Bagian 12

686 74 13
                                    


Sang surya telah meninggalkan tempat peraduannya untuk menghangatkan bumi ditemani oleh kicauan para burung yang kini tengah bertengger dengan damai di batang pohon. Tetesan embun pagi turut membasahi tanaman tanaman hijau, menambah kesan keasrian disana.
Suasana pagi ini cukup indah nan cerah tapi sepertinya suasana hati seorang gadis yang berada di ruang rawat Bougenville tak secerah pagi ini.

Selfi , gadis itu tengah menyandarkan punggung nya di ranjang tempat nya beristirahat. Pandangan matanya memandang kesamping kearah jendela, tatapannya kosong menatap nanar taman rumah sakit yang kebetulan ber hadapan langsung dengan jendela ruangan nya.

Memorinya berputar pada kejadian tadi malam yang ia saksikan dengan bertemankan luka dan rasa sakit yang sampai saat ini masih membekas dihatinya meninggalkan luka yang entah kapan bisa diobati.

Selfi tak ingin menangis meski liquid bening telah memenuhi pelupuk matanya. Dia tak boleh menjadi perempuan yang lemah, dia harus kuat.

Semalam Selfi telah memutuskan sesuatu dan itu adalah keputusan finalnya. Ia sudah memikirkan apa dampak selanjutnya dari keputusan ini, namun ia tak perduli karena ia sudah mantap dengan niatnya ini.

                      ....

Semalam setelah acara hujan hujanan. Fildan memutuskan untuk pulang ke rumahnya dan mengantar Lesti ke rumah selfi untuk membersihkan diri dan mengganti baju juga pastinya. Lesti sempat menolak saat Fildan memberikannya tawaran itu. Lesti berfikir tak seharusnya ia kembali ke rumah Selfi lagi setelah semua yang telah terjadi. Namun sedikit paksaan dari Fildan yang akhirnya mampu membuat Lesti mengiyakan tawaran nya.

Dan setelah selesai dengan semua kegiatan nya, Lesti langsung kembali kerumah Sakit untuk menemani Selfi disana.

                           ....

'tok tok tok..'

Sebuah ketukkan pada pintu ruang rawat nya berhasil menyandarkan Selfi dari segala lamunan nya. Selfi mengarahkan pandangannya pada pintu yang perlahan lahan mulai terbuka dan menampilkan sosok wanita paruh baya dengan khas seragam putihnya beserta topi susternya itu.

Suster itu tersenyum melihat Selfi yang juga menatapnya dengan senyum tipis dari bibir pucat gadis itu.

"Selamat pagi Selfi? Saatnya sarapan." Sapa suster itu kemudian meletakan nampang berisi makanan yang ia bawa di atas nakas.

"Selamat pagi kembali , mmm apa semalam ada yang datang kemari?." Balas Selfi sekaligus bertanya.

"Tadi malam nona Lesti kemari dan menemanimu di disini dan tadi sebelum kamu bangun. Dia sudah lebih dulu pamit membeli makanan." Jelas suster itu dan direspon oleh Selfi dengan anggukan kepalanya.

Bukan apa apa, hanya saja tadi malam Selfi merasa ada yang masuk kedalam ruangan nya. Namun Karena malam sudah menjelang pagi dan kantuk sudah menguasai dirinya, ia menjadi enggan untuk membuka matanya.

"Bu? Boleh saya keluar? Saya bosan disini terus." Pinta Selfi dengan tatapan memohonnya.

Suster tersebut hanya tersenyum, menatap Selfi dengan lembut kemudian berkata. "Makan dulu baru lalu minum obat. Setelah itu boleh keluar."

Selfi yang mendengar itu hanya mampu menganggukkan Kepala nya dan tersenyum kemudian di detik selanjutnya ia sudah berhambur kepelukan sang suster.

"Makasih." Gumam nya dipelukan sang suster.

Bukan hal baru bagi selfi memeluk sang suster dan memanggil nya dengan sebutan ibu karena mereka memang sudah dekat semenjak 5 tahun ini.

kondisi Selfi yang harus melakukan cuci darah setiap satu minggu sekali membuat Selfi bolak balik rumah sakit dan menjadi dekat dengan suster tersebut. Dan Selfi hanya mau dirawat oleh suster itu -Diana- bukan yang lainnya.

love scenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang