Sejak kepergian suster Diana seusai mengatarkannya ke rooftop rumah sakit, Selfi telah menempatkan dirinya berdiri di pembatas rooftop dengan pandangan mata yang tertuju kebawah sana, menyaksikan hiruk pikuk kehidupan para manusia. Ada seulas senyum yang terbit dari bibir pucatnya ketika dirinya melihat itu semua, namun juga ada sorot mata sendu ketika ia kembali mengingat hidupnya.
Tangan Selfi terangkat, pandangan matanya pun tak lagi mengarah kebawah sana, melainkan menatap nanar benda persegi yang ada di gengamannya. Beberapa menit yang lalu, dirinya telah mengirimkan pesan kepada seseorang, menjalankan keputusannya.
Selfi menghembuskan nafas panjang. Tangannya semakin erat memengangi benda persegi itu. Dan matanya pun sudah tertutup rapat. Selfi mencoba menjalurkan kegelisahannya dengan itu semua. Berharap kegelisahan itu bisa hilang terbawa angin pagi ini.
Dikala dirinya Sedang sibuk dengan dunianya sendiri, Selfi tersentak ketika mendengar namanya diteriakkan.
"SELFI!"
Selfi tahu siapa pemilik suara itu, Suara itu milik sesorang yang telah mendapatkan tempat spesial dihatinya. Tapi tunggu, bukankah Selfi tadi juga mendengar suara perempuan? Ah selfi juga tak bisa melupakan suara itu, suara yang beberapa minggu ini selalu menjadi temannya.
Sekali lagi Selfi menghembuskan nafas panjangnya sebelum akhirnya dirinya berbalik dan tersenyum kepada dua insan yang ada dibelakangnya.
....
Fildan dan Lesti tampak terengah saat mereka sampai dihadapan selfi. Dengan nafas yang belum stabil, mereka mencoba mengucapkan sesuatu.
"Ngapain kamu disini?"
"Ngapain kamu disini?'
Tanpa disengaja diwaktu bersamaan ucapan yang di lontarkan Fildan dan Lesti pun sama. Hal itu membuat Fildan dan Lesti saling tatap untuk beberapa detik. Sampai akhirnya sebuah suara menghentikan tatapan mereka.
"Kalian kenapa ngos ngosan gitu sih?" Kekeh Selfi merasa lucu. Pasalnya Selfi hanya menyuruh mereka menyusul dirinya di rooftop, bukan lari maraton. Lalu mengapa mereka terlihat begitu kelelahan?
Tanpa berniat menjawab pertanyaan Selfi, Fildan justru beringsut maju mengikis jarak diantara mereka kemudian meletakkan kedua tangannya di bahu kanan dan kiri Selfi. Sontak hal itu membuat Selfi menghentikan kekehannya.
"Kamu ngapain disini? Kamu masih sakit Sel. Kenapa malah keluyuran diluar gini?" Tanya Fildan perhatian.
Selfi tersenyum hangat menanggapi ucapan fildan.
"Aku nggapapa Fil. Cuma bosen aja di dalem terus." Terang Selfi.
"Tapikan kamu masih belum sembuh beneran. Masih butuh istirahat Selfi. Ayo kembali ke dalam." Ajak Fildan ingin menarik tangan Selfi namun dihentikan oleh sang empunya.
"Nggapapa Fil. Kamu ngga perlu khawatir. Aku baik baik aja." Yakin Selfi dengan senyum manis yang masih terpatri di bibir pucatnya.
Memang tidak tahu atau sengaja pura pura tidak tahu. Entahlah yang jelas sedari tadi interaksi diantara Fildan dan Selfi tak luput dari pandangan mata seorang Lesti. Gadis itu menatap lekat kearah mereka. Nafas yang tersengal sengal setelah lari larian tadi semakin terasa sesak kala dirinya menatap kebersamaan Fildan dan Selfi. Dan inilah yang tak disukai Lesti, bukankah hubungannya dengan Fildan sudah berakhir lalu mengapa perasaanya terhadap Fildan tak kunjung berakhir juga?.
Lesti melamun, pikiran dan hatinya sedang bergelut saat ini.
Hati dan pikirannya pun tak pernah sinkron jika bersangkutan dengan Fildan.
Hatinya mengatakan masih mencintai tapi otaknya menolak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
love scenario
FanfictionIni adalah kisah dimana begitu rumitnya scenario kehidupan dan cinta yang Tuhan berikan untuk kita jalani. •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• Hai ini cerita ku pertama di wattpad jadi maklumin kalo ngga jelas dan ngga bagus. wkwkwk. Se...