Bagian 18

451 60 22
                                    

Rembulan tampak bersinar dengan terangnya. Cahayanya terpancar begitu indah dan sang bintang pun turut menemani kehadiran rembulan. Udara malam dengan beraninya menerobos ventilasi jendela membuat seseorang yang tengah tertidur dengan nyenyak di kamar tersebut sedikit terusik.

Lesti, gadis itu perlahan mengerjap kan matanya, berusaha mengumpulkan kesadaran miliknya. Lesti mendudukkan dirinya, matanya meneliti setiap sudut kamarnya sampai akhirnya tatapan terfokus pada jam dinding yang menggantung dengan indah di tembok berwarna pink itu, pukul 18:30 wib, sepertinya Lesti tertidur tanpa ia sadari. Bagaimana tidak? Setelah seharian bersama Fildan berada di mall tubuhnya jadi sedikit lelah.

Lesti bangkit dari tempat tidurnya, kakinya melangkah membawa dirinya berdiri di depan jendela. Lesti tersenyum menatap bulan yang tampak indah dengan sinarnya. Tapi apa ini? Senyum Lesti perlahan memudar bersamaan dengan bulan yang seolah berubah wujud menjadi wajah Fildan dan tersenyum kepada Lesti.

Lesti menggeleng kan kepalanya kemudian mengerjap kan matanya beberapa kali berusaha menghilangkan imajinasi nya. Dan ya hal itu berhasil. Bulan itu tidak lagi berwujud wajah Fildan. Lesti menatap nya nanar.

"Maafin aku." Gumamnya pada sang rembulan.

Lesti terdiam pikiran terlempar pada saat ia bersama Fildan di mall seharian ini.

"Kenapa aku ditinggal?" Tanya Lesti kesal yang akhirnya bisa menyamakan langkahnya dengan Fildan.

"Mau beli ice apa sekarang?" Bukannya menjawab Fildan justru balik bertanya.

Mendengar kata ice cream mood Lesti seketika langsung naik drastis. Dengan mata yang berbinar dan senyum yang tercetak jelas diwajahnya. Lesti mulai mengetuk ngetuk dahu dengan jari telunjuknya seolah tengah berfikir.

"Mau ice cream apa Les? Apa kita beli di tempat biasanya aja?" Tanya Fildan sekaligus menawari.

"Tempat biasanya?" Beo Lesti heran.

"Kelamaan mikir kamu."

"Ehh"

Lesti terkejut karena tanpa menunggu persetujuan darinya, Fildan dengan cepat menggapai tangan Lesti kemudian menggenggam nya dengan erat. Entah hal itu disadari oleh Fildan atau tidak tapi yang pasti Lesti menyadari tindakan Fildan tersebut.

Lesti tak mencoba untuk melepaskan genggaman mereka, Lesti hanya bisa diam dan mengikuti langkah kaki Fildan yang membawa nya pergi.

"Mau ice cream rasa apa?" Tanya Fildan saat mereka sudah sampai di tempat penjual ice cream.

"Hah?"

Baiklah sepertinya gadis itu melamun sepanjang jalan tadi. Entah apa yang dipikirkan olehnya.

"Mau ice cream rasa apa?" Ulang Fildan.

"Van-" ucapan Lesti menggantung saat matanya tanpa sengaja melihat nama kedai ice cream tersebut.

"Vanila?" Tanya Fildan melanjutkan kata Lesti yang belum selesai dan Lesti hanya mengangguk.

Setelah selesai memesan mereka pun duduk di kursi yang sudah tersedia.

Diam.

Keadaan tiba-tiba menjadi canggung karena tidak ada yang bersuara diantara mereka.Fildan tidak nyaman berada di situasi canggung seperti ini hingga akhirnya ia menatap Lesti berniat memulai pembicaraan dengan Lesti yang duduk di depannya. Belum juga membuka mulutnya, suara Fildan seakan tercekat saat menemukan Lesti yang tengah menatapnya dengan lekat. Apa gadis itu sudah memperhatikan nya sejak tadi?

love scenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang