Bagian 21

538 64 15
                                    


"Aku udah tau."

Ucapan Fildan berhasil membuat Lesti tercekat. Sekali lagi Lesti menatap Fildan dengan perasaan was was yang semakin besar.

"Tau apa?" Gugup Lesti.

Fildan menatap lekat kedua mata Lesti. Tangannya sedari tadi tak pernah berhenti mengusap puncak kepala Lesti. Terdengar helaan nafas panjang dari Fildan sebelum akhirnya ia kembali bersuara.

"Kenapa ngga pernah cerita kalo kamu sakit?."

'Deg

Lesti terdiam. Dugaannya benar, Fildan sudah mengetahui nya. Dan raut terkejut milik Lesti pun dapat tertangkap oleh penglihatan Fildan. Sebisa mungkin Lesti mencoba untuk tenang.

"Aku ngga sakit kok, aku cuma kecapean aja." Ucap Lesti kikuk.

"Les? Aku tau semuanya. Jangan bohong lagi." Sanggah Fildan.

Lesti mengalihkan pandangannya, tak berani menatap Fildan lagi. Hal yang selama ini ia sembunyikan dari semua orang akhirnya terbongkar. Lesti menyembunyikan sakit karena tak ingin orang menatapnya dengan kasian.

Setetes air mata pun jatuh tanpa Lesti suruh. Entah karena sebab apa ia menangis.

"Hei kenapa nangis?. Apa ada yang sakit?."

Fildan menjadi panik sendiri ketika melihat Lesti menangis. Fildan berdiri dari duduknya kemudian beralih duduk di sisi ranjang Lesti. Dengan pelan Fildan meraih tubuh Lesti kemudian mendekapnya.

"Kenapa nangis?" Tanya Fildan lembut.

Lesti hanya menggeleng dalam dekapan Fildan. Namun tangisnya perlahan mereda.

Fildan mengurai pelukannya saat dirasa Lesti sudah tak terisak lagi.

Fildan kembali memandang wajah pucat Lesti. Kemudian dengan lembut ia mengusap air mata Lesti.

"Udah tenang? Mau cerita sekarang?" Tanya Fildan dengan tersenyum lembut.

"Maafin aku." Ucap Lesti kembali terisak kecil.

"Kamu ngga salah ngga perlu minta maaf Les."

"Aku cuma ngga mau orang orang menatap ku dengan kasian kalo aku memberitahu penyakit ku."

Fildan mengangguk untuk berusaha mengerti. Ia sangat tau jika Lestinya tak ingin merepotkan orang lain atas kondisi nya. Yang Fildan sesali saat ini hanyalah mengapa dirinya baru tahu sekarang?

Dulu Fildan meninggalkan Lesti hanya karena alasan ingin fokus menjaga Selfi yang sakit tapi tanpa Fildan sadari gadisnya pun sakit dan membutuhkan dirinya juga. Fildan baru menyadari betapa bodohnya ia dulu dan sekarang.

Fildan menatap Lesti tepat di manik matanya.

"Kamu ngga sendiri Les, sekarang ada aku disini." Ucap Fildan tulus

.......

Udara sore hari ini Lesti nikmati dengan berjalan jalan di taman rumah sakit, lebih tepatnya Lesti yang terduduk di kursi roda dan Fildan mendorongnya dari belakang.

Setelah membujuk Fildan dengan susah payah, akhirnya Fildan setuju mengajak nya jalan jalan meskipun hanya ditaman.

"Berhenti sini aja." Pinta Lesti saat ia dan Fildan sampai di bangku tepat disamping pohon.

"Kamu duduk sini." Pinta Lesti yang menyuruh Fildan duduk di bangku taman.

Fildan mengangguk kemudian mulai duduk menghadap Lesti yang  berada di kursi roda. Keduanya sama sama diam saat keheningan tiba tiba berada di antara mereka.

Suara dedaunan dan ranting yang saling bergesekan seakan menjadi pengiring keterdiaman mereka.

Belum ada yang bersuara, Baik Fildan maupun Lesti masih sibuk dengan pikirannya masing masing.

Disaat Lesti sedang sibuk menatap kedepan tanpa ia sadari atau tidak, sedari tapi Fildan tak mengalihkan pandangannya menatap ia sedetikpun.

"Fil?" Panggil Lesti memecahkan keheningan diantara mereka.

Fildan berdehem Menjawab panggilan dari Lesti, sedangkan gadis itu kini belum mengalihkan pandangannya menatap Fildan.

"Sekarang kamu udah tau kalo aku sakit dan hidup ku mungkin ngga lama lagi."

"Les. Kamu pasti sembuh."

"Makasih kalimat penenangnya, aku cukup terhibur." Ucap Lesti dengan senyum mirisnya, kini ia juga tengah menatap Fildan.

Sakit!

Fildan merasa dihantam oleh batu yang sangat besar dan mengenai tepat di hatinya. Fildan merasa sakit mendengar pernyataan yang diungkapkan Lesti.

"Jangan ngomong kek gitu lagi." Ucap Fildan dengan menggenggam tangan Lesti erat.

Fildan berusaha menyalurkan kekuatan untuk Lesti lewat genggaman tangannya.

"Kamu harus percaya sama keajaiban Tuhan."

"Aku ngga mau percaya atau berharap apapun saat ini. Justru aku malah ingin segera per-"

"LESTI !!"

Bentakan Fildan berhasil membuat Lesti diam. Lesti sendiri terdiam karena terkejut mendengar suara tinggi Fildan.

"Maaf." Cicit Lesti menunduk.

Fildan tersadar dan kembali mengendalikan dirinya sendiri.

"Aku yang salah. Aku yang minta maaf."

Lesti diam tak menjawab Fildan. Sedangkan Fildan sendiri sadar jika tadi ia bertindak berlebihan dengan membentak Lesti tapi mau bagaimana lagi, Fildan sangat tidak suka melihat Lesti yang pesimis seperti tadi.

"Mau jalan jalan lagi?." Tanya Fildan lembut berusaha memperbaiki keadaan dan kali ini Lesti merespon walau hanya dengan anggukan.

"Maafin aku." Ucap Fildan lembut sembari mendorong kursi roda Lesti menyusuri taman.

"Nggapapa, kamu ngga salah Fil. Aku justru mau bilang makasih kamu udah mau nemenin aku disini." Ucap Lesti lembut.

Fildan menghentikan kursi roda Lesti kemudian ia bersimpuh di hadapan Lesti. Fildan tersenyum hangat sedangkan Lesti hanya memperhatikan Fildan dalam diam.

Tangan Fildan terulur meraih tangan Lesti kemudian menggenggamnya erat.

"Udah menjadi tugas ku." Jawab Fildan.

____________________________________

Hai manteman🌻

Sumpah yhak ini part teraneh dan ngga nyambung kek nya🤣
Yodahlah otak udah mentok gabisa mikir. Wkwk

Btw maap karena telat update karena author ada sedikit halangan:'(

makasih dah mampir dan meninggalkan jejak di cerita gaje ku ini 😴

Gimana kesan pesan kalian baca part ini?

Spam komen yhak 😄

     Salam sayang author
       AlfiyaturRohmania

love scenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang