildan, bahkan ia juga tak fokus dalam mengendarai mobilnya.

Fildan yang tadinya sedang di rumahnya untuk mengambil sesuatu tiba tiba mendapatkan telepon dari pihak rumah sakit.
Mereka mengatakan jika keadaan Lesti menurun pagi ini.

Bagaimana kondisi Lesti bisa memburuk jika tadi malam saja ia masih baik baik saja, bahkan masih bisa tersenyum dan mengobrol bersama Fildan.

Mobil Fildan melaju dengan kecepatan tinggi. Ia sedang benar benar cemas dan khawatir saat ini.
Ia tak memperdulikan segala umpatan pengguna jalan lainnya saat ia menyalib. Pikiran Fildan saat ini hanya tertuju pada Lesti. Ia ingin segera sampai di rumah sakit dan melihat keadaan Lesti.

"Semoga semuanya baik baik saja."

....

Fildan sedikit berlari dari koridor rumah sakit menuju ICU. Perawat mengatakan jika Lesti dipindahkan ke ruang ICU.

Tepat saat Fildan berada di depan pintu icu, saat itulah pintu itu mulai terbuka. Memperlihatkan dokter Rani yang telah selesai memeriksa Lesti.

Fildan tak bisa menunggu, dengan cepat Fildan langsung menyerang sang dokter dengan pertanyaan retoris nya.

"Ada apa dengan Lesti? Bagaimana ini bisa terjadi? Lesti baik baik saja kan dok? Tolong selamatkan Lesti." Tanya Fildan beruntun.

Dokter Rani menghela nafasnya, merasa bersalah pada Fildan. Tangannya perlahan terangkat, menepuk nepuk pelan pundak Fildan.

"Maaf Fildan. Tenaga medis sudah berusaha tapi bukankah saya sudah pernah mengatakan jika penyakit nya sudah parah? Bahkan kemoterapi tak membantu banyak. Kau berdoa saja." Ucap dokter Rani.

"Tapi tadi malam dia masih baik baik saja lalu mengapa sekarang?" Tanya Fildan tak mengerti.

"Seseorang yang menderita penyakit yang parah bisa drop kapan saja. Dengan berat hati saya harus mengatakan jika keadaan Lesti kali ini benar benar sudah gawat."

"Kau dokter! Kenapa kau tak bisa membantu nya sembuh! Dokter macam apa kau." Tajam Fildan mulai emosional.

Fildan tak bisa menahan emosinya karena rasa khawatir nya terhadap keadaan Lesti.

"Ada satu cara untuk menyembuhkannya tapi hal itu sangat beresiko."

Suara dokter Rani seakan kembali membangkitkan harapan Fildan. Ia seolah mendapat secercah solusi untuk keadaan Lesti.

"Apa yang bisa dilakukan?." Tanya Fildan.

"Donor sumsum tulang belakang. Itupun kamu harus bisa menemukan pendonor tersebut dalam waktu 2 kali 24 jam. Karena hanya itu waktu yang Lesti punya. Keadaan nya sudah parah saya tidak bisa menjamin ia dapat bertahan lebih lama."

Setelah mengucapkan semuanya dokter Rani mulai berlalu meninggalkan Fildan yang kini hanya diam mematung di tempatnya.

Tatapan Fildan mulai kosong, kakinya bahkan lemas sekarang. Fildan perlahan mendudukkan dirinya di bangku panjang yang tersedia.

love scenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang