bagian 24

576 68 23
                                    

Hari demi hari,minggu demi Minggu dan bulan demi bulan telah Lesti lewati untuk menjalani pengobatan.
Hari ini tepat 3 bulan lamanya Lesti  sudah menjalani kemoterapinya. Banyak perubahan yang dialami gadis itu, berbagai macam efek samping dari kemoterapi turut dirasakan olehnya.

Seperti sekarang, Lesti tengah terduduk di ranjang rumah sakit dengan menatap kosong tangannya yang tengah memegang beberapa helai rambut nya yang mulai rontok. Senyum miris perlahan mulai mengembang di sudut bibir Lesti.

"Rontok lagi?" Tanya Fildan yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya.

Lesti menoleh dan hanya tersenyum tipis pada Fildan.

"Gapapa, itu mungkin efek kemoterapi. Kalo kamu udah sembuh pasti nanti tumbuh lagi kok." Ucap Fildan menenangkan.

Lesti memalingkan wajahnya tak lagi menatap Fildan disampingnya.
"Semoga." Gumam Lesti lirih dan Fildan tak mendengar nya.

Fildan mendudukkan dirinya di kursi samping ranjang Lesti. Tangannya dengan lihai mulai mengupas buah untuk Lesti.

"Fil? Gimana keadaan Selfi?." Tanya Lesti tiba tiba.

Fildan menghentikan aktivitas nya, merasa mengingat sesuatu.

"Selfi? Mm ya dia kemarin menelfon ku. Dia juga menanyakan mu tapi kamu udah tidur. Dan dia punya kabar gembira untuk kita." Jawab Fildan dengan semangat.

"Apa?."

"Dia berhasil mendapatkan donor ginjal." Ungkap Fildan senang.

Lesti tersenyum mendengar ucapan Fildan, ia senang mendapatkan kabar baik itu namun senyum Lesti tak bertahan lama. Perlahan senyum itu menghilang dan tergantikan dengan ekspresi yang tak dapat terbaca oleh Fildan.

"Hei ada apa?." Tanya Fildan menyadari keanehan Lesti.

"Hmm tidak. Aku bahagia mendengar kabar ini. Selfi akan sembuh."

Fildan tersenyum tipis, tangannya terulur menyuapi Lesti buah yang telah dikupas nya.

"Jika Selfi bisa sembuh, Lesti juga bisa. Kalian akan sembuh." Ucap Fildan menenangkan.

"Tapi bagaimana kalau salah satu diantara kami ada yang pergi karena berkorban?" Lesti bertanya secara ambigu dan membuat Fildan mengernyit kan dahinya.

"Maksud kamu?."

"Bukan apa apa. Lupakan saja. Aku pengen buahnya lagi." Ucap Lesti mengalihkan topik pembicaraan.

Dengan masih diambang kebingungan, Fildan hanya mengangguk dan kembali menyuapi Lesti.

.....

Udara malam dengan berani menembus kulit wajah Fildan. Ia memejamkan matanya menikmati semilir angin. Setelah menemani Lesti hingga gadis itu kini tertidur, saat ini Fildan tengah duduk seorang diri di bangku taman rumah sakit.

Fildan diam dengan pemikirannya. Entah ada apa akhir akhir ini ia saat gelisah tentang keadaan Lesti, apalagi saat tadi pagi ia kembali menerima hasil kemoterapi Lesti yang menyatakan belum ada perkembangan apapun. Fildan meyakini dalam hati jika Lesti pasti sembuh tapi ia juga manusia biasa yang terkadang merasa takut dan pesimis.

"Aku harap semua baik baik saja. Lesti pasti bisa sembuh seperti Selfi. Aku mohon Tuhan jangan ambil mereka karena mereka berdua penting untuk ku." Pinta Fildan dengan helaan nafas nya.

....

Lesti terbangun dari tidurnya saat tiba tiba tenggorokan terasa kering.
Ia mulai bangkit menyadarkan punggungnya dan meraih gelas diatas nakas.

love scenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang